EGO (17): Sebuah kelompok seni pertunjukan yang menamakan dirinya “komunitas sapi berbunyi” akhirnya jadi juga tampil di daerahku. Punggawa komunitas itu adalah kawan karib yang beberapa hari terakhir ini begitu telaten mengajariku menulis, termasuk mengoreksi tulisan yang pernah kupublikasikan.
Aku sangat menikmati pementasan komunitas yang sudah berusia sebelas tahun ini. Mataku tak pernah lepas dari sosok sang punggawa yang benar-benar menunjukkan totalitas dalam berkesenian, begitu pula dengan para anggotanya yang terbilang para profesional dalam bidang seni pertunjukan.
Iringan jimbe, gendang, dan alat musik tradisional lainnya begitu apik menciptakan harmonisasi suara dan gerak. Sangat memukau dan menghibur. Lima esai yang juga dibacakan dalam pementasan itu menyisakan tanya, ironi, mengentakkan kesadaran akan realitas kehidupan pun begitu memukau para penonton yang didominasi guru seni dan bahasa bersama ratusan siswa dari berbagai sekolah menengah di daerahku.
Saat aku begitu asyik menikmati pementasan itu, aku sangat terganggu dengan sosok tak kukenal dari tempatku berdiri. Terdengar jerit kesakitan saat aku menyikut perutnya dengan keras. “Kau mengganggu rasaku,” ujarku tanpa kudahului dengan kata maaf.
Catatan Ego (17) Etta Adil, Pangkep, 25 September 2012.
