BerandaAnalisisInilah Rahasia Kemenangan Korsel atas Jerman, 2-0

Inilah Rahasia Kemenangan Korsel atas Jerman, 2-0

– Memahami Sejarah ‘Balas Dendam’ Korsel

Oleh:  M. Farid W Makkulau

PALONTARAQ.ID – Piala Dunia 2018 memang banyak surprise. Salah satunya, Jerman memetik hasil minor ketika melakoni pertandingan terakhir Grup F Piala Dunia 2018. Melawan Korea Selatan (Korsel), Jerman secara mengejutkan takluk dengan skor akhir 0-2.

Dalam pertandingan yang dihelat di Kazan Arena, Rusia pada Kamis 27 Juni 2018 malam WIB, Jerman sejatinya tampil menekan sejak menit awal.

Bahkan beberapa kali Timo Werner, Thomas Muller, hingga Mesut Ozil mengancam pertahanan Korsel. Akan tetapi semua peluang Jerman tersebut gagal menjadi gol. Justru Korsel yang mengakhiri pertandingan dengan skor 2-0 melalui gol Kim Young-Gwon dan Son Heung-Min.

Jerman terpaksa menangis pilu, menunduk malu dan harus angkat koper lebih awal dari Piala Dunia 2018. Tim arahan Joachim Low itu gagal bersaing dengan Meksiko serta Swedia untuk mewakili Grup F melaju ke babak 16 Besar.

Pelatih Korsel, Shin Tae-yong, mengaku sangat bahagia atas kemenangan 2-0 atas Jerman. Pasalnya Tae-yong sendiri mengakui hampir tak ada kesempatan bagi Korsel untuk meraih kemenangan atas Jerman.

“Ini luar biasa. Kami hanya memiliki satu persen kemungkinan untuk bisa mengalahkan Jerman dan lolos ke fase gugur. Jadi saya katakan pada tim ini adalah upaya terakhir, mereka harus berjuang hingga titik akhir,” ucap Tae-yong, seperti disadur dari Goal, Kamis (28/6/2018).

Gagal Lolos ke 16 Besar Piala Dunia 2018, Jerman ulangi catatan buruk 80 tahun silam. “Jerman adalah juara bertahan, dan merupakan tim peringkat satu, jadi saya berpikir tentang kesalahan apa yang dapat mereka lakukan. Biarlah mereka mungkin berpikir bisa mengatasi kami, kami bisa menggunakannya sebagai strategi terbalik dan ini tepat memukul mereka pada sasaran yang tepat,” ujar Shin Tae-yong.

Pelatih Timnas Korsel Shin Tae-yong Foto REUTERS
Pelatih Timnas Korsel Shin Tae-yong (Foto: Reuters)

Apa rahasia dibalik kemenangan Korsel hingga mampu mengatasi Tim Panser Jerman? Jerman sudah lama dikenal dengan permainannya yang tegas, akurat dan berpengalaman juara dunia empat kali.

Kepercayaan diri yang tinggi, bahkan sampai kemasukan satu golpun, Tim Jerman menganggap masih bisa membalikkan keadaan seperti diungkapkan bek andalan Jerman, Mats Hummels.

“Sangat sulit untuk menjelaskannya. Kami percaya lolos hingga akhir. Bahkan setelah kami tertinggal 1-0, kami percaya segalanya masih bisa berubah,” ucap Hummels, seperti disadur dari Bild, Kamis (28/6/2018).

Sepakbola memang mengejutkan, segala kemungkinan bisa terjadi. Seperti kata orang awam, “Bola itu bundar, tak tertebak dan apapun bisa terjadi”.

Ungkapan ini sebenarnya tak terpakai dalam sepakbola tingkat dunia. Karena semua bisa diukur dan diprediksi dengan tingkat presisi dan akurasi tinggi, dari pola permainan, kemahiran, teknik dan pengalaman pemain, serta motivasi dan mental juara.

Jerman dengan kepercayaan diri yang tinggi terlalu meremehkan Korsel yang merupakan “Wakil Asia” di Piala Dunia, tanpa memperhitungkan strategi dan pengalaman panjang yang telah dilalui Korsel.

Dari segi postur tubuh, pemain Korsel kalah jauh dari Jerman yang tinggi besar, tegap dan kelihatan bertenaga. Pemain Korsel sebagaimana orang Asia lainnya berpostur sedang.

Tapi, Korsel memiliki pengalaman pahit dalam sejarahnya yang panjang yang membuat motivasi dan energi warganya menjadi berlipat-lipat, lebih dari sekadar memperhitungkan postur tubuh.

Pemerintah Korsel mengeksplorasi “pengalaman pahit” itu agar dipelihara generasi mudanya sebagai “dendam” dan “rasa malu” untuk berjuang, meraih juara dan menjadi sukses mengungguli semua negara yang ingin berkompetisi, khususnya Jepang dan Korea Utara. Inilah rahasia dibalik rahasia dahsyat Korsel meraih kemenangan, termasuk dalam bidang Olahraga.

