BerandaLiterasiTips Menulis Resensi Buku

Tips Menulis Resensi Buku

Oleh: Etta Adil *)

PALONTARAQ.ID – Bagi teman-teman yang suka masuk keluar Toko Buku, mencari dan membeli buku terbaru, tak ada salahnya jika tak hanya sekedar membacanya tapi juga mencoba menuliskan resensinya.

Salah satu pilihan untuk melangkah menjadi seorang penulis adalah membiasakan diri menulis Resensi Buku.

Ya, menjadi seorang Peresensi Buku. Surat kabar atau majalah biasanya menyediakan rubrik khusus untuk pemuatan resensi buku, Pembaca bisa mengisi rubrik tersebut.

Tentu saja pekerjaan meresensi buku (buku terbitan baru) itu akan mendapatkan imbalan yang sepantasnya dari redaksi koran atau majalah tersebut.

Pada dasarnya semua buku umum bisa dan boleh diresensi. Buku apapun itu, seperti buku politik, ekonomi, sejarah, biografi, sastra, dan lain sebagainya. Hanya saja jarang sekali kita jumpai adanya resensi buku terhadap buku teks pelajaran atau buku kuliah.

Meski tidak ada pembatasan jenis buku yang akan diresensi, sebaiknya jika ingin meresensi buku sesuaikanlah dengan kompetensi atau bidang ilmu yang digeluti.

Misalnya, anda bergelut di bidang sejarah, cobalah anda cari buku terbaru sejarah lalu meresensinya.

Tapi, ini tidak berarti anda tidak boleh meresensi buku terbaru bidang ilmu lainnya, hanya saja bagaimana anda meresensi buku politik sementara bidang ilmu yang digeluti selama ini adalah sastra.

Pembaca cerdas adalah pembaca yang bisa meresensi buku yang dibacanya. Buku terbaru karya Etta Adil di tangan dua blogger Pangkep. (foto: ist)
Pembaca cerdas adalah pembaca yang bisa meresensi buku yang dibacanya. Buku terbaru karya Etta Adil di tangan dua blogger Pangkep. (foto: mfaridwm/palontaraq)

Seorang peresensi dituntut untuk memberikan penilaian yang kritis dan obyektif terhadap suatu buku.

Seorang peresensi yang baik, terlebih dahulu melakukan penilaian, apakah suatu judul buku itu menarik, covernya memikat, dan format penyajiannya atraktif.

Jika anda tertarik terhadap semua itu, periksalah identitas dan daftar isi bukunya. Baca dan pahami terlebih dahulu beberapa bagian penting dari isi buku itu sebelum memantapkan hati untuk melakukan timbangan buku atau meresensi buku tersebut.

Yang paling penting tentunya adalah seorang peresensi memiliki pemahaman yang cukup baik mengenai sebagian besar isi buku itu.

Setelah memantapkan hati untuk menulis resensi terhadap suatu buku, langkah pertama yang harus anda tempuh adalah memotret sampul buku.

Resensi buku yang baik harus menampilkan sampul buku dimaksud agar pembaca dapat melihat secara langsung semenarik bagaimana sampul buku itu.

Setelah itu tulislah dengan benar identitas buku itu: Judul Buku, Nama Penulis (kalau perlu berikan penjelasan singkat mengenai penulisnya), Penerbit, jumlah halaman, diberikan kata pengantar oleh siapa (kalau ada), dan lain sebagainya.

Sebuah resensi adalah panduan bagi pembaca apakah nantinya tertarik untuk mencari dan membeli buku yang diresensi.

Karena itu langkah selanjutnya, berikan penilaian obyektif mengenai buku itu dan tidak hanya sekedar memuji tampilan luarnya.

Bersama Nuri Nura, penyair perempuan Makassar dan buku karyanya "Kaki Waktu". Bukunya ini pernah penulis resensi di blog. (foto: ist)
Bersama Nuri Nura, penyair perempuan Makassar dan buku karyanya “Kaki Waktu”. Bukunya ini pernah penulis resensi di blog. (foto: ist)

Dalam meresensi, jangan hanya sekedar memuji, tapi harus kritis dan obyektif. Seorang peresensi harus bisa menuliskan beberapa bagian (kutipan) dari buku itu, sebutkan pula halamannya untuk menggugah kepercayaan pembaca bahwa buku tersebut memang layak dan perlu dibaca.

Pada akhirnya, tugas seorang peresensi adalah secara tidak langsung merekomendasikan suatu buku (terbitan terbaru) untuk dibaca.

Resensi buku berbeda dengan info buku atau galeri buku, yang hanya sekedar menginformasikan terbitnya buku baru dan tidak melakukan penilaian secara langsung mengenai isi atau kualitas buku.

Beberapa manfaat dari meresensi buku adalah Pertama, wawasan peresensi akan bertambah luas, khususnya mengenai banyak referensi atau kepustakaan baru.

Seorang peresensi adalah penilai kualitas suatu buku dan karenanya seorang peresensi dituntut untuk mencari tahu, membaca dan membeli buku terbitan baru.

Kedua, seorang peresensi bisa mendapatkan manfaat finansial. Resensi buku yang dimuat di surat kabar atau majalah tentu akan mendapatkan imbalan sepantasnya dari redaksi Koran atau majalah tersebut.

Ketiga, seorang peresensi harus bisa bersahabat baik atau akrab dengan penerbit. Kliping berita dari resensi buku yang pernah dimuat di Koran atau majalah bisa dikirimkan kepada penerbit buku (yang bukunya diresensi) dan sebagai balas jasa, biasanya penerbit akan memberikan tanda terima kasih.

Umumnya penerbit sebagai balas jasanya akan mengirimkan atau memberikan buku terbitan terbaru lainnya kepada peresensi.

Jika anda sudah bersahabat dengan baik dengan penerbit, maka boleh jadi itu akan membuka jalan menjadi penulis buku.

Selamat Mencoba, Semoga bermanfaat adanya!

 

(* Etta Adil adalah nama pena sekaligus nama panggilan dari M. Farid W Makkulau, telah menelorkan beberapa karya buku, antara lain: HA Gaffar Patappe-Demimu Rakyat Pangkep (Pemkab Pangkep, 2003), Pikiran dan Kebijakan Ir. H. Syafrudin Nur, M.Si (Pemkab Pangkep, 2006), Sejarah dan Kebudayaan Pangkep (Infokom, 2007), Manusia Bissu (Pustaka Refleksi, 2008), Sejarah Kekaraengan di Pangkep (Pustaka Refleksi, 2008), Komik-Kisah si Lemo Lestarikan Terumbu Karang (Dislutkan/Coremap, 2009), Syahrul Yasin Limpo-Sulsel Go Green “Menjaga Lingkungan Menuai Rahmat” (Citra Pustaka, 2012), Syamsuddin A. Hamid-Mata Kalbu Sahabat (Citra Pustaka, 2013), Antologi Puisi-Penjara Suci (Pustaka Puitika, 2015), dan Surat Cinta untuk Bidadari Kecilku di Surga (Pustaka Puitika, 2015).

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisment -

HIGHLIGHT