BerandaFiksiSyair Penunggu Senja

Syair Penunggu Senja

Oleh:  Etta Adil

Pernahkah engkau berpikir kenapa diri ini masih disini
Menapak jejak rindu pada senja
Diam dalam hening, beku dan bisu
Tak semestinya engkau pergi meninggalkan guratan asa (luka)

Bukankah kita merdeka untuk saling mencinta
Melukis semesta diatas kanvas hidup
Tak ada yang hampa dan sia-sia
Tak ada duka lara, apalagi hati yang meradang
Tak ada mata yang basah, gelap berduka.

Bukankah kita merdeka untuk saling mencinta
Melukis semesta pada siluet senja
Tak ada tikaman pada riuh nafsu membunuh
Tak ada buih pada kopi sianida
Tak ada paus di akuarium.

Bukankah kita merdeka untuk saling mencinta
Melukis semesta pada rinai hujan
Tak ada hijrah saat langit gelap
Tak ada pasrah saat senyum tak lagi merekah
Tak ada buih ombak saat laut enggan memeluk pantai.

Bukankah kita merdeka untuk saling mencinta
Melukis semesta pada masa depan
Tak ada lagi bimbingan layaknya saat menyusun skripsi
Tak ada lagi revisi saat yudisium sudah telak
Tak ada lagi untuk menunggui senja.

Datanglah padaku
Usahlah tunggui senja
Disana alang-alang tak lagi kelihatan
Hanya haru biru untuk menanti hadirmu
Selalu ada udara untuk nafas hidup para pencinta
Meski senja telah ditelan gelap malam.

 

—-

Puisi Etta Adil,
#mulungkata, 22 Oktober 2017

Pemandangan Senja dari Pulau Salemo Pangkep. (foto: mfaridwm)

Caption foto: Nikmatilah mentari pada setiap detil cahayanya yang menyinari kehidupan. Tak hanya sekadar keindahan, disitu ada semangat dan pembelajaran dalam memaknai hidup. (IG: @ettaadil)

1 KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisment -

HIGHLIGHT