Dibalik alasan keberuntungan, teknik, dan strategi permainan yang diterapkan kesebelasan Korsel, inilah Analisa Penulis mengapa Korsel berhasil membungkam Jerman.

Korsel menang karena daya juangnya yang tinggi sejak awal mengincar ingin mempermalukan Jerman, sebagaimana Korsel telah sukses besar mempermalukan Jepang dalam segala bidang, lebih dari sekadar semangat dan motivasi besar di lapangan hijau.

Tulisan ini sekaligus ingin membuka mata pembaca tentang “Dynamic Korea” dan motivasi warga Korsel dalam merebut kesuksesan.

Kota Seoul, Korsel (sumber foto: alakorsel)
Kota Seoul, Korsel (sumber foto: alakorsel)

Sebagaimana diketahui bahwa Korea merupakan negara yang pernah dijajah Bangsa Jepang sejak akhir Abad XVI. Selama 6 tahun tentara Jepang dengan dipimpin Hideyoshi Toyotomi untuk pertama kalinya menjajah Korea, yang ketika itu masih berupa Kerajaan Joseon Lama.

Namun, penjajahan selama 6 tahun itu belumlah menabur dendam bagi Korea, karena ketika itu Korea praktis belum terbentuk. Penjajahan Jepang yang menyakitkan bagi Korea adalah penjajahan yang terbentang antara tahun 1910-1945. Ketika itu, Jepang kembali ingin menunjukkan dominasinya dalam hal aneksasi, sekaligus eksploitasi ekonomi.

Bangsa Korea diharuskan tunduk pada Kaisar Jepang. Menggunakan Bahasa Korea dalam kehidupan sehari-hari merupakan larangan keras.

Sekolah-sekolah diwajibkan menggunakan Bahasa Jepang, dan orang Korea harus mengadopsi nama Jepang. Invasi Jepang selama 35 tahun itu mengakibatkan kehancuran dan porak poranda luar biasa di segenap aspek kehidupan Bangsa Korea.

Standar hidup Bangsa Korea menurun drastis. Tidak ada angka resmi berapa ribu korban jiwa yang jatuh dipihak Korea, tetapi disebut-sebut selama 35 tahun penjajahan itu, lebih dari 100.000 perempuan Korea dipaksa melayani nafsu seksual tentara Jepang.

Perang Korea (sumber foto: duniamatapena)
Perang Korea (sumber foto: duniamatapena)

Selain kehancuran sosial, ekonomi dan fisik, invasi Jepang itu juga mengakibatkan perebutan kepemimpinan antar Bangsa Korea sendiri setelah hengkangnya Jepang dari “Daratan Pagi yang Tenang” itu. Koreapun terbagi menjadi dua, Korea Utara dan Korea Selatan.

Selama 3 tahun, antara tahun 1950-1953, Korut dan Korsel terlibat perang saudara memperebutkan kepemimpinan. Barulah selepas tahun 1953, Korsel bisa mulai membenahi puing-puing perekonomian, pendidikan, sosial serta aspek-aspek lainnya, serta bangkit sebagai bangsa yang memiliki kedaulatan.

Berlalunya tahun-tahun itu, tidak sedikitpun mengikis dendam Korsel terhadap Jepang, walaupun secara diplomatis kedua negara mencanangkan berbagai perjanjian dan kerjasama.

Dendam yang besar itu menjadi energi luar biasa bagi Korsel untuk menyaingi Jepang yang pernah menjajahnya. Kini setelah lebih dari setengah abad merdeka, Korsel mulai memetik buah dari jerih payahnya membangun kembali bangsa yang pernah diporak-porandakan penjajah. Hasil paling nyata dapat dilihat pada kemajuan teknologi dan industri manufaktur.

Sampai akhir dekade 1970, Korsel hanya dapat meniru produk-produk Jepang. Pada tahun 1972 Pemerintah Korsel melancarkan gerakan “Sae Maul Undong” sebagai upaya menggenjot percepatan pembangunan dan kemajuan Korea.

Gerakan mobilitas nilai budaya untuk kemajuan yang disebut “Sae Maul Undong” (Sae: Desa, Maul: Baru, Undong: Gerakan) yang dilancarkan para pemimpinnya mengutamakan ‘learning by doing’, yaitu langsung bekerja ditengah-tengah rakyat dan memberi contoh hidup sederhana dan disiplin.

Pemerintah dan Negara Korsel  menyadari bahwa mereka tidak mempunyai kekayaan alam yang bisa diandalkan, penduduknya padat, wilayahnya bergunung-gunung, musim dingin yang panjang, serta cuaca buruk.

Monumen Peringatan Perang Korea. (sumber foto: satujam)
Monumen Peringatan Perang Korea. (sumber foto: satujam)

Pembangunan Korsel berhasil merubah desa menjadi kota. Korsel berhasil merubah kegiatan pertanian yang seadanya menjadi raksasa industri yang patut diperhitungkan.

Hanya dalam waktu satu dekade, Korsel sudah menunjukkan kemajuan pesat. Revolusi mental dan sikap untuk maju itu telah menunjukkan bukti nyata menjadikan Korsel sebagai salah satu raksasa negara industri di Asia. Awal tahun 1980-an, Korsel mulai memfokuskan diri pada penelitian dan pengembangan (R & D).

