BerandaHighlightYa... Rasulullah, SAW

Ya… Rasulullah, SAW

Lihat pula: Nasab dan Silsilah Nabi Muhammad SAW

Oleh: Aswar Hasan

PALONTARAQ.ID – Suatu hari, Rasulullah SAW bersabda: “Wahai Abu Bakar, aku begitu Rindu hendak bertemu dengan saudara-saudaraku.

Sahabat Abu Bakar Shiddiq RA berkata: “Apakah maksudmu berkata demikian, wahai Rasulullah? Bukankah kami ini saudara-saudaramu.”

“Rasulullah berkata: “Tidak, wahai Abu Bakar. Kamu semua adalah sahabat-sahabatku tetapi bukan saudara-saudaraku.”

“Saudara-saudaraku adalah mereka yang belum pernah melihatku tetapi mereka beriman denganku dan mereka mencintaiku melebihi anak dan orang tua mereka.”

“Mereka itu adalah saudara-saudaraku dan mereka bersama denganku. Beruntunglah mereka yang melihatku dan beriman kepadaku dan beruntung juga mereka yang beriman kepadaku sedangkan mereka tidak pernah melihatku.” (HR. Muslim).

Lihat pula: Hikmah Isra’ Mi’raj: Rasulullah SAW Imam Para Nabi

Masya Allah begitu cintanya Rasulullah Muhammad,SAW kepada kita yang hidup diakhir zaman ini, hingga menjelang ajal pun yang diingatnya hanya ummatnya (kita sekalian).

Kalimat paling akhir yang terucap dari bibirnya adalah ummati, ummati, ummati 3 kali kita sebagai ummatnya diserunya hingga ajal menjemput.

Beliau adalah manusia termulia yang dilahirkan ke bumi dengan menebar Rahmat bagi alam semesta. Khusus bagi manusia, missi beliau adalah menyempurnakan akhlak.

Rasulullah Nabi Muhammad SAW adalah sosok yang begitu diistimewakan oleh Allah sang Maha Pencipta.

Jika dibanding dengan Nabi-Nabi lainnya, perlakuan Allah SWT begitu mengistimewakan Nabi Muhammad,SAW sehingga jika Allah SWT memanggilnya, tidak langsung menyebut namanya sebagaimana Allah memanggil Nabi-Nya yang lain, melainkan memanggil dengan menyertakan gelarnya sebagai Nabi atau Rasul. Pun Allah beserta malaikat-Nya bershalawat kepada Nabi Muhammad (Q.S. Al Ahzab:56)

Jika Allah SWT beserta para malaikatnya bershalawat kepadanya, lantas bagaimana kita yang hamba-Nya dan ummatnya?

“Orang yang sangat pelit adalah orang yang ketika namaku disebut di sampingnya, ia tidak mau membaca shalawat kepadaku.” (H.R. At-Tirmidzi).

Membaca shalawat kepada Nabi adalah salah satu manifestasi kecintaan verbal kepada beliau.

Bentuk kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya adalah dengan mengikuti dan menghidupkan sunnah Nabi-Nya.

“Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu”. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS Ali-‘Imran ayat 31).

Kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya, merupakan satu paket. Bahkan, kecintaan itu tidak boleh dikalahkan kecintaan kepada keluarga, harta kekayaan dan usaha/perniagaan yang kita kuatirkan kerugiannya dalam kehidupan kita (Q.S. At Taubah:24).

Lihat pula: Islam masuk ke Nusantara, saat Rasulullah SAW masih Hidup!

Lantas, ketika Nabi yang wajib secara patut kita cintai dilecehkan di Perancis, lantas kita diam saja, mungkin itu pertanda cinta kita patut dipertanyakan.

Bahwa Nabi tidak butuh dibela, sekuat dan sehebat apa pun mereka berupaya merendahkan Rasulullah,SAW takkan pernah bisa berhasil. Nabi Muhammad SAW tetap mulia hingga pasca akhir zaman. Betapa tidak, karena Allah SWT telah memuliakannya.

Meski pun demikian, cinta kita butuh ketersinggungan, sebagai bukti tanpa syarat, bahwa jika sang Nabi yang kita muliakan itu dilecehkan, sangatlah manusiawi yang imaniah jika kita pun lantas tidak tinggal diam, melakukan pembelaan.

Pembelaan itu, hakekatnya adalah pembelaan terhadap diri kita sendiri sebagai ummatnya. Betapa malunya kita ini jika enggan membelanya, sementara di akhirat kelak, dia justru membela kita agar tidak terjerembab ke dalam neraka jahanam.

Ayo bela harga diri keimanan kita sebagai ummat Muhammad. Bagaimana dengan Anda?

Wallahu A’lam Bishawwab.

*) TULISAN Sudah dimuat di Kolom Secangkir Teh Harian Fajar, 1 Nopember 2020

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisment -

HIGHLIGHT