BerandaFiksiDilema Cinta

Dilema Cinta

(Menengok Perbudakan di Rumah Puang)

Oleh: Etta Adil

 

Iya, atanta puang!

Cinta itu tak boleh dipaksakan, pun tak selamanya harus bersatu dan menyatukan
Engkau adalah putri kerajaan, berada di puncak menara gading
Sedangkan diriku adalah rerumputan liar di ladang tak bertuan
Makanan kucingmu jauh lebih nikmat dibanding hidupku

Walau engkau tetap diatas, siramilah cintaku dengan senyum di wajahmu
Tak perlu sedih itu, biarkan aku tetap setia menjalankan titah langit
Sayang, aku tak ingin memainkan imajinasi dengan menata revolusi
Sayang, aku tak pernah punya keinginan menendang ayahmu dari takhtanya

Iya, atanta puang!

Hidupku adalah hadiah, pembebasan tanpa syarat dari tuan putri
Kuanggap kemerdekaanku sebagai bukti cintamu, walau ayahmu tetap memandangku sebagai budak
Ya, aku memang budak. Budak dari cintamu seperti dituliskan dalam lontaraq beratus abad silam.
Kelak tanpa paksaan, menara kesombongan itu akan runtuh dengan sendirinya
Kelak tanpa revolusi, takhta kerajaan itu akan terkikis oleh zaman
Kelak, menara dan takhta itu akan direbut keturunanku
Bukan dengan paksaan dan revolusi, tapi dengan pengetahuan yang menebarkan kebijaksanaan.

 

Puisi Etta Adil, Minasatene,  14 Desember 2014

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisment -

HIGHLIGHT