BerandaHighlightKeutamaan Negeri Syam

Keutamaan Negeri Syam

Oleh: Syaikh Amin bin Abdullah asy-Syaqawi

PALONTARAQ.ID – Segala puji hanya untuk Allah Ta’ala, shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam. Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak disembah dengan benar melainkan Allah Shubhanahu wa ta’alla semata yang tidak ada sekutu bagi -Nya, dan aku juga bersaksai bahwa Muhammad Shalallahu’alaihi wa sallam adalah seorang hamba dan utusan -Nya. Amma ba’du:

Ada begitu banyak keutamaan yang dimiliki oleh Negeri Syam[1], sebagaimana terpapar secara jelas dan gamblang perkaranya baik didalam al-Qur’an maupun Sunah. Begitu pula melalui penjelasan para ulama salaf didalam kitab-kitab mereka. Dan diantara manakibnya ialah:

Pertama: Keberkahan berada didalamnya. Sebagaimana didukung oleh banyak ayat, yang hal ini semakin menegaskan tentang hal itu, tidak tanggung-tanggung ada lima ayat dalam al-Qur’an yang menerangkan akan keberkahan bagi bumi Syam.

Firman Allah tabaraka wa ta’ala:

وَاَوْرَثْنَا الْقَوْمَ الَّذِيْنَ كَانُوْا يُسْتَضْعَفُوْنَ مَشَارِقَ الْاَرْضِ وَمَغَارِبَهَا الَّتِيْ بٰرَكْنَا فِيْهَاۗ [ الأعراف: 137 ]

Artinya:

“Dan Kami pusakakan kepada kaum yang telah ditindas itu, Negeri-negeri bagian timur bumi dan bagian baratnya yang telah Kami beri berkah padanya”. [al-A’raaf/7: 137].

Berkata kebanyakan para ahli tafsir yang dimaksud negeri yang diberikahi ialah Syam.

Firman Allah tabaraka wa ta’ala:

سُبْحٰنَ الَّذِيْٓ اَسْرٰى بِعَبْدِهٖ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ اِلَى الْمَسْجِدِ الْاَقْصَا الَّذِيْ بٰرَكْنَا حَوْلَهٗ لِنُرِيَهٗ

مِنْ اٰيٰتِنَاۗ اِنَّهٗ هُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ [ الإسراء:1]

Artinya:

“Maha suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha mendengar lagi Maha mengetahui” [al-Israa’/17:1].

Negeri yang berada disekelilingnya ialah Syam, dan ini terjadi pada peristiwa Isra’.

Firman Allah tabaraka wa ta’ala pada kisahnya nabi Ibrahim:

وَاَرَادُوْا بِهٖ كَيْدًا فَجَعَلْنٰهُمُ الْاَخْسَرِيْنَ ۚ ٧٠ وَنَجَّيْنٰهُ وَلُوْطًا اِلَى الْاَرْضِ الَّتِيْ بٰرَكْناَ

فِيْهَا لِلْعٰلَمِيْنَ [ الأنبياء: 70-71 ]

Artinya:

“Mereka hendak berbuat makar terhadap Ibrahim, maka Kami menjadikan mereka itu orang-orang yang paling merugi. Dan Kami seIamatkan Ibrahim dan Luth ke sebuah negeri yang Kami telah memberkahinya untuk sekalian manusia”. [al-Anbiyaa’/21: 70-71].

Sebagaimana diketahui bahwa nabi Ibrahim dan Luth diselamatkan oleh Allah Shubhanahu wa ta’alla lalu berhijrah ke negeri Syam dari Iraq.

Firman Allah tabaraka wa ta’ala:

وَلِسُلَيْمٰنَ الرِّيْحَ عَاصِفَةً تَجْرِيْ بِاَمْرِهٖٓ اِلَى الْاَرْضِ الَّتِيْ بٰرَكْنَا فِيْهَاۗ وَكُنَّا بِكُلِّ شَيْءٍ عٰلِمِيْنَ [ الأنبياء: 81 ]

Artinya:

“Dan (telah Kami tundukkan) untuk Sulaiman angin yang sangat kencang tiupannya yang berhembus dengan perintahnya ke negeri yang Kami telah memberkatinya. dan adalah Kami Maha mengetahui segala sesuatu”.  [al-Anbiyaa’/21: 81].

