BerandaBeritaDaerahRiwayat Raja Gowa (9): Karaeng Tumapakrisika Kallonna

Riwayat Raja Gowa (9): Karaeng Tumapakrisika Kallonna

Oleh: M. Farid W Makkulau

Related Post:  Asal Usul Kekerabatan di Mangasa

PALONTARAQ.ID – Di setiap ruang dan waktu sejarah, nampaknya selalu menyimpan kisah kepahlawanan Orang-orang hebat, untuk kita pelajari atau jadikan pelajaran ketokohan dan kepeloporannya.

Dalam Sejarah Kerajaan Makassar, siapa yang tidak mengenal Sombayya (Raja) yang fenomenal ini.  Beliau sombangta  I Manuntungi Daeng Matanre Karaeng Tumapakrisika Kallonna.  Disebut demikian karena Sombayya (Raja yang disembah) tersebut disebut-sebut sering menderita sakit leher.

Penulis mempelajari lebih mendalam tentang sosok Raja ini dan terutama sekali karena banyaknya kesalah-pahaman dalam pembacaan sejarah.  Beliaulah yang menyatukan Kerajaan Gowa-Talloq, sehingga seharusnya sejak masa kekuasaannya, penyebutan yang tepat bahwa beliau tidak hanya disebut sebagai Raja Gowa IX, tetapi lebih tepat disebut Raja Makassar I.

Sejarawan lokal, Abdur Razaq Daeng Patunru mencatat, “Dalam Tahun-tahun berikutnya Talloq semakin dekat dengan Gowa sehingga kedua kerajaan ini disebut memiliki “Rua Karaeng na Se’re ri Ata” (Dua Penguasa dengan Satu Rakyat)” (Abdurrazaq 1969b : 2 – 9 ; Abdurrahim 1974 : 11 dalam Andaya, 2004).

Hanya sedikit yang disebutkan tentang Raja-raja awal dalam kronik Gowa hingga bertahtanya  Karaeng atau Raja Gowa IX, Karaeng Tumapa’risi’ Kallonna, yang memerintah di sekitar awal Abad XVI sangat berjasa dalam modernisasi Gowa. (Andaya, 2004).

Karaeng Tumapakrisika Kallonna inilah yang banyak melakukan perubahan fundamental dalam struktur kekuasaan. Selain menyatukan Gowa-Talloq, juga melakukan penataan administrasi dan surat menyurat antar kerajaan, menciptakan jabatan Tumailalang, serta mengangkat beberapa gallarang/raja bawahan (palili) dalam wilayah kesatuan Kerajaan.

Karaeng Tumapakrisika Kallonna juga memodernisasi pasukan kerajaan dan aktif ekspansi (perluasan wilayah), membangun benteng pertahanan dan bandar pelabuhan, serta menata perkampungan bagi pendatang dan pedagang.

Di masa pemerintahan Karaeng Tumapakrisika Kallonna ini pula dilakukan penyederhanaan aksara lontara atas perintahnya kepada Daeng Pamatte—yang selama ini sering disalah-persepsikan sebagai Pencipta Aksara Lontaraq—untuk kebutuhan hubungan internasional.

Karaeng Tumapakrisika Kallonna berhasil mengubah wajah Gowa-Talloq dari kerajaan kecil menjadi kerajaan besar dan terbuka terhadap dunia luar.  Hal ini dimungkinkan karena Pelabuhan Sombaopu yang didirikannya kemudian lebih populer dibanding Pelabuhan Siang yang tenggelam dalam masa pengendapan selama ratusan tahun dan menjadi menyempit.

Dampaknya, para pedagang dari sebelah barat Kepulauan Nusantara kemudian mengalihkan perhatiannya ke Pelabuhan Sombaopu di sebelah selatan Siang.  Karaeng Makassar malah menerima Orang Melayu dari sebelah barat Kepulauan Nusantara dibawah pimpinan Anakhoda Bonang dan memberinya tempat tinggal di Makassar.

Karaeng Tumapakrisika Kallonna berhasil memodernisasi Kerajaan Gowa menjadi Kerajaan Makassar. Beliau pula yang memindahkan ibukota kerajaan dari Bukit Tamalate ke Sombaopu serta membuka akses perdagangan internasional dengan Pembangunan Pelabuhan Sombaopu sekitar Tahun 1512.

