BerandaSosial BudayaPermainan RakyatTradisi Posepaa, Tendangan Hari Raya (THR) di Wakatobi

Tradisi Posepaa, Tendangan Hari Raya (THR) di Wakatobi

Laporan: M. Farid W Makkulau

PALONTARAQ.ID, BUTON – Setiap daerah memiliki kekhasan dan keunikan tradisi masing-masing, entah itu berdiri sendiri, ataukah tradisi yang dilekatkan pada perayaan besar agama, semisal Tradisi Posepaa, yang di kekinian generasi milenial menyingkatnya dengan istilah Tradisi Tendangan Hari Raya (THR) pada Hari Raya Idul Fitri.

Tradisi Posepaa adalah tradisi masyarakat Liya-Wakatobi, Buton, Sulawesi Tenggara. Tradisi ini cukup unik karena dilaksanakan di hari-hari besar Islam seperti hari raya Idul Fitri dan Hari Raya Idul Adha, bahkan sepulang dari Shalat Idul Fitri.

Tradisi Posepaa ini, sebagaimana namanya Posepaa yang berarti menendang, dilakukan dengan cara menendang. Dilakukan setelah shalat Ied dengan tujuan apabila ada yang punya dendam dan kurang bisa memaafkan hanya dengan berjabat tangan, maka dengan Posepaa ini diharapkan setelahnya dapat saling memaafkan dan merajut kembali persaudaraan.

Tujuan lain dari Tradisi Posepaa ini tentunya bahan evaluasi bagi masyarakat setempat untuk meninjau ketangkasan para pemuda dalam mempertahankan negeri bila ada serangan musuh atau gangguan keamanan. Jadi, masyarakat pada umumnya, terutama para orang tua, ibu-ibu, dan anak-anaknya yang masih tergolong dibawah umur, hanya menonton saja.

Tradisi Posepaa di Buton. (foto: ist/palontaraq)
Tradisi Posepaa di Buton. (foto: ist/palontaraq)
Tradisi Posepaa di Buton. (foto: ist/palontaraq)
Tradisi Posepaa di Buton. (foto: ist/palontaraq)
Tradisi Posepaa di Buton. (foto: ist/palontaraq)
Tradisi Posepaa di Buton. (foto: ist/palontaraq)

Tradisi Posepaa yang tergolong “Permainan Rakyat” ini, untuk tahun 2019 ini, dilaksanakan usai Shalat Idul Fitri, 1 Syawal 1440 Hijriyah (5 Juni 2019), mulai pada pukul 08.00 – 12.00 WITA di Lapangan Pertarungan Kraton Liya, Wakatobi, Buton.

Meski terbilang unik karena dilaksanakan sekaitan dengan Idul Fitri, tradisi saling menendang ini memiliki banyak kemiripan, tradisi saling menendang di daerah lain, dalam konteks pelaksanaan, cara dan tujuannya yang berbeda-beda.

Misalnya tradisi Pa’semba (Artinya: saling menendang) di daerah Makassar, Sisemba (Artinya: saling menenadang) di daerah Bugis dan Toraja, dilaksanakan usai pelaksanaan musim panen padi. Kalau Posepaa, dibiarkan para peserta tetap memakai sepatu atau sendal, di daerah Bugis-Makassar, para pesertanya diharuskan melepas benda (senjata) tajam dan tanpa alas kaki. (*)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisment -

HIGHLIGHT