BerandaNarasi SejarahRiwayat Raja Bone (21): Batari Toja Daeng Talaga

Riwayat Raja Bone (21): Batari Toja Daeng Talaga

Oleh:  M. Farid W Makkulau

Tulisan Sebelumnya: Riwayat Raja Bone (20): La Panaongi To Pawawoi

PALONTARAQ.ID – Batari Toja Daeng Talaga (1724-1749) kembali menjadi Arung Mangkaue’ ri Bone  (kedua kalinya memangku sebagai Arumpone) menggantikan saudaranya La Panaongi To Pawawoi, selain itu Batari Toja juga kembali diangkat menjadi Datu Luwu dan Soppeng.

Batari Toja kawin dengan sepupu tiga kalinya yang bernama La Oki yang tinggal di Ajattappareng. Akan tetapi La Paulangi Petta Janggo’E sepupu satu kali La Oki mengawinkan dengan anaknya yang bernama We Tungke. Oleh karena itu, Batari Toja membatalkan perkawinannya dengan La Oki. (Lontaraq Akkarungeng ri Bone).

Dalam Lontaraq Akkarungeng ri Bone disebutkan bahwa pada Tahun 1716, Batari Toja kawin dengan Daeng Mamutu Arung Kaju. Karena Batari Toja sangat dekat dengan Kompeni Belanda, membuat Arung (raja) tetangganya banyak yang kurang senang.

Oleh karena itu Batari Toja lebih banyak tinggal di Ujungpandang daripada di Bone. Sementara suaminya Arung Kaju yang diangkat sebagai Maddanreng (wakil) berniat merebut kekuasan istrinya. Mengetahui maksud tersembunyi dari suaminya tersebut, iapun menceraikannya bahkan mengusirnya dari Bone.

Letak Kabupaten Bone dalam Geografi Sulawesi Selatan (foto : ist/palontaraq)
Letak Kabupaten Bone dalam Geografi Sulawesi Selatan (foto : ist/palontaraq)

Dalam tahun 1735, La Maddukkelleng Arung Peneki yang juga sebagai Sultan Pasir di Kalimantan berniat kembali ke negerinya di Peneki. Tetapi pada saat itu, La Maddukkelleng belum bisa menginjakkan kakinya di wilayah TellumpoccoE (Bone, Soppeng dan Wajo) karena kesalahan yang pernah diperbuatnya di masa lalu.

Pada saat itu, Wajo masih merupakan wilayah kekuasaan Bone yang ditaklukkan pada masa pemerintahan Arung Palakka Petta Torisompae. Sedangkan La Maddukkelleng meninggalkan Wajo dan lari ke Kalimantan karena berbuat kesalahan terhadap Bone pada masa kekuasaan La Patau Matanna Tikka. (Lontaraq Akkarungeng ri Bone dalam Makkulau, 2009).

Makam Raja - raja Bone di Bukaka, Watampone (foto: ist/palontaraq)
Makam Raja – raja Bone di Bukaka, Watampone (foto: ist/palontaraq)

Arung Kaju mantan suami Batari Toja yang diusir meninggalkan Bone, pergi ke Tanah Mandar bersama Karaeng Bontolangkasa menunggu kedatangan La Maddukelleng dari Tana Pasir Kalimantan.

Karaeng Bontolangkasa juga tidak senang dengan KaraengE ri Gowa karena dinilai dekat dengan Belanda sebagaimana Batari Toja. Arung Kaju menjalin kerjasama dengan Karaeng Bontolangkasa dan La Maddukkelleng untuk melepaskan Wajo dari kekuasaan Bone.

Arumpone Batari Toja setelah mengetahui La Maddukelleng telah mendarat di Wajo, berangkatlah ke Ujungpandang untuk berlindung pada Belanda. Pasukan Lamuddukelleng yang bersekutu dengan rombongan Karaeng Bontolangkasa dan Arung Kaju yang menghasut orang Bone menyerang dan membumi-hanguskan Bone.

La Maddukelleng kemudian meminta kembali sebbukati (persembahan) Wajo yang pernah diberikan kepada Bone pada masa pemerintahan Arung Palakka Petta To RisompaE. (Lontaraq Akkarungeng ri Bone dalam Makkulau, 2009).

sumber: makassar tribunnews
Pintu gerbang Kabupaten Bone (sumber: makassar tribunnews)

Paska Penyerangan La Maddukelleng itu, merdekalah kembali Wajo dan La Maddukelleng diangkat sebagai Arung Matowa Wajo menggantikan pamannya.