Dan angin tersebut hanya bertiup kencang ke negeri Syam dikarenakan disanalah singgasana kerajaan nabi Sulaiman.

Firman Allah tabaraka wa ta’ala:

وَجَعَلْنَا بَيْنَهُمْ وَبَيْنَ الْقُرَى الَّتِيْ بٰرَكْنَا فِيْهَا قُرًى ظَاهِرَةً وَّقَدَّرْنَا فِيْهَا السَّيْرَۗ سِيْرُوْا فِيْهَا لَيَالِيَ

وَاَيَّامًا اٰمِنِيْنَ [ سبأ: 18 ]

Artinya:

“Dan Kami jadikan antara mereka dan antara negeri-negeri yang Kami limpahkan berkat kepadanya, beberapa negeri yang berdekatan dan Kami tetapkan antara negeri-negeri itu (jarak-jarak) perjalanan. berjalanlah kamu di kota-kota itu pada malam hari dan siang hari dengan dengan aman”. [Saba’/34: 18].

Sebagian ulama tafsir mengatakan, “Yakni negeri Syam, yang mana kebiasaan yang biasa mereka lakukan ialah melakukan perjalanan dari Yaman menuju Syam. Dan negeri yang diberkahi tersebut ialah ada di Syam, Urdun dan Palestina.

Adapun makna Dhohirah dalam ayat ialah wilayahnya bersambung karena bertetangga. Maka lima ayat diatas, semuanya menyimpulkan pada satu titik yaitu keberkahan yang dimiliki oleh negeri Syam. Ayat pertama menjelaskan karena sebagai tempat hijrahnya  Bani Isra’il.

Ayat kedua karena sebagai tempat perjalanan isra’ (naiknya) Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam ke langit tujuh, Ayat ketiga sebagai tempat hijrahnya nabi Ibrahim, dan Ayat keempat sebagai tempat kerajaan nabi Sulaiman, dan yang terakhir sebagai tempat perjalanan Saba’, kemudian Allah ta’ala mensifati sebagai negeri yang telah diberkahi.

Di bumi Syam ini pula ada gunung Thur (Sinai) yaitu tempat dimana Allah Shubhanahu wa ta’alla mengajak bicara nabi Musa, yang  -Dia gunakan untuk sumpah dalam salah satu ayatnya, seperti dijelaskan dalam surat at-Tiin, Allah ta’ala berfirman:

وَالتِّيْنِ وَالزَّيْتُوْنِۙ ١ وَطُوْرِ سِيْنِيْنَۙ [ التين: 1-2 ]

Artinya:

“Demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun, dan demi bukit Sinai”. [ at-Tiin/95: 1-2].

Bentuk keberkahannya:

Para ahli tafsir menerangkan, bahwa yang dimaksud dengan berkah disini ialah keberkahan dari sisi dunia, yaitu dengan makanan yang melimpah, buah-buahan, sungai serta tanaman, dan kelapangan serta kemudahan mengkais rizki.

Ada sebagian ulama yang mengatakan, yang dimaksud dengan barokah disini ialah barokah dari segi agama, sebab disanalah banyak para Nabi tinggal didalamnya,  plus ditambah sebagai tempat turunnya malaikat dan wahyu.

Sedang Imam Nawawi sendiri berpendapat, “Allah ta’ala menjadikan penuh keberkahan karena disanalah Allah mengajak bicara nabi -Nya Musa, serta sebagai tempat diutusnya para nabi”. [2]

Dan yang benar, bahwa hal itu mencakup dua perkara yang disebutkan diatas tadi, dimana Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam secara khusus berdo’a kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla untuk menjadikan keberkahan bagi Syam.

Nabi berdo’a:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي شَامِنَا » [أخرجه البخاري]

Artinya:

“Ya Allah, berkahilah kami pada negeri Syam kami“. HR Bukhari no: 1037.

