BerandaIslamMuhasabah saat Sakit

Muhasabah saat Sakit

Oleh:  Muhammad Farid Wajdi

PALONTARAQ.ID – SUATU hari Rasulullah  SAW kedatangan seorang bapak dan anak gadisnya. Bapak tersebut meminta Rasulullah SAW untuk menikahi anak gadisnya dan mengatakan bahwa anak gadisnya merupakan anak yang sangat luar biasa karena sejak kecil sampai sekarang tidak pernah sakit.

Rasulullah SAW tersenyum dan beliau diberitahu oleh Malaikat Jibril untuk menolaknya karena tidak ada kebaikan dalam diri anak gadis itu.

Sungguh luar biasa makna dari sakit, ternyata dengan datangnya penyakit pada diri kita itu mendatangkan berbagai kebaikan. Sebagian ulama mengatakan orang yang sedang sakit dipastikan orang tersebut sedang dicintai Allah.

Sakit kalau disikapi dengan positif, maka sakit itu adalah dzikrullah. Orang yang sedang sakit akan lebih sering menyebut Asma Allah dibandingkan ketika dalam sehatnya.  Saat sakit, berdoa dan bermunajat jadi lebih lama.

Kenali tanda sakit sebagai sarana muhasabah. (foto: islamichealth/palontaraq)
Kenali tanda sakit sebagai sarana muhasabah. (foto: islamichealth/palontaraq)

Sakit itu juga Tauhid. Bukankah saat sedang hebat rasa sakit, kalimat thoyyibah yang akan terus digetar? Sakit adalah sarana muhasabah. Orang yang sedang sakit akan punya lebih banyak waktu untuk merenungi diri, menghitung-hitung bekal apa yang telah dikumpulkan untuk kembali menghadap Ilahi.

Lihat juga: Sayangi Jantungmu (Catatan Seorang Pasien)

Sakit itu juga Jihad. Orang yang sedang sakit tidak diperbolehkan hanya pasrah akan tetapi diwajibkan terus berusaha dan berikhtiar untuk mencapai kesembuhan.

Sakit itu Penggugur Dosa. Orang yang sedang sakit sesungguhnya dia sedang dicintai sang Pencipta sekaligus sedang diberi ujian. Tentu kalau diterima dengan sabar dan tawaqal akan merontokan dosa-dosa.

Sesungguhnya doa orang yang sedang sakit itu mustajab, maka saat kita menengok yang sakit disamping kita mendoakan maka mintalah doanya.  Imam As-Suyuthi  selalu keliling kota mencari orang sakit lalu beliau minta dido’akan.

Jangan Mencela Penyakit. (foto: istimewa/palontaraq)
Jangan Mencela Penyakit. (foto: istimewa/palontaraq)

Sakit itu salah satu keadaan yang menyulitkan Syaitan. Orang yang sedang sakit diajak maksiat tak mampu dan tak mau. Dosa yang lalu disesali dan mohon ampunan.

Sakit itu membuat sedikit tertawa dan banyak menangis. Satu sikap ke-Insyaf-an yang disukai Nabi dan para makhluk langit.  Sakit meningkatkan kualitas Ibadah. Saat sakit, ruku’ dan sujud lebih khusyuk.

Bukankah faktor penyebab sakit umumnya adalah karena masalah spiritual.  Umumnya 50% karena kurang ibadah. Karena itu, sakit itu juga istighfar.

Lihat juga:  Muslim Dianjurkan Konsumsi ini: Madu, Air Zamzam, dan Kurma

Orang yang sedang sakit akan teringat dosa-dosa yang pernah diperbuat, sehingga lisannya akan terbimbing untuk selalu beristigfar dan memohon ampunan kepada Allah. Pada saat sakit, seseorang cenderung untuk lebih sering bertasbih dan beristighfar.

sumber: imuslimshop
sumber: imuslimshop

Penyakit Jantung Koroner itu terjadi karena ada masalah sosial yang dihadapi. Jantung koroner bukan hanya diakibatkan oleh sumbatan pada aliran darah ke jantung, tapi karena jarang sedekah membuat jantung kita kurang merasakan ketenangan, sehingga detaknya tidak stabil.