Dalam Lontaraq Akkarungeng ri Bone disebutkan paska penyerangan itu, La Maddukkelleng kemudian ke Gowa untuk memanggil Sitti Napisa Karaeng Langelo We Denradatu saudara KaraengE ri Gowa I Mallawangeng Gau Sultan Abdul Khair untuk diangkat menjadi Arumpone. Akan tetapi ditolak oleh orang Bone, maka pergilah Karaeng Langelo ke Wajo dan tinggal di rumah La Maddukelleng.

Selain itu datang pula La Oddang Riwu Karaeng Tanete bersama pasukannya bermaksud pula menjadi Arung di Bone. Akan tetapi tidak disetujui oleh Kompeni Belanda dan KaraengE ri Gowa. Juga tidak diterima oleh Hadat Bone. (Makkulau, 2009).

Oleh karena itu dikembalikanlah Batari Toja ke Bone untuk menjadi Arumpone berdasarkan keinginan Arung PituE (Hadat) Bone. Setelah kembali ke Bone, Batari Toja menyuruh Kadhi Bone Abdul Rasyid ke Tana Mandar memanggil La Pamessangi untuk menjadi Arung di Belawa Orai, Alitta dan Suppa yang pernah diusir oleh KaraengE ri Gowa.

Ketika sampai di Mandar, Kadhi Bone Abdul Rasyid menyampaikan kepada La Pamessangi bahwa dia disuruh oleh Arumpone Batari Toja memanggil kembali ke Bone untuk kembali menjadi Arung di Belawa Orai, Suppa dan Alitta. Penyampaian itu dibenarkan oleh Matowa Belawa yang menyertai Kadhi Bone ke Balannipa menemui La Pamessangi.

La Pamessangi kembali ke Bone bersama Kadhi Bone. Ia mendarat di JampuE dan disambut Pabbicara Suppa. Pada saat itu La Pamessangi menyuruh anaknya, La Sangka untuk tinggal menjadi Datu Suppa.

Setelah bermalam tiga malam di Suppa, datanglah orang Alitta bersama Pabbicara Suppa di Alitta untuk menemuinya. Lalu La Pamessangi menyuruh lagi anaknya, La Posi untuk menjadi Arung di Alitta. Tiga malam di Alitta baru pergi di Belawa.

Setelah bermalam satu malam di Belawa datanglah semua orang Belawa, Wattang, dan Timoreng memberi ucapan selamat ditandai dengan pemberian 10 gantang beras untuk satu kampung.

Setelah empat malam di Belawa dikumpulkanlah orang Belawa dan menyampaikan bahwa La Raga yang akan diangkat menjadi Arung di WattangE telah disetujui orang Belawa, maka berdirilah MatowaE. ”Dengarkanlah wahai orang Belawa bahwa La Raga kita angkat sebagai Arung Belawa”, ujarnya.

Sesudah diserahkan AkkarungengE ri Belawa kepada La Raga, Petta MatowaE bersama Kadhi Bone melanjutkan perjalanannya ke Bone. (Lontaraq Akkarungeng ri Bone dalam Makkulau, 2009).

Ketika Batari Toja berusia tua dan kelihatan semakin lemah, Hadat Bone bertanya siapa penggantinya untuk melanjutkan pemerintahannya di Bone. Batari Toja lalu menunjuk saudaranya La Temmassonge’ To Appaweling Arung Baringeng Ponggawa Bone.

Mendengar itu, Arung Kaju berkata, ”Tennakkarungi cera’ TanaE ri Bone, tennatola rajeng akkarungengE ri Bone” (Yang bukan putra mahkota tidak bisa diangkat menjadi Arung Mangkaue’ ri Bone, sedangkan Arumpone tidak bisa digantikan oleh orang yang kebangsawanannya hanya dari ayah).

Karena merasa Siri’, La Temmassonge’ menikam Arung Kaju. Kematian Arung Kaju dikomentari Arumpone Batari Toja karena lantaran mulutnya yang mengatakan La Temmassonge’ hanyalah cera’.

Dalam Tahun 1749, Batari Toja Daeng Talaga MatinroE ri Tippulunna kemudian digantikan saudaranya La Temmassonge’ To Appaweling Arung Baringeng. (Lontaraq Akkarungeng ri Bone dalam Makkulau, 2009). (*)

1 KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisment -

HIGHLIGHT