BerandaIslamNasehat Ulama Shalafus Shaleh, Imam Al-Fudhail bin ‘Iyadh

Nasehat Ulama Shalafus Shaleh, Imam Al-Fudhail bin ‘Iyadh

Oleh: Muhammad Farid Wajdi dan Ummu ‘Adil

PALONTARAQ.ID – Siapa Fudhail bin ‘Iyadh? Al-Fudhail bin ‘Iyadh adalah  tokoh terkemuka dari generasi tabi’ut tabi’in.  Beliau sosok ahli ibadah yang banyak menghabiskan waktunya di Mekkah dan Madinah.

Kehidupannya penuh dengan cahaya ilmu, amal serta istiqomah dalam membela kebenaran. Salah satu kelebihannya yang dianugerahkan oleh Allah ‘Azza wa Jalla kepadanya adalah dimunculkan banyak hikmah melalui lisannya.

Al-Fudhail bin ‘Iyadh adalah seorang ulama’ Sholeh dan ulama besar dimasanya, tapi siapa sangka beliau dulunya adalah seorang Qathi’uth thoriq (pembegal jalan/penyamun), akan tetapi Hidayah Allah SWT bisa datang dari mana dan kapan saja.

Berikut ceritanya seperti dikutip dari Kitab Siyar A’lam An-Nubala’ karya Imam Adz-Dzahabi, 8/423 :

قال أبو عمار الحسين بن حُريث ، عن الفضل بن موسى قال
كان الفضيل بن عياض شاطرا يقطع الطريق بين أبِيوَرْد وسَرخس
وكان سبب توبته أنه عشق جارية ، فبينما هو يرتقي الجدران إليها ، إذ سمع تاليا يتلو ”
{أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ آمَنُوا أَنْ تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ اللَّهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ الْحَقِّ وَلَا يَكُونُوا كَالَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ
مِنْ قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ الْأَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوبُهُمْ وَكَثِيرٌ مِنْهُمْ فَاسِقُونَ} [الحديد: 16].

 

Abu Amar Al-Husayn bin Huraits berkata, dari Al-Fadhl bin Musa, beliau berkata: “Al-Fudhail bin ‘Iyadh dulunya seorang pembegal jalan (penyamun) yang menghadang orang-orang di daerah antara Abu Warda dan Sirjis.

Dan sebab taubat beliau adalah karena beliau pernah terpikat dengan seorang wanita, maka tatkala beliau tengah memanjat tembok guna melaksanakan hasratnya terhadap wanita tersebut, tiba-tiba saja beliau mendengar seseorang membaca ayat:

Artinya: “Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik.” (QS. Al Hadid: 16)

فلما سمعها ، قال : بلى يارب ، قد آن ، فرجع ، فآواه الليل إلى خَرِبة ، فإذا فيها سابلة ، فقال بعضهم :

نرحل ، وقال بعضهم : حتى نصبح فإن فضيلا على الطريق يقطع علينا

Maka tatkala mendengarnya beliau langsung berkata: “Tentu saja wahai Rabbku. Sungguh telah tiba saatku (untuk bertaubat).”

Maka beliaupun kembali, dan pada malam itu ketika beliau tengah berlindung di balik reruntuhan bangunan, tiba-tiba saja di sana ada sekelompok orang yang sedang lewat.

Sebagian mereka berkata: “Kita jalan terus,” dan sebagian yang lain berkata: “Kita jalan terus sampai pagi, karena biasanya Al-Fudhail menghadang kita di jalan ini.”

قال ففكرت ، وقلت : أنا أسعى بالليل في المعاصي ، وقوم من المسلمين هاهنا ، يخافوني ،

وما أرى الله ساقني إليهم إلا لأرتدع ، اللهم إني قد تبت إليك ، وجعلت توبتي مُجاورة البيت الحرام .

Maka beliaupun berkata, “Kemudian aku merenung dan berkata: ‘Aku menjalani kemaksiatan-kemaksiatan di malam hari dan sebagian dari kaum muslimin di situ ketakutan kepadaku, dan tidaklah Allah menggiringku kepada mereka ini melainkan agar aku berhenti (dari kemaksiatan ini). Ya Allah, sungguh aku telah bertaubat kepada-Mu dan aku jadikan taubatku itu dengan tinggal di Baitul Haram’.”