Pada tahun 1982 dicapailah hasil gemilang. Dalam waktu selama 10 tahun pendapatan perkapita rakyat melejit dari US $ 82 naik menjadi US $ 2.000,- yang 4 tahun kemudian mencapai lebih dari US $ 5.000,- (T.Hutagalung Simanungkalit, 1983, Kompas, 2004).

Bisa dibayangkan, pendapatan perkapita rakyat Korsel saat ini. Diliputi dendam besar yang dieksplorasi menjadi motivasi, masyarakat Korsel rata-rata menjalani 10 jam kerja setiap hari kerja, dari pukul 8.00 hingga pukul 18.00.

Sejak dekade tahun 1990-an sampai saat ini, Korsel benar-benar menjadi ancaman serius bagi industri Jepang. Pesatnya kemajuan industri Korea tidak lepas dari sikap mental masyarakat Korsel dalam bekerja yang mengacu kepada tiga tujuan.

Tujuan pertama, mereka bekerja untuk bangsa dan negara.

Tujuan kedua, mereka bekerja untuk perusahaan yang menggaji mereka.

Tujuan ketiga, setelah tujuan pertama dan kedua terpenuhi, barulah mereka bekerja untuk diri mereka sendiri. Mereka merasa malu jika sebagai warga negara belum memberikan sumbangsih dan kontribusi positif bagi kemajuan negaranya.

Boombox House, Korsel. (sumber foto: furnizing)
Boombox House, Korsel. (sumber foto: furnizing)

Nasionalisme Korsel memang tinggi. Semua warga Korsel memakai produk buatannya sendiri, dari makanan, sepatu, elektronik, hingga otomotif.

Tidak ada paksaan dari pemerintah, tetapi kalau tidak memakai produk dalam negeri, mereka akan malu sendiri. Restoran Mc Donalds terseok-seok bersaing dengan restoran lokal, Lotteria. Empat pemuda tampan asal Taiwan yang tergabung dalam kelompok F4, sama sekali tidak dikenal disana. Yang nama dan gambarnya ada dimana-mana adalah artis remaja Wun Bin.

Di rumah-rumah orang Korsel tidak ada produk elektronik bermerk Sony, Toshiba, Elektrolux, ataupun Philips. Yang ada hanya dua merk, yakni LG dan Samsung.

Di jalan-jalan dan subway, tidak ada satupun hape Nokia yang menggantung di dada anak-anak mudanya, melainkan berbagai merek lokal. Dari 100 mobil yang ada di jalan-jalan, belum tentu ada satu mobil merk Toyota atau Honda, atau mobil Erofah. Yang terlihat, dari bus, mobil sport hingga sedan mewah, hanyalah merk KIA, Hyundai, Daewoo dan Ssangyong.

Korea sangat dendam pada Jepang, dan dendam kepada Jepang itulah yang juga menjadi pemicu semangat untuk bisa menyaingi dan melebihi Jepang dalam segala hal.

Dilandasi kesadaran tinggi dulunya tidak memiliki produk unggulan berorientasi ekspor, dipicu pula oleh dendam terhadap Jepang yang harus diakui telah mendominasi Asia dalam hal ekonomi dan industri, Korsel bergerak amat dinamis dengan semboyannya “Dynamic Korea”.

Bidang industri dianggap sebagai indikator utama keberhasilan Korea menyaingi Jepang. Masyarakat Korsel menyadari, tidak semua industri negara tersebut unggul atas Negara Jepang. Namun, beberapa raksasa industri Korsel sudah merontokkan industri Jepang.

Port of Busan, South Korea (sumber foto: shermanstravel)
Port of Busan, South Korea (sumber foto: shermanstravel)

Korselpun pernah mempermalukan Jepang dalam bidang Olahraga. Pada beberapa kali pesta Olahraga Asian Games, Korsel sudah berhasil membungkam Jepang.

Korsel langganan menempati urutan kedua dalam perolehan medali keseluruhan, sedangkan Jepang selalu berada di urutan ketiga. Sebelumnya, dari Asian Games I-VIII Bangkok, Jepang selalu menempati urutan teratas dalam perolehan medali.

Selanjutnya, mulai Asian Games IX hingga saat ini posisi juara umum diambil oleh China, yang juga punya dendam sejarah berdarah terhadap Jepang.

Motivasi dan “dendam” Korsel sungguh luar biasa, dan kemarin (28/6/2018), dalam pertandingan terakhir Grup F Piala Dunia 2018 sangat sukses mempermalukan Jerman.

Dengan takluknya Jerman 2-0 ini, Korsel seakan mengirimkan pesan kepada Jepang, dan terkhusus pula kepada  Korea Utara, jangan main-main dengan kami, Jerman yang biang kerok Perang Dunia kedua saja bisa kami tekuk, apalagi anda! (*)

Artikel sebelumnya
Artikel selanjutnya

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisment -

HIGHLIGHT