BerandaAl-Qur'anInilah Kedunguan dan Kebiadaban Orang Swedia yang Membakar Al-Qur'an

Inilah Kedunguan dan Kebiadaban Orang Swedia yang Membakar Al-Qur’an

Oleh: Dr. Adian Husaini *)

Related Post: 12 Tipe Hati yang Sakit menurut Al-Qur’an

PALONTARAQ.ID – Pada 21 Januari 2023 lalu, kembali terjadi peristiwa yang memalukan dan memilukan di sebuah negara Eropa. Seorang politisi Swedia bernama Rasmus Paludan membakar salinan Al-Quran. Ini bukan aksinya yang pertama.

Aksi biadab Paludan ini memicu kecaman dari seluruh dunia. Inilah upaya kaum ekstrimis di Eropa melakukan provokasi terhadap umat Islam. Mereka membakar al-Quran dan juga beberapa kali melecehkan Nabi Muhammad saw dengan berbagai cara.

Betapa bodoh dan biadabnya kaum ekstrimis itu. Bagi umat Islam, aksi-aksi seperti ini semakin menguatkan keyakinan umat Islam akan kebenaran al-Quran, bahwa kaum kuffar itu tak pernah ridho dengan umat Islam dan kemudian melakukan tindakan keji tak berperikemanusiaan. (QS al-Baqarah: 120).

Allah SWT sudah memperingatkan umat Islam: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu, orang-orang yang berada di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya menimbulkan kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya.” (QS Ali Imran: 118).

Tahun 2020 lalu, juga terjadi kasus pembakaran Al-Qur’an di kota Malmo, Swedia Selatan. Umat Islam pun tidak diam. Berbagai aksi digelar untuk menyampaikan protes. Organisasi Konferensi Islam mengimbau agar umat Islam bisa “menahan diri dan menghindari kekerasan”.

Belum reda kasus pembakaran al-Quran di Swedia itu, sebuah koran di Perancis, Charlie Hebdo, lagi-lagi melakukan pelecehan dan penghinaan terhadap Nabi Muhammad saw. Koran ini mencetak ulang karikatur Nabi Muhammad yang sangat menyinggung perasaan umat Islam.

Karikatur yang melecehkan Nabi Muhammad saw itu pertama kali dicetak oleh surat kabar Denmark Jyllands Posten. Charlie Hebdo, yang saat itu kurang dikenal di luar Prancis, secara rutin membuat karikatur para pemimpin agama dari berbagai agama dan menerbitkannya kembali segera setelah itu.

Sebagaimana kasus pembakaran al-Quran di Swedia, Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan bahwa bukan tempatnya untuk memberikan penilaian atas keputusan majalah satir itu, dengan mengatakan Prancis memiliki kebebasan berekspresi.

***

Betapa bodohnya orang-orang yang membakar al-Quran dan melecehkan Nabi Muhammad saw itu! Bahkan, mereka mungkin lupa akan sejarah mereka sendiri. Kebencian seperti itulah yang dulu diungkapkan oleh para pemuka agama mereka di masa lalu, tetapi akhirnya kebencian itu justru menjadikan mereka semakin tenggelam dalam kebodohan dan kemunduran.

Dalam bukunya, Metode Bibel dalam Studi al-Quran, Adnin Armas banyak memuat data tentang kebencian para tokoh Kristen di masa lalu dalam memahami al-Quran. Abdul Masih al-Kindi, misalnya, menyatakan: “Orang yang percaya kepada bahwa al-Quran berasal dari Tuhan adalah tolol. Muhammad sama sekali tidak membawa mukjizat sebagaimana Nabi Musa yang membelah laut dan Kristus yang menghidupkan orang mati serta menyembuhkan penyakit kusta.”

Peter The Venerable (1094-1156), menyatakan: “Al-Quran tidak terlepas dari para setan. Setan telah mempersiapkan Muhammad, orang yang paling nista, menjadi anti-Kristus. Setan telah mengirim informan kepada Muhammad, yang memiliki kitab setan (diabolical scripture).

Martin Luther menyatakan, bahwa al-Quran itu merupakan kitab karangan setan (The devil is the ultimate author of the Quran). Katanya lagi, bahwa Al-Quran mengajarkan kebohongan, pembunuhan, dan tidak menghargai perkawinan. Bohong, karena menolak kematian Yesus dan Ketuhanan Yesus sebagaimana diajarkan dalam Bible.

Jika dicermati, dalam sejarah, cara-cara kasar dan vulgar dalam menyerang al-Quran dan Nabi Muhammad saw seperti yang dilakukan oleh pendahulu mereka, tidak berpengaruh apa-apa terhadap umat Islam. Islam terus berkembang di seluruh penjuru dunia.

Maka, mulai akhir abad ke-19, para orientalis Yahudi-Kristen di Eropa mengubah cara mereka dalam menyerang al-Quran dan Nabi Muhammad. Mereka menggunakan “pendekatan studi al-Quran”. Salah satu pelopornya adalah Dr. Abraham Geiger yang menulis buku “What Did Muhammad Borrow from Judaism.”

Dengan metode baru dalam studi Islam dan khususnya Studi al-Quran, maka tidak sedikit kaum muslim sendiri yang terjebak, tanpa sadar menyerang al-Qurannya, mengikuti metode kaum Orientalis. Tujuannya sama, bagaimana agar umat Islam jauh dari al-Quran dan ajaran-ajaran al-Quran tidak dilaksanakan oleh umat Islam. Bahkan ada beberapa orang yang secara formal beragama Islam, tetapi menyerang al-Quran.

Jadi, begitulah bodoh dan biadabnya orang-orang yang melecehkan dan membakar al-Quran itu. Mereka tidak tahu sejarahnya sendiri. Di masa kini, tindakan biadab mereka itu, juga seperti mempertontonkan kepanikan dan ketakutan terhadap perkembangan Islam di Eropa. Wallaahu A’lam bish-shawab. (Palu, 25 Januari 2023).

 

(* Artikel ditulis di Palu, 25 Januari 2023, selengkapnya bisa juga dilihat di: www.adianhusaini.id

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisment -

HIGHLIGHT