Dari Abdullah Ash-Shomad Mardawaih Ash-Sha’igh, dia berkata: “Ibnul Mubarok berkata kepadaku bahwa sesungguhnya Al-Fudhail merupakan bukti kebenaran kekuasaan Allah ‘Azza wa Jalla dengan dimunculkan hikmah melalui lisannya. Dia termasuk manusia yang dikaruniai manfaat dari amal-amalnya.” (Siyar A’lam An Nubala 8/425).

Fudhoil bin Iyadh Catatan Alternative
Nasehat al-Fudhoil bin Iyadh (foto: Catatan Alternative)

Nasehat al-Fudahil bin ‘Iyadh

Diantara mutiara hikmah yang diungkapkannya adalah: “Kosongkan hatimu untuk sedih dan takut, sampai keduanya dapat bersarang. Apabila sedih dan takut bersarang dihatimu, maka keduanya akan membentengimu dari melakukan maksiat dan menjauhkan dirimu dari api neraka.” (Siyar A’lam An-Nubala 8/ 438 ).

Rasa takut dan sedih akan siksanya membuat hatinya begitu memiliki harapan besar untuk selalu dekat dengan Allah Ta’ala. Begitu pula saat disebut-sebut nama Allah atau mendengar ayat-ayatNya, rasa takut dan sedih itu selalu memenuhi hati dan pikirannya.

Dari Sufyan bin ‘Uyainah, dia berkata, “Aku belum pernah melihat seorangpun yang lebih takut kepada Allah daripada Al-Fudhail dan ayahnya.”

Dari Muhammad bin Thufail, dia berkata, “Aku mendengar Al-Fudhail bin Iyadh berkata, “Sedih (karena Allah) di dunia menghilangkan keresahan di akhirat dan (terlalu) gembira di dunia menghilangkan manisnya beribadah.”

Perkataannya mencerminkan kebeningan hatinya, dalam ilmu, hikmah, keagungan iman, serta penghambaan tulus kepada Rabb-nya.

Dalam suatu riwayat disebutkan Al-Fudhail bin Iyadh berkata (kepada dirinya) “Wahai, kasihannya engkau. Engkau berbuat buruk, tetapi merasa berbuat baik. Engkau tidak tahu, tetapi merasa selevel dengan  ulama. Engkau kikir, tetapi merasa dermawan. Engkau pandir, tetapi merasa berakal (cerdas). Ajalmu pendek , namun angan-anganmu panjang.” ( Siyar A’lamin Nubala 8/440)

Demikianlah perkataan al-Fudhail,  dalam dan penuh pesan moral.  Allah SWT memberinya kecerdasan batin sebagai  seorang mukmin yang ikhlas dan qona’ah.

Adz-Dzahabi berkata, “Ditanyakan kepada Al-Fudhail bin Iyadh: “Apakah zuhud itu?” . Dia menjawab, “Banyak qona’ah,”

Lalu ditanyakan, “Apakah wara’ itu?” Al-Fudhail menjawab, “Menjauh dari sesuatu yang dilarang Syari’at,”

Dan ketika ditanyakan, “Apakah ibadah itu?” maka Al-Fudhail menjawab, “Melaksanakan sesuatu yang diwajibkan,”

Lalu ditanyakan pula, “Apa itu tawadhu‘?” Al-Fudhail menjawab, “Anda tunduk kepada Yang Haq. Dan ketahuilah sesungguhnya Wara’ terberat itu terletak pada lisan.”

Kisah al-Fudhail dan Muridnya

Salah satu sifat menonjol beliau adalah sangat peduli dan perhatian terhadap murid-muridnya. Sesuatu ketika ia mendatangi salah satu muridnya yang tengah sakaratul maut.

Beliau membimbingnya untuk bersyahadat tetapi lisannya tak mampu mengucapkan bacaaan syahadat. Beliau mengulang-ulangi bacaan syahadat, namun muridnya mengatakan, “Saya tidak dapat mengucapkannya,” hingga Al-Fudhail berlepas diri darinya.