Begitu pula halnya dengan Penyakit Liver.  Itu terjadi bukan hanya karena kesalahan pola tidur, tapi sifat berprasangka buruk (Suudzon) kepada orang lain yang justru merusak hati kita.

Penyebab sakit yang terbanyak juga karena faktor psikis. Sekitar 25% karena merasa diri kurang  bahagia, kurang liburan atau berwisata.

Karena merasa kurang bahagia, biasanya orang cenderung untuk menyalahkan Allah, berprasangka tidak baik kepada Allah dan menuduh Allah tidak berbuat adil kepada dirinya. Pada akhirnya diri menjadi stres.

Sadarilah bahwa sakit maag itu bukan hanya diakibatkan karena kesalahan pola makan, tapi justru lebih didominasi karena stres.

Do'a menjenguk orang sakit. (sumber: islamichealth/palontaraq)
Do’a menjenguk orang sakit. (sumber: islamichealth/palontaraq)

Sadarilah bahwa Penyakit seperti Asthma itu bukan hanya karena terganggunya suplai oksigen ke paru-paru, tapi lebih karena sering merasa sedih yang membuat kerja paru-paru tidak stabil.

Begitu pula dengan hypertensi. Tekanan darah tinggi itu bukan diakibatkan oleh banyak konsumsi makanan yang asin, tapi lebih kepada kesalahan dalam mengontrol emosi.  Sekali lagi, faktor psikis lebih mendominasi.

Penyebab sakit umumnya juga karena masalah sosial.  Sekitar 15 % diantaranya disebabkan karena kurang pergaulan, reunian, silaturahmi atau berkumpul bersama keluarga.

Lihat juga: Mendakwahkan Al-Fashdu

Pada akhirnya sakit itu menjadi sarana silaturrahim. Saat dijenguk, bukankah keluarga yang jarang bertemu akhirnya datang membesuk, penuh senyum dan rindu mesra.

Sakit adalah perekat ukhuwah. Yang sehat menghibur yang sakit agar mau bersabar, sehingga Allah cinta dan sayang keduanya.

human liver (sumber foto: tgp.com.ph)
human liver (sumber foto: tgp.com.ph)

Sakit itu menjadi peluang untuk menambah Ilmu. Bukankah saat sakit, kita akan memeriksa dan seakan dipaksa (terpaksa) berkonsultasi dan pada akhirnya merawat diri untuk selanjutnya ada pengetahuan  untuk tidak mudah terkena sakit.

Orang yang sakit akan mengingatkan yang sehat untuk jaga diri, lebih rajin dan sering berolahraga. Sekitar 10 % penyebab sakit memang karena fisik yang lemah, malas, dan kurang berolahraga.

Tingginya kolesterol dalam tubuh itu tidak semata dilihat karena yang bersangkutan doyan makanan berlemak, tapi lebih kepada rasa malas berlebih   yang menimbun lemak.

Sakit itu juga memperbaiki  dan membaguskan akhlak. Saat sakit kesombongan dan prasangka menjadi terkikis. Diabetes itu bukan hanya karena terlalu banyak konsumsi glukosa, tetapi  sikap egois dan keras kepala  yang mengganggu fungsi pankreas.

Saat sakit, sifat tamak dipaksa tunduk, pribadi egois dan keras kepala dibiasakan santun, lembut dan tawadhu’. Dan pada akhirnya sakit membawa kita untuk selalu ingat akan kematian.

Sungguhlah sakit itu adalah sarana untuk memperbaiki diri dan bukti kasih sayang Allah SWT.  Semoga saja, setiap sakit yang kita alami, setelahnya menjadikan diri pribadi yang lebih baik, bersyukur kepada Allah SWT atas segala nikmat kesehatan, kesempatan, dan waktu luang untuk meningkatkan kualitas ilmu, iman dan amal saleh.

Wallahu ‘alam bishshawab. (*)

Artikel sebelumnya
Artikel selanjutnya

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisment -

HIGHLIGHT