Kedua: Bumi Syam adalah tempat berkumpulnya manusia dihari kiamat nanti.
Sebagaimana hal itu digambarkan secara jelas oleh Allah ta’ala dalam firman -Nya:

هُوَ الَّذِيْٓ اَخْرَجَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا مِنْ اَهْلِ الْكِتٰبِ مِنْ دِيَارِهِمْ لِاَوَّلِ الْحَشْرِۗ [ الحشر: 2 ]

Artinya:

“Dia -lah yang mengeluarkan orang-orang kafir di antara ahli kitab dari kampung-kampung mereka pada saat pengusiran yang pertama”. [al-Hasyr/59: 2].

Para ulama seperti Imam Qurthubi, Ibnu Katsir serta Ibnu Hajar, berdalil dengan ayat ini bahwa Syam adalah negeri penghimpunan manusia.

Yang pertama terjadi adalah bagi orang Yahudi yang dikumpulkan disana, lalu yang kedua bagi seluruh manusia. Sebagai dalil akan hal itu ialah sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Hakim bin Mu’awiyah dari ayahnya radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:

 

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « هَاهُنَا تُحْشَرُونَ هَاهُنَا تُحْشَرُونَ هَاهُنَا تُحْشَرُونَ

ثَلَاثًا  رُكْبَانًا  وَمُشَاةً  وَعَلَى وُجُوهِكُمْ … .ثم في الآخر الحديث  قَالَ ابْنُ أَبِي بُكَيْرٍ: فَأَشَارَ

بِيَدِهِ إِلَى الشَّامِ. فَقَالَ: إِلَى هَاهُنَا تُحْشَرُونَ » [أخرجه أحمد]

Artinya:

“Maka dari sini mereka dikumpulkan, beliau mengulangi sebanyak tiga kali. Dalam keadaan naik kendaraan, berjalan kaki dan menggunakan wajah-wajahnya…kemudian diakhir hadits ini. Ibnu Abi Bukair menjelaskan, “Dan Nabi mengisyaratkan dengan tangannya ke arah Syam. Kemudian Nabi berkata, “Sampai kesanalah mereka dikumpulkan”. HR Ahmad 33/214 no: 20011

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menjelaskan, “Dalil dari al-Qur’an dan Sunah menunjukan serta didukung oleh riwayat para nabi terdahulu, sebagaimana bisa dirasakan dan dicerna ditambah bukti-bukti yang ada dari para ulama yang menyatakan bahwa penciptaan, dan urusan (agama) itu berawal dari Makah sebagai umul Qura, dan Makah ini disebut pula sebagai pusat penciptaan, dan dari sanalah muncul risalah Muhammad yang sinarnya menerangi seluruh penjuru dunia.

Makah adalah negeri yang Allah Shubhanahu wa ta’alla jadikan sebagai kiblatnya umat manusia, sebagai arah ketika sholat dan tempat berkumpul ketika menunaikan ibadah haji. Dan Allah Shubhanahu wa ta’alla teguhkan Makah sesusai dengan kehendak-Nya sehingga membawa kemaslahatan bagi agama, dan dunia serta umat manusia pada umumnya.

Dan pada awalnya, ketika pertama kali muncul Islam secara garis besar berada disekitar wilayah Hijaz. Dan dalil-dalil yang telah kita sebutkan tadi menunjukan, bahwa pusat kenabian itu berada di bumi Syam.

Di sanalah manusia dikumpulkan, di Baitul Maqdis serta wilayah sekitarnya. Di sana pula tempat dikumpulkan makhluk, serta kembalinya agama Islam diakhir zaman yang  akan lebih nampak jelas. Sebagaimana pada akhir zaman nanti urusan tersebut kembali ke negeri Syam”. [3]

Ketiga: Para malaikat mengepakan sayap untuk menaungi negeri Syam. Ini dalam kondisi aman lantas bagaimana kalau dalam keadaan peperangan. Hal itu, sebagaimana diterangkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari sahabat Zaid bin Tsabit radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata, “Aku pernah mendengar Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « طُوبَى لِلشَّامِ طُوبَى لِلشَّامِ. قُلْتُ: مَا بَالُ الشَّامِ. قَالَ: الْمَلَائِكَةُ

بَاسِطُو أَجْنِحَتِهَا عَلَى الشَّامِ » [أخرجه أحمد]

Artinya:

“Berbahagialah bagi (penduduk) Syam, beruntunglah bagi (penduduk) Syam”. Aku bertanya apa alasannya? Beliau menjawab, “(Karena) para malaikat mengepakan sayap (menaungi) negeri Syam”. HR at-Tirmidzi no: 3954. Ahmad 35/483 no: 21606.

