BerandaBeritaNasionalIni Polisi mau Menegakkan Hukum atau Menggoreng Opini?

Ini Polisi mau Menegakkan Hukum atau Menggoreng Opini?

Pelantikan dan Pengambilan Sumpah Presiden RO 2019-2024, Joko Widodo. (foto: ist/palontaraq)
Pelantikan dan Pengambilan Sumpah Presiden RO 2019-2024, Joko Widodo. (foto: ist/palontaraq)

Oleh: Nasrudin Joha

PALONTARAQ.ID – Yang namanya barang bukti itu ya barang yang ada hubungannya langsung dengan tindak kejahatannya. Misalnya, seorang pencuri motor kemudian digerebek polisi dirumahnya.

Yang menjadi barang bukti itu ya hanya barang yang berkaitan dengan motor curiannya. Barang bukti itu harus punya hubungan langsung, yang relevan. Misalnya : motor yang dicuri, kunci pengungkit, Palu untuk mendobrak pintu, plat motor pengganti untuk mengelabui, dan lain-lain.

Ga nyambung alias maksa, jika saat digerebek dirumah pencuri ditemukan kaos Liverpool, poto Presiden Jokowi, buku ramuan membuat jamu kuat.

Lantas, polisi dengan gagah membuat press conference telah menangkap pencuri dan ditemukan barang bukti berupa : motor yang dicuri, kunci pengungkit, Palu untuk mendobrak pintu, plat motor pengganti untuk mengelabui, kaos Liverpool, poto Presiden Jokowi dan buku ramuan membuat jamu kuat.

Yang masuk kategori barang bukti itu hanya motor yang dicuri, kunci pengungkit, Palu untuk mendobrak pintu, plat motor pengganti untuk mengelabui, karena punya hubungan kasualitas langsung dengan kejahatan pencuriannya.

Sementara, barang berupa kaos Liverpool, poto Presiden Jokowi dan buku ramuan membuat jamu kuat tidak ada hubungan sama sekali, karena itu bukan termasuk bukti.

Kecuali, jika polisi punya motif kebencian yang sangat atas klub Liverpool, termasuk bosan dan jengkel dipimpin Presiden Jokowi, mungkin saja memasukan semua barang sebagai bukti dengan dalih barang-barang itu ditemukan saat penggerebekan dirumah pelaku.

Posisi polisi pada keadaan ini bukan lagi menegakan hukum, tapi sedang menggiring opini agar publik membenci Jokowi dan Liverpool, karena pencuri motor mengidolakan Jokowi dan Liverpool.

Sama dengan analogi diatas, adalah langkah Polda Metro Jaya mengamankan sejumlah barang bukti terkait upaya penggagalan pelantikan presiden. Dalam kasus ini, dikabarkan polisi menangkap 6 orang tersangka. (21/10).

Penyidik Polda Metro Jaya memamerkan berang bukti yang berhasil disita dari keenam tersangka. Barang bukti tersebut di antaranya puluhan ketapel kayu, ketapel besi, ban dalam kendaraan, karet gelang, peluru gotri, kelereng, gunting, bendera tauhid, bendera Palestina hingga bom karet. Wow, apa hubungannya bendera tauhid dengan kejahatan yang dituduhkan kepada pelaku?

Daftar Barang Bukti, sebagaimana diberitakan detik.com sebagai Bukti Perencanaan Penggagalan Pelantikan Presiden. (foto: ist/palontaraq)
Daftar Barang Bukti, sebagaimana diberitakan detik.com sebagai Bukti Perencanaan Penggagalan Pelantikan Presiden. (foto: ist/palontaraq)

Apakah, dengan mengibarkan bendera tauhid bisa menyebabkan ‘gagalnya’ pelantikan Presiden ? Kenapa Ga sekalian celana dalam (sempak) pelaku dipamerkan polisi sebagai barang bukti? Sebab, sempak itu juga digunakan dalam rapat mempersiapkan penggagalan pelantikan, misalnya ?

Saat polisi ikut memamerkan bendera tauhid sebagai barang bukti, polisi tidak lagi sedang menjalankan tugas menegakan hukum. Polisi sedang menggoreng opini, agar publik menganggap bendera tauhid ada hubungannya dengan Penggagalan pelantikan Presiden.

Agar bendera tauhid, diidentikkan dengan pelaku kejahatan. Jahat sekali jika demikian motifnya ? Ini sama dengan densus 88 yang menggerebek terduga teroris dan menjadikan Al Quran sebagai barang bukti.

Lagipula apa jaminannya bendera tauhid itu ditemukan sebagai bukti ? Apa jaminannya, jika bendera itu bukan dibawa polisi sendiri ? Pada kasus ambulan DKI saja, polisi tega sebar hoax ambulan membawa batu. Apa tidak mungkin ada peristiwa hoax yang sama terulang ?

Saya fikir polisi wajib kembali ke tugas penegakan hukum, jangan kebanyakan micin dengan ikut menjalankan fungsi ‘media’ yang ingin menggiring opini. Bendera tauhid itu bendera Islam, tak ada kaitannya dengan perilaku kejahatan.

Jangan memaksa menggiring opini publik dengan mengaitkan bendera tauhid dengan tindak kejahatan. Dan belum tentu itu benar kejahatan, sebagaimana dulu tudingan ambulan PMI DKI membawa batu.

Kami umat Islam mencintai kalimat tauhid, bangga memiliki dan mengibarkan bendera tauhid. Usaha apapun untuk mengubah rasa cinta kami, pasti akan sia-sia. [*]

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisment -

HIGHLIGHT