Karaeng Tumapa’risi’ Kallonna memerintah pada awal Abad XVI dikenang dalam Catatan Pelaut Portugis bahwa “daerah yang disebut Makassar dahulunya sangatlah kecil”. (Tiele 1880, IV : 424 dalam Andaya, 2004).

Dengan melakukan perombakan besar-besaran, Karaeng Tumapa’risi’ka Kallonna mengubah Daerah Gowa-Talloq dari sebuah konfederasi antar-komunitas yang longgar menjadi sebuah negara kesatuan Makassar.

Karaeng Tumapakrisika Kallonna mengatur penyatuan Gowa-Talloq dan merekatkannya dalam suatu sumpah yang menyatakan bahwa apa saja yang mencoba membuat mereka (Gowa-Talloq) saling melawan (ampasiewai) akan mendapat hukuman Dewata.

Administrasi Kerajaan ikut diperbaharui, sebuah perundang-undangan dan aturan peperangan dibuat. Begitu pula sistem pengumpulan pajak dan bea dilembagakan di bawah wewenang seorang syahbandar (sabannara) untuk mendanai segala kebutuhan kerajaan. Juga ditetapkan sistem resmi ukuran berat dan pengukuran dalam perdagangan.

Begitu dikenangnya raja ini sehingga dalam cerita pendahulu Gowa, masa pemerintahannya dipuji sebagai sebuah masa ketika panen bagus dan penangkapan ikan banyak. (Andaya, 1981, 2004).

Lihat pula: Wisata Sejarah ke Benteng Sombaopu

Di masa kekuasaan Karaeng Tumapakrisika Kallona juga sudah dimulai pembuatan peluru, mencampur emas dengan logam lain, serta membuat batu bata yang hasilnya dibangun dinding batu bata mengelilingi pemukiman Gowa dan Sombaopu.

Kerajaan Makassar tumbuh dan berkembang menjadi kerajaan maritim. Kerajaan Makassar kemudian bergerak menaklukkan wilayah-wilayah kerajaan sekitarnya hingga menjadi negara super-power yang disegani, bahkan oleh Belanda, Portugis, dan Negara lain yang melakukan hubungan perdagangan dengan Makassar.

Dalam sejumlah penyerangan militer yang sukses penguasa Gowa ini mengalahkan negara tetangganya, termasuk Siang dan menciptakan sebuah pola ambisi imperial yang kemudian berusaha ditandingi oleh penguasa-penguasa setelahnya di Abad XVI dan XVII. (Abdurrahim, tt : 22 dalam Andaya, 1981 dan 2004).

Penataan Kerajaan yang luar biasa tersebut serta agresifitas ekspansi itu kemudian mengantar Gowa sebagai kerajaan maritim terkuat di Nusantara maupun di Asia Tenggara.

Di sekitar istana dibuatkan benteng yang terbuat dari gundukan tanah liat dan di pesisir dibangun dermaga, serta dipasang meriam yang diletakkan di Benteng-benteng besar, juga dibuat perisai besar menjadi kecil, memendekkan gagang tombak (batakang), dan membuat peluru Palembang sebagai senjata pasukan kerajaan.

Prestasi lain yang dicapai Karaeng Tumapakrisika Kallonna ialah Beliau Raja yang membawa Orang-orang Sawitto, Suppa dan Bacukiki ke Gowa, menciptakan jabatan Tumakkajananngang selain  Tumailalang untuk menangani administrasi internal kerajaan, sehingga Syahbandar  leluasa mengurus perdagangan dengan pihak luar.

Karaeng Tumapakrisika Kallonna mangkat dalam Tahun 1547 setelah 36 tahun memerintah Kerajaan Makassar.  Politik ekspansi ini terus dilakukan oleh Makassar, sepeninggal Karaeng Tumapakrisika Kallonna.

Penggantinya, Karaeng Tunipalangga dikenang juga karena sejumlah pencapaian perluasan wilayahnya, seperti yang disebutkan dalam Kronik (Cerita para pendahulu) Gowa, diantaranya adalah Menaklukkan dan menjadikan bawahan Bajeng, Lengkese, Polombangkeng, Lamuru,  Soppeng, berbagai negara kecil di belakang Maros, Wajo, Suppa, Sawitto,  Alitta, Duri, Panaikang, Bulukumba dan Negara-negara lain di selatan, dan wilayah pegunungan di selatan. (*)

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisment -

HIGHLIGHT