BerandaEdukasiMetode Pembelajaran SKI untuk Materi Dinasti Abbasiyah

Metode Pembelajaran SKI untuk Materi Dinasti Abbasiyah

 

Oleh: Muhammad Farid Wajdi

Tulisan sebelumnya: Materi Pembelajaran SKI Kelas XI Kurikulum 2013

PALONTARAQ.ID –  Salah satu materi dalam Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) yang mendapatkan perhatian penulis adalah Materi Dinasti Abbasiyah, khususnya pada Kelas XI Madrasah Aliyah (MA) beserta Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang ditetapkan.

Penulis mencoba menganalisis dari segi alokasi waktu, materi/isi dan kesesuaian dengan SK dan KD, kesesuaian materi dengan aspek psikologis, metode pembelajaran, serta evaluasi pembelajaran

Alokasi Waktu

Jika dibandingkan materi yang begitu luas, dengan alokasi waktu yang tersedia maka masih kurang, apalagi mengingat bahwa di kelas XI ini materi pelajaran SKI ini hanya di ajarkan 4 bab saja (semester I diajarkan 2 bab dan pada semester II diajarkan hanya II bab), padahal didalam materi ini dijelaskan ada 8 bab dalam daftar isinya, jadi memungkinkan saja untuk penambahan alokasi waktu lagi 2 kali pertemuan (4 x 45 menit), berarti alokasi yang ideal adalah 8 x 45 menit (4 kali pertemuan) agar materi lebih dapat disampaikan secara mendalam.

Kesesuaian Materi dengan SK dan KD

Secara umum materi “Proses Lahirnya Dinasti Abbasiyah dan Fase-fase pemerintahan Babi Abbasiyah” yang diajarkan cakupan materinya sangat luas, sehingga perlu strategi bagi Guru SKI untuk membuat bahan ajar ini lebih mudah dimengerti, misalnya dengan membuat ringkasan (Modul).

Metode Pembelajaran

1. Metode Ceramah

Metode ceramah adalah cara menyampaikan pembelajaran secara lisan kepada anak didik (siswa/santri) dan berlangsung satu arah. Siswa disini hanya sebagai penerima pesan, mendengarkan, memperhatikan, serta mencatat penjelasan guru.

Kelebihan: Guru mudah menguasai kelas, mudah dilaksanakan, dapat diikuti anak didik dalam jumlah besar, guru mudah menerangkan bahan pelajaran berjumlah besar.

Kekurangan: Kegiatan pengajaran menjadi verbalisme (pengertian kata-kata), anak didik yang lebih tanggap dari sisi visual akan menjadi rugi dan anak didik yang lebih tanggap auditifnya dapat lebih besar menerimanya, bila terlalu lama membosankan, sukar mengontrol daya serap siswa/santri yang pasif.

2. Metode Cerita

Metode cerita adalah suatu penyampaian materi pelajaran dengan cara menceritakan kronologis terjadinya suatu peristiwa.

Dalam artian, Guru bercerita tentang isi materi pembelajaran dan siswa mendengarkan-memperhatikan sambil mencatat hal-hal yang dianggap penting.

3. Metode Tanya Jawab

Metode tanya jawab yaitu suatu cara mengajar dimana seorang guru mengajukan beberapa pertanyaan kepada siswa/santri tentang materi pelajaran yang telah diajarkan atau bacaan yang telah mereka baca sambil memperhatikan proses berpikir diantara peserta didik.

Metode ini membantu kekurangan yang terdapat pada metode ceramah. Kelas menjadi lebih aktif karena anak tidak sekedar mendengarkan saja, memberikan kesempatan kepada anak untuk bertanya.

Dengan metode ini, Guru mengetahui Hal-hal yang belum dimengerti oleh siswa, guru dapat mengetahui sampai sejauh mana penangkapan siswa terhadap segala sesuatu yang diterangkan.

Kekurangan: Diskusi berpotensi menyimpang dari pokok persoalan yang dibahas, menyinggung hal-hal lain walaupun masih ada hubungannya dengan pokok yang dibicarakan dan jika tak terkendali, berpotensi membuat persoalan baru, hingga butuh waktu lebih banyak.

4. Metode Diskusi

Metode pembelajaran diskusi adalah proses pelibatan dua orang siswa atau lebih untuk berinteraksi saling bertukar pendapat, dan saling mempertahankan pendapat dalam pemecahan masalah sehingga didapatkan kesepakatan diantara mereka, terkait materi pelajaran yang sudah ditentukan yang akan dibahas bersama.

