BerandaFeatureTeroris Bulet, digoreng dadakan, Anget!

Teroris Bulet, digoreng dadakan, Anget!

Oleh: Nasrudin Joha

Tulisan sebelumnya: Menag buka Kedok,  Isu Radikalisme adalah Perang terhadap Islam

PALONTARAQ.ID – Isu terorisme itu bulet, tak ada ujung dan tepi, sekali dilempar menggelinding tak tentu arah, melibas ke banyak persoalan. Teroris bukan kotak yang jelas sudut dan penempatannya, yang tak mudah digeser dan didorong kesana kemari.

Teroris dan radikalis itu saudara kembar, selalu muncul seperti tahu bulet digoreng dadakan, lima ratusan anget-anget. Selalu isu teroris dan radikalis di goreng, bolanya menyapu ke segala arah dan menutup berbagai kegagalan penguasa mengelola negeri ini.

Teroris dan radikalis itu mudah dipesan dan cepat di goreng, anget dan nikmat untuk mengelabui kesadaran publik atas karut marutnya pengelolaan negeri.

Setelah ‘gagal’ memenuhi janji, setelah ‘gagal’ menutupi janji lama dengan janji baru, isu terorisme digoreng kembali, dihidangkan, dan digelindingkan kemana-mana.

Kalau isu itu korupsi, penyelidikan dan penyidikan dibatasi hanya pada aspek korupsinya, tidak melebar Kemana-mana. Kalau terorisme, bahasannya bisa menyeluruh dan heroik.

Dari tempat ngaji, istrinya, kebiasaan dilingkungan, kegemaran ibadah, celana cingkrang, jenggot, cadar, Al Quran, buku jihad, cerita terduka teroris mirip roman, diceritakan ulang kisah hidupnya sejak lahir hingga didorr oleh Densus 88.

Coba kalau korupsi penanganannya seperti terorisme, pasti lebih heboh. Misalkan saja, pelaku korupsi kebiasaannya sidang di Senayan, bertemu dengan Presiden dan petinggi negara, suka sentuh situs yang menggelorakan syahwat, pelanggan Alexis, lulusan UI, UGM, Undip, Unpad, dan banyak perguruan tinggi beken lainnya, pengagum John locke, suka baca buku das kapital, bukunya Adam Smith, David Ricardo, pengagum demokrasi bahkan penganut pengemban dan penyebar paham Sekulerisme demokrasi.

Kalau model penanganan korupsi seperti terorisme, keren itu. Dijamin, angka korupsi turun drastis. Sayangnya, korupsi itu lekat dengan pejabat dan penguasa, semua unsur negara terlibat, karenanya semua unsur negara berusaha ikut menutupinya.

Kalau teroris? Radikalis? Umat Islam korbannya. Terduga akan dibahas berulang rajin sholat, pernah mengenyam kehidupan pondok. Anaknya taat dan menutup aurat, istrinya bercadar, dan lain-lain.

Lihat pula: Pusing 212: Negara dengan 80 Juta Teroris?

Sayangnya, cerita roman tentang terorisme itu hanya versi penyelidikan dan penyidikan yang berujung dor-doran, kemudian dibuat ‘terortaitment’ melalui media massa yang diputar berulang-ulang. Bukan Versi sidang pengadilan.

Belum ada versi fakta persidangan yang dibahas berulang, ada versi hakim, versi pengacara, Versi jaksa, bukan melulu cerita roman terorisme versi Densus 88. Jadi, semua roman tentang terorisme itu hanya dari tinta densus, tak ada versi pledoi pengacara, putusan versi hakim, atau minimal versi dakwaan jaksa.

Padahal, banyak fakta penyidikan itu terbantahkan oleh fakta persidangan. Tayangan media tentang penyelidikan dan penyidikan terorisme itu hanya butuh narasi, sementara fakta persidangan itu membutuhkan bukti.

Faktanya banyak terduga terorisme dieksekusi mati, di dor hanya dengan dalih melakukan perlawanan, tanpa diberi kesempatan membela diri dipersidangan. Lalu, Kemana larinya banyak penangkapan terduga terorisme? Kok tidak sebanding dengan sidang yang digelar?

Apakah, proses penegakan hukum di negeri ini tidak semuanya bermuara di pengadilan? Adakah, ‘pengadilan lain’ diluar pengadilan yang resmi ? Kenapa banyak berita tayangan penangkapan teroris tapi tak ada tayangan sidang terorisme?

Itu dia, kenapa judul tulisan ini adalah Teroris bulat, digoreng dadakan. Jadi, Anda bisa pesan kapanpun teroris bulet ini dan digoreng dadakan sesuai keperluan. [*]

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisment -

HIGHLIGHT