BerandaIslamRamadanHari Ketiga Ramadhan: Wafatnya Fatimah Az-Zahra, Penghulu Wanita di Surga

Hari Ketiga Ramadhan: Wafatnya Fatimah Az-Zahra, Penghulu Wanita di Surga

Oleh:  Dra. Nurhudayah dan Muhammad Farid Wajdi, Guru Sejarah Kebudayaan Islam

PALONTARAQ.ID – Dalam buku “Peristiwa-Peristiwa Penting di Bulan Ramadan” yang ditulis oleh DR Abdurrahman Al-Baghdady, disebutkan bahwa salah satu peristiwa penting terkait ahlul bait adalah berpulangnya putri kesayangan Rasulullah SAW, Fatimah Az-Zahra.

Disebutkan bahwa Tanggal 3 Ramadhan 11 H, bertepatan dengan 21 November 632 M, adalah hari meninggalnya Fatimah Az-Zahra, penghulu kaum perempuan di Jannah sekaligus putri Rasulullah SAW, istri dari sahabat Ali bin Abi Thalib dan ibunda dari dua cucu Rasulullah SAW, Hasan dan Husain.

Fatimah Az-Zahra adalah putri bungsu Rasulullah SAW bersama Sayidatina Khadijah r.a. Saudara atau kakak-kakak Fatimah lainnya adalah Zainab, Ruqaiyah dan Ummu Kaltsum. Sedangkan saudara laki-lakinya yang tertua adalah Qasim dan Abdullah.

Fatimah Az-Zahra adalah anak yang paling mirip, paling dekat dan paling lama bersama Nabi SAW.  Dari Fatimah-lah keturunan Nabi Muhammad SAW berkembang hingga tersebar ke hampir semua negeri Islam sekarang ini.

Fatimah Az-Zahra lahir di Mekkah pada Jumat, 20 Jumadil Akhir atau 5 tahun sebelum Muhammad diangkat menjadi Rasul. Ketika itu sedang terjadi perselisihan di kalangan suku Quraisy dalam menentukan siapa yang berhak meletakkan kembali Hajarul Aswad setelah Ka’bah direnovasi. Guna menengahi perselisihan ini, Muhammad yang saat itu sudah digelari Al-Amiin (orang terpercaya) ditunjuk sebagai mediator. Beliau mampu menawarkan solusi dalam perselesihan yang hampir menimbulkan pertumpahan darah di antara kabilah-kabilah Mekkah saat itu.

Lihat juga: Hari Pertama Ramadhan: Dimulainya Penaklukan Andalusia

Kelahiran Fatimah disambut gembira oleh Nabi SAW dengan memberikan nama Fatimah dan julukannya Az-Zahra. Nama ‘Fatimah’ berasal dari suku kata ‘Fathama’ yang berarti ‘menyapih’ atau ‘menghentikan’ atau ‘menjauhkan’.

Sebuah riwayat marfu’ menyebutkan, dinamakan ‘Fatimah’ karena Allah SWT  menjamin dan menjauhkan putri bungsu Nabi saw berikut seluruh keturunannya dari neraka. An-Nasa’i menyebutkan bahwa Allah SWT akan membebaskan Fatimah beserta Orang-orang yang mencintainya dari neraka.

Fatimah, memiliki banyak julukan, julukannya yang paling masyhur adalah Az Zahra yang artinya bercahaya, berkilau. Selain Az-Zahra, Fatimah mendapat julukan Ash-Shiddiqah (orang yang percaya), Al-Mubarakah, At-Thahirah, Az-Zakiyyah, Ar-Radhiyah, Al-Murdhiyyah.

Fatimah Az-Zahra juga mendapat julukan Al-Butul, sebagaimana Siti Maryam (ibunda Nabi Isa as) mendapat julukan tersebut. Al-butul bermakna memutuskan hubungan dengan dunia untuk beribadah kepada Allah.

Julukan yang tidak kalah istimewa lainnya terhadap Fatimah adalah Ummu Abiha (ibu dari ayahnya). Fatimah satu-satunya anak Nabi  SAW yang tinggal bersama Rasulullah setelah Khadijah wafat, itulah sebabnya Fatimah juga dijuluki “Ummu Muhammad.”  Maka dialah yang menggantikan ibunya menyediakan keperluan Rasulullah SAW.

Rasulullah melalui wahyu sudah mengetahui bahwa hanya Fatimahlah di antara putra putrinya yang akan meneruskan keturunannya. Ibnu Katsir berkata, “Setelah Rasulullah SAW wafat, berselang enam bulan kemudian menurut pendapat yang paling masyhur, putri beliau Fatimah Az-Zahra meninggal dunia.

Sebelumnya Rasulullah SAW telah menjanjikan bahwa dialah anggota keluarga pertama yang menyusul beliau. Meski begitu, Rasulullah bersabda pada Fatimah, “Tidakkah kamu ridha bila kamu menjadi penghulu kaum perempuan penghuni surga?”

Lihat juga: Hari Kedua Ramadhan: Kemenangan Pasukan Dinasti Mamluk atas Pasukan Mongol

Fatimah adalah putri Rasulullah SAW yang paling kecil menurut riwayat yang masyhur, dan sesudah beliau meninggal tidak ada selain Fatimah. Karenanya sangat besar pahala yang diperoleh Fatimah, sebab dialah yang menanggung musibah wafatnya Rasulullah SAW.

Sejak masih kanak-kanak, Fatimah menyaksikan sendiri ujian getir dan tantangan berat dakwah yang dialami Nabi SAW, baik berupa gangguan-gangguan maupun penganiayaan yang dilakukan Kaum kafir Quraisy.

