BerandaArtikelDari Keluarga, Kita Mulai Gerakan Perbaikan Pendidikan Nasional

Dari Keluarga, Kita Mulai Gerakan Perbaikan Pendidikan Nasional

Oleh: Dr. Adian Husaini

PALONTARAQ.ID – Mulai 5 Maret 2023, At-Taqwa College Depok membuka kembali pendaftaran Program Kuliah Kepakaran Khusus (PK3) Pendidikan Guru Keluarga. Dalam berbagai seminar, saya mendapat pertanyaan tentang “dari mana kita mulai melakukan perbaikan pendidikan nasional kita?”

Saya jawab dengan tegas: “Dari keluarga!” Caranya adalah mendidik orang tua agar berkemampuan menjadi guru keluarga yang baik bagi anak-anaknya. Perbaikan pendidikan memang harus dimulai dari gurunya. Rasulullah saw sudah mengingatkan, bahwa setiap anak lahir dalam kondisi fitrahnya. Kedua orang tuanya (guru) yang mengarahkan anak-anaknya untuk tetap dalam fitrahnya atau menyesatkan anaknya.

Itu artinya, kunci perbaikan pendidikan, agar fitrah anak-anak tetap terjaga dan diperkuat, adalah pada peningkatan kualitas gurunya. Dan guru pertama serta utama dari seorang anak adalah orang tuanya sendiri. Inilah pentingnya pendidikan orang tua, sebelum pendidikan anak.

Tema Pendidikan Guru Keluarga ini sangat penting, karena berkaitan langsung dengan tanggung jawab orang tua untuk mendidik anak-anaknya. Dalam pandangan Islam, pendidikan anak pada dasarnya menjadi tanggung jawab orang tuanya; bukan tanggung jawab sekolah atau pesantren.

Di akhirat, amanah itu akan dipertanggungjawabkan. Anak-anak akan menuntut hak mereka kepada para orang tua. Orang tua punya hak untuk ditaati anak-anaknya. Tetapi, anak-anak punya hak untuk mendapat pendidikan yang baik dan benar.

Ironisnya, jika kita telaah kurikulum pendidikan nasional di sekolah-sekolah dan kampus-kampus kita, tidak kita jumpai adanya mata pelajaran atau mata kuliah khusus tentang “bagaimana menjadi orang tua yang baik.”

Seperti diingatkan Ki Hajar Dewantara, tahun 1922, model pendidikan Barat yang diterapkan di negeri kita, terlalu didominasi dengan pendidikan fisik dan akal semata, serta hanya mengarahkan anak-anak agar bisa menjadi buruh.

Tentu saja, tidak salah mendidik anak-anak supaya memiliki skill tertentu untuk kemandiriannya. Tetapi, jika hal itu dilakukan dengan mengabaikan atau mengecilkan aspek pendidikan akhlak, maka akan menimbulkan kerusakan serius bagi diri, keluarga, dan masyarakatnya.

Di sinilah pentingnya, orang tua memahami konsep ilmu dan adab dalam Islam. Dalam Program Pendidikan Guru Keluarga ini, ada Mata Kuliah Khusus tentang Konsep Ilmu dan Adab dalam Islam.

Begitu juga dengan pentingnya memahami Konsep Pendidikan Anak dalam Islam. Misalnya, memahami konsep kedewasaan. Saat ini, anak-anak terus dipaksa menjadi anak-anak karena belum berumur 18 tahun. Padahal, anak-anak sudah harus ditetapkan sebagai orang dewasa, ketika sudah akil baligh. Paling lambat adalah umur 15 tahun.

Maka, pendidikan tingkat SD-SMP harus diutamakan untuk menyiapkan anak-anak menjadi dewasa atau mukallaf. Ketika itulah anak-anak sudah harus bertanggung jawab terhadap iman dan amalnya sendiri.

