BerandaShalatKisah Habib Umar bin Hafidz Shalat di Gereja

Kisah Habib Umar bin Hafidz Shalat di Gereja

Oleh:  M. Farid Wajdi, S.H.i

Tulisan Sebelumnya: Mengenal Guru Para Peruqyah: Syekh Wahid Ibnu Abdus Salam Ibnu Bali

PALONTARAQ.ID – Di Jerman, Guru Mulia Habib Umar bin Hafiz menyampaikan tausiyah di sebuah forum. Hadir diantaranya seorang missionaris Nasrani yang mencuri dengar, lalu melaporkannya pada pimpinan gereja setempat.

Sang Pendeta besar lalu mengundang guru mulia untuk datang ke gereja dan menyampaikan khutbah. Seakan tantangan sekaligus pelecehan terhadap Habib Umar bin Hafiz  yang berbicara kerukunan ummat beragama, dari pihak gereja menanti apa Habib berani masuk gereja?

Ternyata Guru Mulia Habib Umar bin Hafiz setuju datang, dan minta izin untuk shalat terlebih dahulu di gereja itu. Perlu dipahami sebelumnya bahwa  dari seluruh madzhab sebagian mengatakan makruh untuk shalat dalam gereja, sebagiannya lagi menyatakan haram. Sebagiannya yang lain lagi menyatakan mengatakan boleh shalat dalam gereja jika diharapkan akan diubah menjadi masjid.

Lihat juga:  Ustadz Abdul Somad, Da’i Sejuta Viewers

Habib Umar bin Hafiz saat diajak foto bersama oleh seorang Nasrani. (foto: aswaja/palontaraq)
Habib Umar bin Hafiz saat diajak foto bersama oleh seorang Nasrani. (foto: aswaja/palontaraq)

Selepas beliau menyampaikan tausiyah, maka pimpinan pendeta ditanya, “Bagaimana pendapatmu terhadap Islam? Sang pimpinan pendeta itu  menjawab, “Aku benci Islam, namun aku cinta pada orang ini”.

Habib Umar bin Hafiz yang merupakan pimpinan Darul Musthafa di Tarim, Yaman ini pun menjawab, “Jika kau mencintaiku akan datang waktunya kau akan mencintai islam”.

Para murid dan jamaah Habib Umar bin Hafiz kemudian mempertanyakan alasan sang Guru mulia melakukan shalat di gereja? Beliau menjawab, “Aku melakukannya karena aku yakin tempat ini akan menjadi Mesjid kelak”.

Lihat juga:  Fadhilah Shalat Tarawih

Habib Umar bin Hafiz di Darul Musthafa, Tarim, Yaman (foto: aswaja/palontaraq)
Habib Umar bin Hafiz di Darul Musthafa, Tarim, Yaman (foto: aswaja/palontaraq)

Cerita ini diceritakan ulang sebagaimana adanya, seperti dituturkan oleh putra beliau, Habib Salim bin Umar bin Hafidz.

Semoga bermanfaat adanya. Wallahu ‘alam bish-shawab. (*)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisment -

HIGHLIGHT