Menginjak usia 5 tahun, Fatimah menyaksikan satu peristiwa besar terhadap ayahnya, yaitu turun wahyu yang menandai pengangkatan dan pengukuhan ayahandanya sebagai seorang Rasul dengan tugas-tugas nubuwah yang sangat berat.

Fatimah juga menyaksikan kaum kafir Quraisy melancarkan gangguan kepada ayahnya, sampai cobaan yang berat dengan meninggal ibunya Khadijah.

Fatimah hidup di udara Mekkah yang penuh dengan debu perlawanan dari Kaum kafir Quraisy terhadap Nabi dan keluarganya yang menjadi pusat iman, hidayah dan keutamaan. Fatimah juga menyaksikan keteguhan dan ketegasan Orang-orang mukmin dalam perjuangan gagah berani menghadapi kekejaman kaum Quraisy.

Suasana perjuangan itu terus membekas dalam jiwa Fatimah Az-Zahra dan menjadikannya sebagai pelajaran penting dalam membentuk pribadi dan karakternya untuk menghadapi kesulitan hidup di masa depan. Fatimah hidup bersama ayahanda yang sangat dicintai dan menyayanginya. Dialah yang meringankan penderitaan Rasulullah saw ketika ditinggal wafat istri beliau, Sayidatina Khadijah r.a.

Nabi SAW sangat mencintai Fatimah, memuliakannya dan berusaha menyenangkan hatinya. Fatimah seorang perempuan penyabar, taat beragama, berbudi, menjaga diri, ahli ibadah dan pandai mensyukuri nikmat Allah SWT.  Rasulullah SAW tidak memiliki keturunan cucu cicit kecuali dari Fatimah.

Az-Zubair bin Bakkar berkata,“Diriwayatkan vahwa pada malam pengantin Ali dan Fatimah, Rasulullah SAW berwudhu dan menuangkan air ke Ali dan Fatimah, seraya mendoakan keberkahan bagi anak keturunan keduanya.”

Sepupunya, Ali bin Abi Thalib, menikahinya setelah hijrah, tepatnya 4,5 bulan setelah Perang Badar, dan mendatanginya 7,5 bulan berikutnya. Ali bin Abi Thalib memberi mahar berupa baju besinya yang telah retak, seharga 400 dirham.

Ketika dinikahi Ali bin Abi Thalib,  Fatimah berumur 15 tahun lebih 5 bulan. Ia melahirkan Hasan, Husain, Muhsin dan Ummu Kultsum yang dinikahi Umar bin Khattab.

Imam Ahmad meriwayatkan dari Atha’ bin As-Saib, dari ayahnya dari Ali bin Abu Thalib bahwasannya ketika Rasulullah SAW menikahkan dirinya dengan Fatimah bersama dengan kedatangan Fatimah, beliau mengirim beludru, bantal dari kulit berisi serat, gerinda, kantong air dari kulit dan dua bejana besar.

Ketika Rasulullah SAW wafat, Fatimah Az-Zahra mendapati di dalam dirinya perasaan tidak enak kepada Abu Bakar Ash-Shiddiq, khalifah Rasulullah disebabkan harta warisannya. Ibnu Katsir mengisahkan,“Ketika Fatimah jatuh sakit, Abu Bakar As-Siddiq datang dan masuk menemuinya untuk meminta ridhanya.

Abu Bakar berkata kepada Fatimah, “Demi Allah, aku tidak meninggalkan rumah, harta, keluarga dan kaum kerabat kecuali karena mengharap Ridha Allah dan Ridha Rasul-Nya, juga ridha kalian wahai Ahli Bait.” Akhirnya Fatimah menjadi ridha. (HR. Baihaqi)

Ada yang mengatakan, Fatimah tidak tertawa dalam masa hidupnya setelah meninggalnya Rasulullah SAW. Ia terpuruk karena sedih atas kepergian Rasulullah SAW dan rasa rindu kepada beliau. Fatimah-lah yang mengatakan kepada Anas kata-kata masyhur berikut,

“Wahai Anas, tega sekali kalian mengebumikan Rasulullah.” (HR Bukhari:4202 dan Ad-Darimi:92)

Menjelang kematiannya, Fatimah berwasiat kepada Asma binti Umais, istri Abu Bakar As-Siddiq, agar dia yang memandikan dirinya bersama Ali bin Abi Thalib dan Salma Ummu Rafi’. Ada yang mengatakan juga Al-Abbas bin Abdul Muthalib.

Ada perbedaan pendapat tentang usia Fatimah ketika meninggal. Ada yang berpendapat 27 tahun dan ada yang berpendapat 28 tahun. Ada juga yang mengatakan 29 tahun.

Fatimah-lah orang pertama yang keranda jenazahnya ditutup dengan kain setelah jenazahnya diangkat. Yang menshalatinya adalah suaminya, Ali bin Abi Thalib . Ada yang berpendapat Al-Abbas. Ada juga yang beranggapan Abu Bakar As-Siddiq.

Fatimah Az-Zahra dimakamkan di kuburan Baqi’ pada malam hari, yaitu malam selasa tanggal 3 Ramadhan tahun 11 H, dan sebagaimana janji Rasulullah SAW, dengan segala pengorbanan dan perjuangannya mendampingi Nabi dan dalam dakwah Islam, beliaulah yang dinisbatkan sebagai penghulu wanita di JannahNYA. (*)

 

1 KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisment -

HIGHLIGHT