BerandaIslamIbnu Sina dan Metode Mengatasi Wabah

Ibnu Sina dan Metode Mengatasi Wabah

 

Oleh: Prof. Dr. Syihabuddin Qalyubi, Lc., M.Ag

PALONTARAQ.ID – Ibnu Sina (980-1037) dikenal juga sebagai Avicenna di dunia Barat adalah seorang filsuf, ilmuwan, dan dokter kelahiran Persia (sekarang Iran).

Karyanya yang sangat monumental adalah al-Syifa (Penyembuhan, terdiri dari 18 jilid berisi tentang berbagai macam ilmu pengetahuan) dan al-Qānūn fī al-Ṭibb (Canon of Medicine, Aturan Pengobatan) yang merupakan rujukan di bidang kedokteran selama berabad-abad.

Orang Barat menyebut Ibnu Sina dengan panggilan the Prince of Doctors (Pangeran para dokter) dan the Father of Modern Medicine in the Middle Ages (Bapak Kedokteran Modern di Abad Pertengahan).

Ibnu Sina, Bapak Kedokteran Islam. (foto: ist/palontaraq)
Ibnu Sina, Bapak Kedokteran Islam. (foto: ist/palontaraq)

Ibnu Sina menolak Salaman dan Pelukan

Ibnu Sina dan murid-muridnya pergi menemui seorang ulama, Abu al-Rayhan al-Bīrūni. Ini adalah pertemuan kali yang pertama di antara mereka.

Al-Bīrūni menyambut Ibnu Sina dengan dua tangan terbuka untuk memeluknya, tetapi Ibnu Sina mundur dan menolak menyentuhnya.

Ibnu Sina minta disediakan pakaian baru untuknya dan Orang-orang yang menyertainya, serta minta mangkuk dengan larutan cuka untuk mencuci tangan dan wajah mereka.

Al-Bīrūni terkejut dengan permintaan Ibnu Sina tersebut seraya bertanya kepadanya: “ Ini tradisi bangsa mana?

Ibnu Sina menjawab, “Ini tradisi ini harus diberlakukan di negara-negara tempat “Wabah Hitam” (Black Death) bersembunyi.”

Ibnu Sina menyadari bahwa sulit bagi publik untuk berusan dengan virus yang tidak mereka lihat.

Ingat ketika itu belum ada mikroskop dan cara melihat virus tidak dikenal seperti sekarang ini. Namun demikian, Ibnu Sina telah mengidentifikasi virus ke murid-muridnya dengan sangat tepat.

Ibnu Sina memahami bahwa semua penyakit menular disebabkan oleh kāināt daqīqah (mikroorganisme) yang tidak dapat dilihat, dan bisa menempel pada apa saja, seperti pakaian, wajah, tangan, dan rambut.

Ibnu Sina, dikenal di Barat dengan nama Avicenna. (foto: ist/palontaraq)
Ibnu Sina, dikenal di Barat dengan nama Avicenna. (foto: ist/palontaraq)

Waspada tapi Jangan Nervous

Ibnu Sina menjelaskan kepada sahabatnya bahwa tidak usah takut menghadapi wabah ini, tetapi hadapilah dengan suka cita dan kegembiraan, karena Rasa takut, secara signifikan dapat melemahkan imunitas atau kekebalan tubuh.

Sehubungan dengan hal di atas, Ibnu Sina menyampaikan kata mutiaranya:

 

اَلوَهْمُ نِصْفُ الدَاءِ، وَالإطْمِئْنَانُ نِصْفُ الدَوَاءِ، وَالصَبْرُ بِدَايَةُ الشِفَاءِ

 

al-wahm nişfud-dā-i, wal-ițmi’nān nişfud-dawā-i, wal-şabr bidāyah al-syifā

Delusi (serba kawatir) adalah separuh penyakit, ketenangan adalah separuh pengobatan, dan kesabaran adalah awal dari kesembuhan.

Gerakan Cuci Tangan. (foto: ist/palontaraq)
Gerakan Cuci Tangan. (foto: ist/palontaraq)

Metoda Ibnu Sina dan Penerapan Physical Distancing, Gerakan Cuci Tangan

Ibnu Sina juga menerangkan cara pencegahan wabah lainnya, yaitu yang bersangkutan harus menjauhi kerumunan manusia, dan uang harus disterilkan dengan air cuka.

Ia juga menyarankan masjid dan pasar harus ditutup sementara, sehingga setiap orang shalat di rumahnya masing-masing, agar rantai penyebaran infeksi tidak berlanjut.

Di samping itu, dokter dan paramedis yang merawat pasien, agar mensterilkan hidungnya dengan kapas yang direndam dalam cuka.

Juga dianjurkan untuk mengunyah auraq al-syaikh (semacam daun-daunan), yang semuanya ini baru dikenali setelah adanya wabah pandemi Corona menyebar ke berbagai negeri.

Karantina 40 Hari

Ibnu Sina untuk mencegah penyakit yang ditularkan oleh mikroba, di antara sesama manusia, ia menemukan metode mengisolasi selama 40 hari.

Metode ini dia sebut *al-arba’iniyyat (40 harian) lalu dikenal dalam bahasa Itali dengan quarantine lalu diserap dalam bahasa Indonesia menjadi karantina.

Karena kemajuan ilmu kedokteran, untuk masa sekarang ini karantina lazimnya dilakukan selama 14 hari.

ilmu kedokteran yang dikembangkan ahli medis muslim di abad pertengahan pernah mempengaruhi dunia kedokteran terutama di daratan Eropa.

Inovasi-inovasi Ibnu Sina dalam bidang medis terutama dalam usahanya membatasi penyebaran wabah, sangat relevan untuk digunakan pada pembatasan penyebaran Corona masa sekarang ini. (*)

 

(* Penulis adalah Guru Besar Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisment -

HIGHLIGHT