BerandaSosokDjamaluddin Hatibu Gagas Museum Bahari Pangkep

Djamaluddin Hatibu Gagas Museum Bahari Pangkep

H. Djamaluddin Hatibu (foto: mfaridwm)
H. Djamaluddin Hatibu. (foto: mfaridwm)

Tak banyak orang yang memiliki kepedulian untuk mengembangkan khazanah seni dan budaya daerah, kecuali jika memang sosok yang bersangkutan berjiwa seni dan mencintai budaya. Di Kabupaten Pangkep, satu diantara sedikit tokoh peduli budaya itu adalah H. Djamaluddin Hatibu. Posisinya sebagai Ketua Dewan Kesenian dan Pelestarian Budaya (DKPB) Kabupaten Pangkep tak menyurutkan langkahnya untuk mengembangkan seni budaya daerah meski alokasi anggaran untuk itu dari Pemkab setempat sangat minim. “Tak banyak yang bisa diharapkan dari Pemerintah Kabupaten setempat, olehnya itu saya mengambil inisiatif untuk mendorong potensi seni budaya lokal itu lewat kegiatan ekstrakokurikuler siswa di sekolah maupun lewat organisasi pramuka”, ujarnya saat menemui penulis di Kantor Humas dan Protokol Setdakab Pangkep.

Kenyataannya sekolah masih memberikan kesempatan mengembangkan kreatifitas seni budaya kepada siswa – siswinya maupun disisipkan dalam kegiatan pramuka. “Nah, kita masuki sekolah-sekolah itu dan berikan pembinaan”, ungkap Budayawan Pangkep ini. Sementara itu, pihak Pemkab Pangkep yang lebih fokus pada Gerbang (Gerakan Pengembangan) Bahari, disorotinya belum menyentuh semua aspek untuk memajukan kebudayaan maritim di Kabupaten Pangkep sebagai daerah yang sangat lekat kehidupan baharinya, memiliki pesisir yang memanjang di sebelah barat Laut Sulawesi dan terdiri atas 114 pulau – pulau kecil.

Salah satu hal yang disoroti mantan Anggota DPRD dari Partai Golkar ini adalah tiadanya upaya dari pihak Pemkab Pangkep, khususnya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata untuk melengkapi pengetahuan masyarakat (generasi muda) Pangkep tentang Budaya Maritim. “Padahal hal ini sejalan dengan Program Pemkab untuk memajukan Pangkep sebagai sentra pengembangan pariwisata bahari. Paling tidak ada konstruksi gagasan untuk membangun laboratorium kemaritiman atau semacam Museum Bahari di Pangkep”, ujarnya.

Dijelaskannya bahwa sebagian besar masyarakat Pulau berada di wilayah kepulauan. Menggantungkan hidupnya dari hasil perikanan tangkap mengarungi laut lepas tanpa batas ataupun dari hasil perikanan budidaya di pinggir pulau dan wilayah pesisir. Masyarakat pulau yang tersebar di wilayah perairan Liukang Tupabbiring, Liukang Kalmas dan Liukang Tangaya menganut falsafah hidup dan kearifan lokal tentang bagaimana memperhatikan alam, menengok langit, membaca tanda bintang, menyelami pergerakan ombak dan angin serta menentukan waktu yang baik untuk melakukan pelayaran. Kesemua pengetahuan tersebut kemudian mempengaruhi keterampilan orang pulau dalam membuat perahu dan sarana transportasi laut.

Menurut H. Djamaluddin Hatibu, masyarakat pulau Pangkep memiliki banyak macam bentuk perahu, baik yang dipakai dalam pelayaran menangkap ikan maupun yang hanya dipakai sebagai sarana transportasi dari pulau ke pulau. Koleksi bentuk perahu itu banyak diantaranya yang sudah tidak ada lagi, ada yang sampai sekarang masih terpakai, namun ada pula yang mengalami pengembangan atau perubahan bentuk. “Berbagai macam bentuk perahu atau kapal seperti jolloro, pappalimbang, katinting, lete’, phinisi di Pulau Laiya, Balolang, Soppe, dan lain sebagainya harus dikenalkan kepada generasi muda sebagai bagian dari menanamkan budaya bahari”, ungkapnya.

Karena itu, lanjut Pembina Pramuka Kabupaten ini, dirinya berharap Pulau Cambang – cambang di perairan Liukang Tupabbiring tidak hanya sekedar dijadikan tempat rekreasi atau persinggahan menuju pulau – pulau lainnya tetapi juga bisa dikembangkan sebagai laboratorium kemaritiman atau Museum Bahari. “Memang sebelumnya sarana dan prasarananya harus dilengkapi. Museum Bahari nantinya bisa menjadi “alat promosi” untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan bahari sekaligus menegaskan citra Pangkep sebagai daerah kepulauan”, urainya.

* * *

H. Djamaluddin Hatibu lahir 11 Desember 1942 di Pulau Balang Lompo, salah satu pulau yang terdapat dalam gugusan kepulauan Spermonde (sekarang Pulau Balang Lompo merupakan ibukota Kecamatan Liukang Tupabbiring, Kabupaten Pangkep). Menamatkan pendidikan SR Negeri 6 Tahun di tanah kelahirannya. Kemudian menyelesaikan pendidikan guru (SGB, SGA, dan PGSLP Negeri) di Makassar.

Saat aktif sebagai PNS pernah menjadi penilik TK/SD/SDLB, Kasi Kebudayaan pada Kandep Dikbud Kabupaten Pangkep. Setelah pensiun PNS pada tahun 2000, H Djamaluddin Hatibu pernah duduk sebagai Anggota DPRD dari Partai Golkar mewakili masyarakat kepulauan dan tetap aktif membina generasi muda melalui Gerakan Pramuka dan kegiatan seni budaya.
Selain aktif berkesenian, H. Djamaluddin Hatibu juga menelorkan beberapa karya tulis, dalam bentuk makalah dan buku, diantaranya Indonesia Boritta (1984), Kelong Tasawuf_Gedongan (1988), Alat tenun tradisional (1988), Cerita Rakyat Siti Naharira (1991), Khitanan Adat di Kabupaten Pangkep (1992), Panji-panji Kecamatan Kabupaten Pangkep (2002), Upacara Adat Mappacci (Karya Bersama dengan H.Abdur Radjab Fattah, HM Idrus Dg Mangngati dan M. Farid W Makkulau), Wisata Sungai Pangkajene (2007), dan Kapten Pahlawan Laut (Makalah 1998, Buku 2008). (*)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisment -

HIGHLIGHT