Warisan Kita

Istana Kedatuan Luwu
Istana Kedatuan Luwu. (foto: ist/palontaraq)

Oleh: La Oddang Tosessungriu

PALONTARAQ.ID“Tania waramparang upammanarengko, Ana’. Taniato pakkEasengeng wija ane’ manerru, naEkiya mappakalebbi’E.. Nenniya pangissengeng ade’ malebbi’E.” (Andi Mori, 1989).

Artinya:

Bukanlah harta yang kuwariskan padamu, anakku. Bukan pula gelar kebangsawanan, namun memuliakan. Beserta pula pengetahuan istiadat yang mulia).

Masalahnya, hari ini uang belanjapun ikut menguap bersama keringat, terpapar oleh terik matahari kemarau panjang tahun ini. Lalu apa lagi yang hendak diwariskan ?

Sesungguhnya, ada warisan nilai yang tak khawatir dehidrasi, yakni: Alebbireng Ade’ (kemuliaan adat), selama mata air nurani tidak kering oleh pemanasan global (materil dan riya komersil).

Apakah busana adat berkilauan bertabur lencana yang menjadi penanda kemuliaan istiadat? Ataukah tegaknya dagu memandang siapapun dari ketinggian hati?

Tentu saja siapapun akan berkata bukan. Melainkan suara lirih dari kerendahan hati, mendeklamasikan kalimat sastra karya leluhur negeri ini, inilah yang mesti diwariskan.

Meski hiruk pikuk lagu dan musik masa kini menenggelamkannya dari minat pendengaran anak-anak kita. Namun tetap jua perdengarkan.. tetap senandungkan hingga mereka terbiasa dan mendapatkan kembali jati dirinya.

Ininnawa mappatakko,
Alai pakkawaru,
Kalawing AtiE.

Salam pakurru sumange’. Wallahu ‘alam bish-shawab. (*)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisment -

HIGHLIGHT