BerandaFeatureSaid Aqil Shiroj yang Basi, Khilafah itu Janji Nabi SAW

Said Aqil Shiroj yang Basi, Khilafah itu Janji Nabi SAW

Bendera Tauhid. (foto: ist/palontaraq)
Bendera Tauhid. (foto: ist/palontaraq)

Oleh: Nasrudin Joha

Tulisan sebelumnya:  Ibu, Izinkan Aku Berjuang Menegakkan Khilafah

PALONTARAQ.ID – “Sebenarnya khilafah itu sudah basi, enggak usah dibicarakan. Semua negara Islam menolak khilafah. Semua, (seperti) Pakistan, Saudi.”  [Said Aqil Shiroj, 12/11]

Ajaran Islam itu tak ada yang basi, sejak Rasulullah SAW diutus hingga hari kiamat, ajaran Islam tak pernah basi. Khilafah itu ajaran Islam, sama seperti sholat, zakat, puasa, haji, dan lain-lain.  Meski Rasulullah SAW telah berlalu hampir 14 abad yang lalu, namun ajaran beliau tetap berlaku hingga hari kiamat.

Bahwa banyak sebagian bahkan nyaris seluruh ajaran Nabi SAW ditinggalkan, itu adalah fakta kerusakan umat, bukan bukti basinya ajaran Rasululah SAW. Karena itu, penting untuk memperbincangkan ajaran Rasulullah dan berusaha menerapkannya dalam kehidupan, agar dapat menjadi solusi atas berbagai problem kehidupan yang mendera umat manusia.

Karena itu aneh, jika Said Aqil Shiroj menuding ajaran Islam khilafah disebut basi. Bahkan, jangankan menerapkannya membincangkan saja menurut Said tak perlu.

Pernyataan Ketua Umum PBNU, Said Aqil Shiroj bahwa Khilafah itu sudah basi. (foto: ist/palontaraq)
Pernyataan Ketua Umum PBNU, Said Aqil Shiroj bahwa Khilafah itu sudah basi. (foto: ist/palontaraq)


Celakanya, kerusakan penerapan Islam di Saudi dan Pakistan dijadikan dalil untuk menolak khilafah. Padahal, yang terkategori dalil sebagai dasar pemikiran Islam itu hanya Al Quran, As Sunnah, Ijma’ Sahabat dan Qiyas.

Fakta kerusakan penerapan Islam oleh Rezim Saudi, tidak dapat menjadi dalil untuk menolak khilafah. Apalagi, secara historis rezim Bani Saud di Saudi Arabia justru yang memilik peran dan andil meruntuhkan kekhilafan Islam terakhir di Turki Utsmani.

Bani Saud dan Mahzab Wahabi bersekutu dengan Inggris untuk memerangi khilafah Turki, bughot (memberontak) dan mendirikan Kerajaan Arab Saudi. Inilah, realitas eksistensi kerajaan Arab Saudi yang tak mungkin terbentuk kecuali diatas dasar pemberontakan dan pengkhianatan terhadap Daulah khilafah yang berpusat di Turki.

Fakta penerapan sistem kerajaan Arab Saudi, penghalalan Riba, Penguasaan Tambang (khususnya minyak) oleh Keluarga Kerajaan, abainya Saudi terhadap kaum muslimin di Palestina, Kebencian Saudi terhadap Yaman dan menyerang Yaman berdalih Syiah Houti, bermegahnya keluarga raja ditengah kesulitan hidup rakyat Arab dan kaum muslimin pada umumnya, adalah bukti bahwa Saudi tidak menerapkan Islam.

Adapun khilafah adalah sistem pemerintahan Islam yang memiliki fungsi menerapkan Islam secara kaffah sekaligus mengemban misi dakwah Islam ke seluruh penjuru alam.

Khilafah dipimpin oleh seorang Khalifah, bukan Raja, bukan Presiden, bukan Ratu, bukan Kaisar atau perdana menteri. UU khilafah bersumber dari Al Quran dan As Sunnah, bukan UU yang bersumber dari Raja, dari Rakyat, dari Kaisar, atau dari Ratu.

Jubir HTI, Ismail Yusanto. (foto: ist/palontaraq)
Jubir HTI, Ismail Yusanto. (foto: ist/palontaraq)


Khilafah itu negara bagi segenap kaum muslimin, bukan negara bagi muslim Pakistan, muslim Irak, muslim Saudi, muslim India, muslim Indonesia, muslim Turki, dan lain-lain.

Khilafah adalah negara yang memiliki misi pembebasan, membebaskan manusia dari menyembah selain kepada Allah SWT menuju menghamba dan menyembah hanya kepada Allah SWT semata.

Jadi justru ucapan Said Aqil yang basi, ditengah geliat kaum milenial yang rindu khilafah tokoh gaek ini justru menuding khilafah basi. Jika dirujuk ilmunya, Said Aqil ini tidak ada seujung kukunya Imam Malik, Imam Syafi’i, Imam Hanafi atau Imam Hambali.

Padahal, seluruh Imam mahzab ijma’ tentang wajibnya khilafah. Kok seorang Said didengar ? Tidak perlu dan tidak penting. Selain bertentangan dengan para imam mahzab, omongan Said Aqil ini jelas bertentangan dengan Al Quran dan As Sunnah.

Sudahlah Pak Said, kalau Ga mau ngomong khilafah, lidahnya kelu mengeluarkan fatwa wajibnya khilafah, biar kami saja kaum milenial yang bicara. Toh, usia Pak Said sudah tua, lebih baik banyak berzikir saja untuk bekal menuju mati.

Biar kami kaum milenial yang memperjuangkan khilafah. Dan kami yakin, masih banyak ulama lurus yang mendukung dan ikut memperjuangkan tegaknya khilafah. Khilafah itu janji Nabi SAW:

تَكُوْنُ النُّبُوَّةُ فِيْكُمْ مَا شَاءَ ا للهُ أَنْ تَكُوْنَ ، ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ اَنْ يَرْفَعَهَا ، ثُمَّ تَكُوْنُ خِلآفَةً عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ

فَتَكُوْنُ مَا شَاءَ اللهُ اَنْ تَكُوْنَ ، ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ، ثُمَّ تَكُوْنُ مُلْكًا عَاضًا 

فَتَكُوْنُ مَا شَاءَ اللهُ أَنْ تَكُوْنَ ، ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ، ثُمَّ تَكُوْنُ مُلْكًا جَبَّرِيًّا

فَتَكُوْنَ مَا شَاءَ اللهُ أَنْ تَكُوْنَ ، ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ، ثُمَّ تَكُوْنُ خِلآفَةً عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ ، ثُمَّ سَكَتَ

 

Artinya:

“Periode kenabian akan berlangsung pada kalian dalam beberapa tahun, kemudian Allah mengangkatnya. Setelah itu datang periode khilafah aala minhaj nubuwwah (kekhilafahan sesuai manhaj kenabian), selama beberapa masa hingga Allah ta’ala mengangkatnya. Kemudian datang periode mulkan aadhdhan (penguasa-penguasa yang menggigit) selama beberapa masa. Selanjutnya datang periode mulkan jabbriyyan (penguasa-penguasa yang memaksakan kehendak) dalam beberapa masa hingga waktu yang ditentukan Allah ta’ala. Setelah itu akan terulang kembali periode khilafah ‘ala minhaj nubuwwah. Kemudian Nabi Muhammad saw diam.”  (HR Ahmad). []

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisment -

HIGHLIGHT