Mencari ilmu itu wajib bagi setiap muslim. Kewajiban itu harus dilakukan dengan cara yang benar pula. Disamping niat mencari ilmu yang harus benar, dalam ajaran Islam, dikenal ‘maraatibul ilmi’ (derajat ilmu). Ada ilmu fardhu ain, yang wajib dipelajari setiap muslim; ada ilmu yang fardhu kifayah yang wajib dimiliki sebagian orang muslim. Tidak semua ilmu wajib dicari.

Dalam hal ini, orang tua berkewajiban mendidik anak-anaknya dengan benar. Anak-anaknya wajib diberikan ilmu-ilmu yang fardhu ain dan fardhu kifayah. Mereka harus tahu, mana ilmu yang wajib dan diutamakan untuk dipelajari. Begitu juga, mereka harus tahu tentang ilmu-ilmu yang merusak keimanan, akhlak, dan ibadahnya.

Kini, faktanya, para pelajar dan mahasiswa kita, sampai lulus S-3 sekali pun, pada umumnya tidak diberikan ilmu yang memadai untuk menjadi suami/istri dan orang tua yang baik bagi anak-anaknya. Di pemerintahan pun, tidak dijumpai Kementerian Pemberdayaan Keluarga. Yang ada adalah Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Anak-anak.

Urusan keluarga di pemerintahan diserahkan kepada satu lembaga bernama BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional). Masyarakat tahunya, lembaga ini punya tugas utama: membatasi jumlah anak. Slogannya: “dua anak cukup” atau “dua anak lebih baik”.

Disebutkan, bahwa tugas pokok BKKBN adalah: “Pembinaan, pembimbingan, dan fasilitasi pelaksanaan kebijakan nasional di bidang pengendalian penduduk, penyelenggaraan keluarga berencana dan kesehatan reproduksi, keluarga sejahtera dan pemberdayaan keluarga.” (http://jatim.bkkbn.go.id/profil/tugas-pokok-dan-fungsi/).

Padahal, jika anak-anak terdidik dengan baik, maka mereka akan menjadi potensi pembangunan yang hebat. Jadi, rumus dasarnya sederhana: jika orang tua mampu menjadi guru yang baik, maka akan baiklah anak-anaknya.

Jika orang tua gagal menjadi guru yang baik, dan gagal pula mencarikan guru yang baik untuk anak-anaknya, maka akan menjadi musibah bagi anak dan keluarga serta masyarakat. Jika anak salah didik atau tidak terdidik, maka ia bisa menjadi lebih berbahaya dari hewan.

Berbagai kasus kejahatan yang melibatkan anak-anak sangatlah menyesakkan nafas kita. Jika seorang berilmu tinggi tapi minus akhlak mulia atau adab, maka ia bisa menjadi penjahat berilmu. Potensi kerusakannya sangat besar bagi masyarakat, bangsa dan negara. Penjahat yang bodoh mungkin hanya bisa mencuri sandal atau kayu bakar. Tapi penjahat berilmu bisa memusnahkan ribuan hektar hutan.

Karena itu, jika ingin negeri kita baik, dan makin baik, maka perbaikilah pendidikannya! Perbaikan pendidikan harus dimulai dari perbaikan gurunya. Dan guru pertama dan utama bagi anak-anak adalah orang tua mereka sendiri. Maka, tidak ada salahnya jika orang tua atau para calon orang tua, mulai serius mengikuti program-program Pendidikan Guru Keluarga.

Dari Keluarga kita mulai gerakan perbaikan pendidikan nasional. Kita susun peta jalan pendidikan kita sendiri, untuk kebaikan diri, keluarga, dan bangsa kita! Siapa pun Presidennya! Siapa pun menteri pendidikannya! Semoga Allah SWT menolong dan merahmati kita dan negeri kita. Aamiin. (Jakarta, 7 Maret 2023).

 

(* Dr. Adian Husaini, www.adianhusaini.id

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisment -

HIGHLIGHT