Laporan: Andi Adil M
Related Post: Keindahan dan Nilai Sejarah Budaya Kawasan Karst Maros-Pangkep
PALONTARAQ.ID, PANGKEP – Sebanyak 25 Santriwati SMA Kelas X Ponpes Modern Putri IMMIM Minasatene-Pangkep didampingi tiga gurunya mengunjungi Pusat Informasi Geologi (PIG) Maros Pangkep di kawasan Rumah Jabatan Bupati Pangkep, Pangkajene, Jumat (10/3/2023).
Pusat informasi Geologi (PIG) Maros Pangkep merupakan destinasi wisata edukasi yang untuk saat ini hanya melayani kunjungan terbatas atas izin dari Dinas Pariwisata setempat. Jam operasional mulai pukul 08.00 WITA – 15.00 WITA.
Setelah mendapatkan kepastian kunjungan ke Pusat Informasi Geologi Maros-Pangkep, Humas Pesantren Muhammad Farid Wajdi, S.H.I.,M.M. kemudian memberikan kesempatan pertama berkunjung kepada santriwati SMA Kelas X Ponpes Modern Putri IMMIM Minasatene-Pangkep dengan pertimbangan banyak materi pelajaran yang terkait dengan pelayanan informasi dan edukasi yang diberikan PIG Maros Pangkep.
Lihat pula: Berwisata ke Taman Batu Karst Balocci
Pusat Informasi Geologi (PIG) Maros Pangkep sendiri terbagi atas 4 zona, yaitu zona 1 terkait Sejarah geologi Pulau Sulawesi, zona 2 terkait mitigasi bencana, sumber daya alam terbarukan dan terbatas, zona 3 mengulas sejarah kehidupan, serta zona 4 terkait Geopark. Di akhir perjalanan menelusuri luas dan dalamnya sajian dalam panel informasi, terdapat ruang Audio Visual layaknya mini teater untuk menonton bagian-bagian penting informasi tiap zona edukasi.
Humas Pesantren, Muhammad Farid Wajdi, S.H.I., M.M. yang juga Ketua I Dewan Kesenian dan Pemajuan Kebudayaan (DKPK) Pangkep ini mengungkapkan bahwa kunjungan ke Pusat Informasi Geologi Maros-Pangkep perlu terus dilakukan dan secara bergiliran diatur waktu kunjungannya bagi semua pelajar, khususnya bagi pelajar SMP dan SMA menyusul telah resminya Kawasan Geopark Maros-Pangkep masuk dalam UNESCO Global Geopark berdasarkan keputusan rapat dewan council UNESCO Global Geopark di Thailand beberapa waktu lalu.
“Pusat Informasi Geologi ini bisa menjadi media edukasi sekaligus sosialisasi bagi Geopark itu sendiri. Kawasan Geopark ini membentang di dua kabupaten, Maros-Pangkep, dengan luas daratan mencapai 223.629 hektare, termasuk didalamnya Kepulauan Spermonde dengan luasan 88.965 hektar. Kawasan karst didalamnya merupakan daerah pegunungan bebatuan kapur yang berpori sehingga air dipermukaan tanah selalu merembes dan mengalir ke dalam tanah, juga sebagai pembentuk permukaan bumi yang dicirikan dengan adanya depresi tertutup (closed depression), drainase permukaan, dan gua,” jelas Farid.
Hal yang sama diungkapkan Suci, seorang arkeolog yang bekerja di Pusat Informasi Geologi Maros-Pangkep mengungkapkan bahwa Kawasan Karst Maros Pangkep termasuk salah satu karst kelas dunia yang memiliki keindahan, keunikan, flora dan fauna, nilai-nilai ilmiah dan sosial budaya yang tinggi. Area ini merupakan kawasan karst terbesar kedua di dunia setelah China Selatan.
“Karst Maros Pangkep punya ratusan gua yang pernah ditinggali manusia prasejarah. Budaya masa lalu tergambar melalui peninggalan lukisan prasejarah berusia 40 ribu tahun. Di dalamnya juga menjadi tempat hidup jutaan spesies kupu-kupu yang dijuluki “Kingdom of Butterfly”. Sebagai geopark, terdapat berbagai destinasi pariwisata berbasis alam dan berkelanjutan, dari geosite, biological site, dan cultural site,” urainya di hadapan puluhan santriwati Ponpes Modern Putri IMMIM Pangkep.
Lihat pula: Jalan-jalan ke Situs Prasejarah Leang Lompoa
Lebih lanjut Suci menjelaskan bahwa Geosite seperti Komplek Rijang Bantimala, Kompleks Metamorfik Pateteyang-Cempaga, Batuan Kerak Samura Parenreng, dan lainnya. Sementara biological site seperti Hutan Keilmuan Bengo-Makaroewa, Karaenta Primary Forest, Taman Kehati, Taman Botanik Tonasa, juga Taman Argo Botanik Puncak. Lalu, Cultural Site seperti Komplek Prehistorik Bellae, Taman Prehistorik Sumpang Bita, Situs Berburu, dan lainnya. Di Geopark Maros Pangkep juga terdapat pusat informasi kebumian.
Usai kegiatan “Outdoor Learning” di Pusat Informasi Geologi Maros Pangkep selesai, kegiatan selanjutnya dipandu Humas Pesantren, Muhammad Farid Wajdi, S.H.I., M.M yang juga penulis Buku Sejarah dan Kebudayaan Pangkep ini di pinggir Sungai Pangkajene, yang akrab disebut sebagai kawasan wirsal (wiring salo’) itu.
“Pangkep yang kita kenal saat ini, sebenarnya merupakan gabungan dari dua kesatuan wilayah, yaitu Regentschappen Onderafdeeling Pangkajene, yang terdiri dari Pangkajene, BaLocci, Bungoro, Labakkang, Ma’rang, Segeri dan Mandalle digabung dengan kesatuan wilayah Onderafdeeling Pulau-pulau yang terdiri dari Liukang Tupabbiring, Liukang Kalmas dan Liukang Tangaya, sehingga kini bernama “Pangkajene dan kepulauan,” jelas Farid didampingi dua pembina pesantren, Widia Eka Utami, S.Hum dan Anita Yusuf, S.Hum.
“Wilayah Pangkep saat ini dikenal sebagai daerah berkarakter ‘tiga dimensi’, yaitu Pegunungan, dataran rendah, dan kepulauan. Daerah pegunungan Pangkep inilah yang sebagian besarnya merupakan kawasan karst Bantimurung-Bulusaraung,” jelas Farid saat berada di pinggir sungai Pangkajene, tak jauh dari Tugu Bambu Runcing yang merupakan penanda titik 0 kilometer Pangkep. (*)