Kelebihan: Menyadarkan siswa bahwa masalah dapat dipecahkan dengan berbagai jalan, aktif berdiskusi dan menghargai pandangan orang lain, serta bersikap toleran.

Kekurangan: Tidak dapat dipakai pada kelompok yang besar, peserta diskusi mendapat informasi yang terbatas, dapat dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara, biasanya orang menghendaki pendekatan yang lebih formal.

5. Metode Pemberian Tugas

Metode pemberian tugas adalah suatu cara mengajar yang dicirikan oleh adanya kegiatan perencanaan antara murid dengan guru mengenai suatu persoalan yang harus diselesaikan dan dikuasai.

Kelebihan: Pengetahuan siswa atau santri  dari hasil belajar sendiri akan dapat diingat lebih lama, ada keberanian mengambil inisiatif, bertanggung jawab, dan mandiri.

Kekurangan: Seringkali siswa  meniru hasil pekerjaan orang lain tanpa mau bersusah payah mengerjakan sendiri. Berpotensi tugasnya dikerjakan orang lain jika tanpa pengawasan.

6. Metode Debat

Kelebihan: Siswa menjadi lebih kritis dan dapat mengungkapakan pendapatnya dalam forum, suasana kelas bersemangat.

Kekurangan: Biasanya hanya siswa yang aktif saja yang berbicara, terkadang timbul perselisihan antar siswa setelah berdebat karena tidak terima pendapatnya disanggah, biasanya timbul rasa ingin saling menjatuhkan, memakan waktu yang cukup lama.

7. Metode Inquiry

Kelebihan: Siswa atau santri lebih paham konsep materi,  berfikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, jujur, obyektif, dan terbuka,  berpikir intuitif dan merumuskan hipotesanya sendiri, memberi kepuasan yang bersifat intrinsik, serta situasi pembelajaran yang lebih menggairahkan.

Kekurangan: Membutuhkan mental kuat untuk menjalankan rangkaian metode ini, karena siswa merumuskan problema, merancang dan  melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisa data, menarik kesimpulan, dapat menimbulkan frustasi bagi siswa yang tidak siap.

8. Metode Problem Solving

Kelebihan: Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan, berpikir dan bertindak kreatif, memecahkan masalah secara realistis, mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan, menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan.

Metode ini juga merangsang berpikir menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat, dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan dan dunia kerja.

Kekurangan : Beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan metode ini. Misal terbatasnya alat-alat laboratorium menyulitkan siswa untuk melihat dan mengamati serta akhirnya dapat menyimpulkan kejadian atau konsep tersebut, memerlukan alokasi waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan metode pembelajaran yang lain.

9. Metode Role Playing

Kelebihan: Siswa bebas mengambil keputusan dan berekspresi secara utuh, permainan merupakan penemuan yang mudah dan dapat digunakan dalam situasi dan waktu yang berbeda.

Guru dapat mengevaluasi pemahaman tiap siswa melalui pengamatan pada waktu melakukan permainan, permainan merupakan pengalaman belajar yang menyenangkan bagi anak.

Kekurangan : Terkadang siswa lebih fokus pada permainan dari pada materi dalam permainan, waktu yang dibutuhkan cukup lama.

10. Evaluasi Hasil Belajar

Evaluasi dapat dilakukan melalui tes lisan dan tertulis dengan bentuk soal pilihan ganda, isian singkat, dan essay (esai).

Dengan catatan Soal-soal yang diberikan tersebut harus mengacu kepada indikator yang ada.

Evaluasi juga dapat berbentuk penilaian portofolio, misalnya siswa diminta membuat laporan hasil diskusi kelompoknya yang telah dilakukan bersama.

Disini jelas terlihat bahwa penilaian tersebut dari aspek kognitifnya saja, tidak terlihat penilaian dari segi aspek efektif dan psikomotornya.

Penilaian melalui tes tertulis sesuai saja dengan indikator yang ada dalam materi ini terutama dalam bentuk esai, berubah dan dibatasi.

Secara otomatis pula inti pokok instrumennya juga harus menyesuaikan dengan apa yang terdapat dalam indikator yang telah berubah. (*)

 

(* Penulis, Muhammad Farid Wajdi, adalah Pengasuh Ponpes Modern Putri IMMIM Pangkep/Guru Sejarah Kebudayaan Islam (SKI).

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisment -

HIGHLIGHT