Beliaupun menangis setelah kematian sang murid, beliau bermimpi dalam tidurnya ternyata murid tersebut setiap tahun meminum segelas arak agar sembuh dari penyakitnya.

Ilustrasi - Pertaubatan al-Fudhail bin Iyadh. (foto: Islami.co)
Ilustrasi – Pertaubatan al-Fudhail bin Iyadh. (foto: Islami.co)

Do’a Al-Fudhail terhadap Pemimpin

Al-Fudhail bin ‘Iyadh berkata:

 

لو أن لي دعوة مستجابة ما صيرتها إلا في الإمام قيل له: وكيف ذلك يا أبا علي؟ قال:

متى ما صيرتها في نفسي لم تجزني ومتى صيرتها في الإمام فصلاح الإمام صلاح العباد والبلاد

Artinya:
“Seandainya aku memiliki doa yang mustajab, maka akan aku tujukan doa tersebut kepada pemimpin.”

Ada yang bertanya pada Fudhail, “Mengapa bisa demikian?” Ia menjawab, “Jika aku tujukan doa tersebut pada diriku saja, maka itu hanya bermanfaat untukku. Namun jika aku tujukan untuk pemimpinku, maka rakyat dan negara akan menjadi baik.

 

اللهم إني أعوذبك من إمارةِ الصبيان والسفهاء

اللَّهُمَّ لَا تُسَلِّطْ عَلَيْنَا بِذُنُوْبِنَا مَنْ لَا يَخَافُكَ فِيْنَا وَلَا يَرْحَمُنَا

اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُوْرِنَا، اَللَّهُمَّ وَفِّقْهُمْ لِمَا فِيْهِ صَلَاحُهُمْ وَصَلَاحُ اْلإِسْلَامِ وَالْمُسْلِمِيْنَ،

اَللَّهُمَّ أَعِنْهُمْ عَلَى الْقِيَامِ بِمَهَامِهِمْ كَمَا أَمَرْتَهُمْ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. اَللَّهُمَّ أَبْعِدْ عَنْهُمْ بِطَانَةَ السُّوْءِ

وَالْمُفْسِدِيْنَ وَقَرِّبْ إِلَيْهِمْ أَهْلَ الْخَيْرِ وَالنَّاصِحِيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُوْرِ الْمُسْلِمِيْنَ فِيْ كُلِّ مَكَانٍ

 

Artinya:
“Yaa Allah, sungguh kami berlindung kepada-Mu dari pemimpin yang kekanak-kanakan dan dari pemimpin yang bodoh.

Yaa Allah dikarenakan dosa-dosa kami- janganlah Engkau kuasakan (beri pemimpin) orang-orang yang tidak takut kepada-Mu atas kami dan tidak pula bersikap rahmah kepada kami.

Ya Allah, jadikanlah pemimpin kami orang yang baik. Berikanlah taufik kepada mereka untuk melaksanakan perkara terbaik bagi diri mereka, bagi Islam, dan kaum muslimin.

Ya Allah, bantulah mereka untuk menunaikan tugasnya, sebagaimana yang Engkau perintahkan, wahai Rabb semesta alam.

Ya Allah, jauhkanlah mereka dari teman dekat yang jelek dan teman yang merusak. Juga dekatkanlah orang-orang yang baik dan pemberi nasihat yang baik kepada mereka, wahai Rabb semesta alam.

Ya Allah, jadikanlah pemimpin kaum muslimin sebagai orang yang baik, di mana pun mereka berada.”

Referensi:
– Yang Aku Khawatirkan Atas Umatku, Abu Yahya Badrussalam, Penerbit Nashirussunah, 2012
– Hiburan Orang-orang Shalih ( terjemah ) , Muhammad Amin Al-Jundhi , Pustaka Arofah.
– 60 Biografi ‘Ulama Salaf (terjemah), Syaikh Ahmad Farid, Pustaka Al-Kautsar, Jakarta 2006.
– 99 Kisah Orang Shalih, Muhammad bin Hamid Abdul Wahab, Darul Haq, Cetakan: 5 Shafar

 

1 KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisment -

HIGHLIGHT