BerandaFeatureAyo Bersatu! Waspadai Perpecahan!

Ayo Bersatu! Waspadai Perpecahan!

Oleh: Fahri Hamzah

PALONTARAQ.ID – Masih ingat narasi dalam Novel “Ghost Fleet” yang diangkat pak Prabowo pada Tahun 2017 lalu? Bagus kita ingat kembali dalam keadaan seperti sekarang. Agar kita bersatu. Agar kita tahu bahwa yang mahal adalah bangsa ini sebagai warisan para pendiri yang ikhlas dan baik hati.

Saya kutip dari Kumparan pernyataan Prabowo:

“….Di negara lain mereka sudah bikin kajian-kajian, dimana Republik Indonesia sudah dinyatakan tidak ada lagi Tahun 2030.  Bung! Mereka ramalkan kita ini bubar,” kata Prabowo dengan nada berapi-api.

Pidato tersebut viral setelah diunggah oleh Partai Gerindra di Facebook pada Minggu (18/3/2018).

Ucapan Prabowo yang menyebut Indonesia akan bubar pada 2030 rupanya bukan kali pertama. Pada 18 September 2017, Prabowo juga menyinggung hal serupa saat ia menjadi pembicara di UI.

Prabowo merujuk bubarnya Indonesia dari sebuah novel fiksi ilmiah berjudul ‘Ghost Fleet’.

The Ghost Fleet ini sebuah novel, tapi ditulis oleh dua ahli strategi dari intelijen Amerika, menggambarkan sebuah skenario perang antara China dan Amerika tahun 2030.

”Yang menarik bagi kita dari sini hanya satu, mereka meramalkan kalau 2030 Republik Indonesia sudah tidak akan ada lagi,” tegas Prabowo berapi-api“.

Novel "The Ghost Fleet" (foto: ist/palontaraq)
Novel “The Ghost Fleet” (foto: ist/palontaraq)

Saya kutip kembali berita ini sekedar untuk menyadarkan kita. Bahwa ada hal yang mustahil kita korbankan meski kita benci.

Anda boleh membenci saya tapi anda jangan gagal memahami INDONESIA sehingga terjebak mengorbankan apa yang sudah ada.
Kita semua harus menjadi dewasa, tidak boleh terjebak pada emosi kekanak-kanakan yang merebak seolah menjadi benar.

Bukan karena banyak, lalu menjadi benar, tidak! Kelemahan Jokowi adalah karena lemah dan mudah ditekan. Kelebihan Prabowo adalah karena sulit ditekan.  Keduanya mewakili 100% suara sah di Republik ini yang memilih nyaris tanpa abstain.

Tapi mengapa ada kelompok yang sepertinya tidak ikut Jokowi dan Prabowo? Jawabnya sederhana, karena INDONESIA negara besar.

Jangan pernah menyederhanakan negeri ini dengan segala kompleksitasnya. Berbahaya. Kita perlu arif melihat perbedaan yang berserak bagai Ratna Mutu Manikam. Dan dengan kearifan kita harus bisa melalui segala kekacauan.

Marilah dewasa. Kelompok-kelompok non partai politik yang bertemu presiden Jokowi tidak usah menekan dan mengancam. Kalian harus menghargai hasil pemilu, jangan semua partai dianggap sarang maling sehingga kalian adalah seolah sisa-sisa kesucian di negeri ini. Jangan melampaui batas.

Presiden Jokowi harus sadar kelemahannya dan apa yang sudah dibangun 5 tahun hanya akan menjadi sia-sia apabila gagal mengelola transisi sisa pada periode pertama. Maka jangan mudah ditekan oleh sekelompok yang punya agenda lain yang mereka tidak dapatkan dari mandat rakyat.

Boleh saja ada yang menasihati presiden untuk mengabaikan partai politik, “sebaiknya presiden tetap dengan kelompok reformis, tinggalkan partai politik”, ini adalah nasehat jahat dan menjebak. Partai politik adalah tulang punggung demokrasi kita. Bahaya jika diabaikan.

Ayo galang persatuan.  Berhentilah menganggap diri paling suci dan paling bersih. Semua dengan berusaha menjadi baik. Dan mudah mengajak bangsa ini menjadi bangsa yang baik. Asalkan tau caranya, tahu abjadnya. Ini yang memerlukan dialog dan pengertian.

Mari kita berdoa, agar narasi dalam novel ‘Ghost Fleet’ yang pernah diungkap pak Prabowo sebagai peringatan itu tidak jadi kenyataan. Pak Jokowi seharusnya serius bicara sama partai-partai dan Prabowo.

Sudahlah, transisi ini harus diselamatkan. Jangan mementingkan diri, cukup!

 

Twitter @Fahrihamzah 29/9/2019

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisment -

HIGHLIGHT