Keempat: Allah tabaraka wa ta’ala menjamin langsung rasa damai bagi Syam serta penduduknya.

Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dari Ibnu Hawalah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata, “Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

 

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « سَيَصِيرُ الْأَمْر إِلَى أَنْ تَكُونَ جُنُودٌ مُجَنَّدَةٌ جُنْدٌ بِالشَّامِ

وَجُنْدٌ بِالْيَمَنِ وَجُنْدٌ بِالْعِرَاقِ فَقَالَ ابْنُ حَوَالَةَ خِرْ لِي يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنْ أَدْرَكْتُ ذَاكَ قَالَ عَلَيْكَ

بِالشَّامِ فَإِنَّهُ خِيرَةُ اللَّهِ مِنْ أَرْضِهِ يَجْتَبِي إِلَيْهِ خِيرَتَهُ مِنْ عِبَادِهِ فَإِنْ أَبَيْتُمْ فَعَلَيْكُمْ بِيَمَنِكُمْ وَاسْقُوا

مِنْ غُدُرِكُمْ فَإِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ قَدْ تَوَكَّلَ لِي بِالشَّامِ وَأَهْلِهِ » [أخرجه أبو داود]

 

Artinya:

“Perkaranya akan berubah menjadi berkelompok dan golongan, kelompok di Syam, lalu kelompok di Yaman dan kelompok di Iraq”. Ibnu Hawalah berkata, “Ya Rasulallah, pilihlah untuk saya jika seandainya aku menjumpainya. Beliau bersabda: “Wajib atasmu untuk memilih kelompok yang berada di Syam, sesungguhnya itulah negeri pilihan Allah, yang Allah pilih menjadi negeri bagi hamba –Nya. Dan jika engkau enggan maka pegangilah Yaman, lantas penuhilah tempat minum kalian. Sesungguhnya Allah telah menjamin (keamanan) bagiku dengan penduduk Syam serta negerinya“. HR Abu Dawud no: 2483.

Kelima: Orang yang berpegang teguh dengan al-Qur’an dan agama Islam (nantinya) berada di Syam. Seperti dijelaskan dalam riwayat Hakim dalam mustadraknya dari Abdullah bin Amr radhiyallahu ‘anhuma, beliau berkata, “Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « إني رأيت كأن عمود الكتاب انتزع من تحت وسادتي

فأتبعته بصري فإذا هو نور ساطع عمد به إلى الشام ألا و إن الإيمان إذا وقعت الفتن بالشام » [أخرجه الحاكم]

 

Artinya:

“Sesungguhnya aku melihat penyangga al-Qur’an dicabut dari bawah tempat duduknya, lalu ketika aku lihat maka aku mendapati ada cahaya yang memanjang sampai pada negeri Syam. Ketahuilah bahwa keimanan kembali kepada Syam jika terjadi fitnah“. HR al-Hakim 5/712-713 no: 8701. Dinyatakan shahih oleh beliau dan disetujui oleh adz-Dzahabi dan al-Albani.

Yang dimaksud dengan penyangga al-Qur’an dan Islam ialah yang dijadikan untuk bersandar, dan mereka itu adalah orang-orang yang menegakan al-Qur’an serta ajaran Islam.[4]

Keenam: Golongan yang mendapat pertolongan Allah itu berada di Syam

[Disalin dari  فضائل الشام   Penulis  Syaikh  Amin bin Abdullah asy-Syaqawi, Penerjemah : Arif Hidayatullah , Editor : Eko Haryanto Abu Ziyad. Maktab Dakwah Dan Bimbingan Jaliyat Rabwah. IslamHouse.com 2014 – 1435]
__
Footnote
[1] Sekarang menjadi beberapa negeri pecahan yaitu Palestina, Suria, Jordania, dan Urdun.
[2] Syarh Muslim 6/206.
[3] Majmu’ Fatawa 27/43-44.
[4] Majmu Fatawa 27/42.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisment -

HIGHLIGHT