BerandaBeritaDaerahYASDIC IMMIM Pangkep Beri Penghargaan dan Hadiah ke Guru SD Terpencil

YASDIC IMMIM Pangkep Beri Penghargaan dan Hadiah ke Guru SD Terpencil

Laporan: Etta Adil

PALONTARAQ.ID, PANGKEP – Ketua YASDIC IMMIM Pangkep, Dra Hj Sri Hajati Fachrul Islam menyatakan terharu dan simpati dengan perjuangan Ibu Sahari, seorang guru Sekolah Dasar (SD) di Kampung Buung, Kelurahan Bontoa, Kecamatan Minasatene, Kabupaten Pangkep. Dengan status masih sebagai “Guru Honorer” di usia yang sudah mencapai 56 tahun, setiap hari harus berjalan kaki sekian puluh kilometer untuk mengajar di ketinggian pegunungan Bulu TelluE.

“Saya merasa kecil di hadapan beliau. Dengan gaji hanya Rp.100.000,- per bulan, Ibu Sahari tetap tangguh dan teguh mengabdikan dirinya sebagai guru di daerah terpencil, daerah pegunungan yang sangat jauh dengan harus berjalan kaki puluhan kilometer. Sungguh pengabdi pendidikan yang luar biasa,” ujarnya.

Santriwati Ponpes Modern Putri IMMIM Pangkep foto bersama dengan Ketua YASDIC IMMIM Pangkep, Dra Hj Sri Hajati Fachrul Islam dan Guru SDN 60 Buung Bontoa Minasatene, Ibu Sahari. (foto: ist/*)
Santriwati Ponpes Modern Putri IMMIM Pangkep foto bersama dengan Ketua YASDIC IMMIM Pangkep, Dra Hj Sri Hajati Fachrul Islam dan Guru SDN 60 Buung Bontoa Minasatene, Ibu Sahari. (foto: ist/*)
Santriwati Ponpes Modern Putri IMMIM Pangkep foto bersama dengan Ketua YASDIC IMMIM Pangkep, Dra Hj Sri Hajati Fachrul Islam dan Guru SDN 60 Buung Bontoa Minasatene, Ibu Sahari. (foto: ist/*)
Santriwati Ponpes Modern Putri IMMIM Pangkep foto bersama dengan Ketua YASDIC IMMIM Pangkep, Dra Hj Sri Hajati Fachrul Islam dan Guru SDN 60 Buung Bontoa Minasatene, Ibu Sahari. (foto: ist/*)

Ibu Sahari yang diundang secara khusus ke Ponpes Modern Putri IMMIM Pangkep, Jumat sore (09/12/2022) untuk berbagi kisah pengabdiannya mengajar di SDN 60 Buung, mengaku tak menyangka akan mendapatkan apresiasi dan antusias yang luar biasa dari Ketua YASDIC IMMIM Pangkep, beserta seluruh guru dan ratusan santriwatinya.

“Ya, memang benar. Saya berangkat mengajar itu dari Pukul 05.30 WITA dari Biraeng Kelurahan Minasatene, kemudian naik motor sampai Mangilu atau tempat penitipan motor, lalu dilanjutkan dengan berjalan kaki sekitar 1-2 jam menuju Kampung Buung di daerah pegunungan Bulu TelluE. Sebagai Guru Honorer, memang kami hanya digaji Rp.100.000,- perbulan dari Dana BOS menyesuaikan dengan jumlah siswa SD Buung, yang hanya 50 murid satu sekolah,” ujarnya.

“Pernah saya mau berhenti mengajar, tapi anak-anak itu menangis dan mengatakan kalau mereka ditinggal maka seperti ayam kehilangan induknya. Lagi pula, kalau semua guru berpikirnya materi maka siapakah lagi yang rela bertahan mengajar di sekolah yang jauh dan terpencil seperti SD Buung,” ungkapnya.

“Jadi, saya berusaha ikhlas dan memupuk keikhlasan itu setiap hari, menjadikannya sebagai bekal pahala untuk akherat saja, sehingga terus semangat untuk bertahan dan tetap mengajar di daerah pegunungan seperti SD Buung tersebut,” tambah Ibu Sahari.

Pemberian Penghargaan sebagai Guru Tangguh dan Inspiratif kepada Ibu Sahari. (foto: ist/*)
Pemberian Penghargaan sebagai Guru Tangguh dan Inspiratif kepada Ibu Sahari. (foto: ist/*)
Pemberian Penghargaan sebagai Guru Tangguh dan Inspiratif kepada Ibu Sahari. (foto: ist/*)
Pemberian Bucket tanda cita Santriwati Pontren Modern Putri IMMIM Pangkep sebagai Guru Tangguh dan Inspiratif kepada Ibu Sahari. (foto: ist/*)

Di hadapan ratusan santriwati, para guru dan pembina pesantren, Ketua YASDIC IMMIM Pangkep, Dra Hj Sri Hajati Fachrul Islam didampingi Wakil Ketua Yayasan Drs Syahruddin, Kepsek Kepesantrenan Dra Nurhudayah dan Kepsek SMP Drs H.Muhammad Nur, MM memberikan penghargaan kepada Ibu Sahari sebagai “Guru tangguh dan Inspiratif”. Selain Penghargaan, juga diberikan uang tunai sebagai bentuk apresiasi dan simpati atas pengabdian Ibu sahari yang luar biasa.

“Kita butuh pengabdi-pengabdi dalam Bidang Pendidikan seperti Bu Sahari ini, Semangatnya luar biasa di usianya yang tak lagi muda. Ibu Sahari ini dapat menjadi teladan bagi semua guru dan tenaga kependidikannya lainnya agar tetap memelihara ketulusan dan keikhlasan dalam mengajar, tidak melulu berbuat sesuatu itu berdasar ukuran materi dan finansial,” terang Dra Hj Sri Hajati Fachrul Islam, yang juga Ketua Aisyiyah Pangkep ini. (*)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisment -

HIGHLIGHT