BerandaBahasaKonjungsi dan Pemakaiannya

Konjungsi dan Pemakaiannya

 

Oleh: M. Farid W Makkulau

PALONTARAQ.ID – Secara umum, kata konjungsi sering diartikan sebagai kata hubung atau penghubung. Dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), konjungsi didefinisikan sebagai kata penghubung antar kata, antar frasa, antar klausa, dan antar kalimat.

Meskipun terlihat sepele, kata hubung memiliki peran dan fungsi yang sangat besar dalam Tata Bahasa Indonesia, khususnya dalam penulisan.

Untuk memahami konjungsi, terlebih dahulu harus dipahami makna dari: kata, klausa, dan kalimat.

Kata

Menurut KBBI, kata adalah unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan, merupakan perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran dalam berbahasa. Kata adalah unsur terkecil dari kalimat.

Kata terbentuk dari beberapa huruf yang terangkai menjadi satu dan memiliki makna tertentu. Contoh dari kata sederhana yang sering kita gunakan adalah: saya, kamu, tidur, bekerja, belajar, dan masih banyak lagi.

Klausa

Untuk membedakan klausa dari kalimat, harus dipahami makna dan fungsinya. Klausa merupakan satuan gramatikal yang terdiri atas sekurang-kurangnya subjek dan predikat yang akan berpotensi menjadi kalimat. Misal: Etta sedang belajar, Guru sedang mengajar.

Dalam klausa tersebut terdiri dari satu subyek (Etta) dan Predikat (sedang belajar), begitu pula: subyek (Guru) sedang mengajar (Predikat; kata kerja).

Dalam susunannya, klausa lebih singkat dibandingkan kalimat. Dalam sebuah klausa hanya terdiri dari subyek dan predikat.

Kalimat

Kalimat adalah satuan bahasa yang relatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final dan terdiri atas klausa.

Kalimat terdiri dari subyek, predikat, obyek, dan keterangan (baik keterangan tempat, waktu dan sebagainya).

Contoh kalimat:

Kemarin Amma membeli sayuran dan buah-buahan di Pasar.
Udin membaca buku cerita bersama Siti di Perpustakaan.

Jenis kata hubung dalam PUEBI. (foto: ist/palontaraq)
Jenis kata hubung dalam PUEBI. (foto: ist/palontaraq)

Setelah memahami makna dari kata, klausa, dan kalimat, sekarang mari kita definisikan Jenis-jenis Konjungsi yang dikenal dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI), yaitu:

1. Konjungsi Koordinatif

Yaitu Konjungsi yang menggabungkan kata atau klausa berstatus sama, misalnya: dan, atau, tetapi, sedangkan, kemudian, namun, melainkan, dan masih banyak lagi.

Konjungsi koordinatif hanya menggunakan satu kata untuk menggabungkan dua kalimat yang memiliki status sama atau derajat setara.

Konjungsi ini merupakan konjungsi paling sederhana dan tidak sekomplek konjungsi lainnya.

Dalam ilmu tata bahasa, konjungsi koordinatif dapat dibagi kedalam 3 kelompok berdasarkan sifat hubungannya, yaitu:

a. Konjungsi Koordinatif Penambahan

Contoh kalimat:

Etta dan Adil sedang belajar Sastra bersama.
Ifah beserta teman sekelasnya akan mengunjungi Museum Kota Makassar di akhir pekan.

Dalam konjungsi koordinatif penambahan, konjungsi yang digunakan adalah serta, dan, beserta.

b. Konjungsi Koordinatif Perlawanan

Konjungsi ini menggabungkan dua kata, klausa maupun kalimat yang sederajat namun mempertentangkan suatu hal yang menjadi topik dalam klausa atau kalimat tersebut.

Kata hubung yang sering digunakan adalah: tetapi, sedangkan, melainkan. Contohnya: Para koruptor seharusnya tidak hanya menjalani hukuman penjara tetapi juga mengganti uang yang dikorupsinya sebanyak 5 kali lipat.

c. Konjungsi Korelatif Pilihan

Yaitu konjungsi yang menggabungkan dua atau lebih klausa atau kalimat yang bertujuan untuk menghadirkan pilihan.

Kata konjungsi yang sering digunakan diantaranya: atau, maupun, ataupun. Contohnya: Fira ataupun Aleisha mampu untuk menyelesaikan Praktek Biologi dengan baik.

2. Konjungsi Subordinatif

Yaitu konjungsi yang menghubungkan anak kalimat dan induk kalimat atau menghubungkan bagian dari kalimat subordinatif.

Berbeda dengan konjungsi koordinatif, kedua klausa dalam konjungsi subordinatif tidaklah setara.

Klausa yang memiliki derajat lebih tinggi disebut induk kalimat sedangkan klausa lainnya yang derajatnya lebih rendah disebut anak kalimat.

Konjungsi subordinatif dibagi menjadi beberapa kelompok, diantaranya:

a. Konjungsi Subordinatif Waktu

Konjungsi waktu berfungsi untuk menghubungkan dua klausa untuk menjelaskan keterangan waktunya.

Berdasarkan waktu terjadinya, konjungsi waktu dapat diklasifikasi menjadi:

(1) Permulaan

Konjungsi waktu yang menjelaskan kapan dimulainya suatu peristiwa yang terdapat dalam induk kalimat.

Kata hubung yang sering digunakan adalah: sedari, sejak. Contoh penerapannya adalah sebagai berikut:

Farid menyukai catur sejak ia berusia delapan tahun.
Ia sudah mulai menunjukkan bakatnya sedari dia masih SMP.

(2) Bersamaan

Peristiwa yang terjadi dalam kedua kalimatnya berlangsung dalam waktu bersamaan.

Kata hubung yang digunakan adalah: sambil, ketika, selama, seraya, selagi, tatkala, dan sambil.

Contoh:

  • Hasbi menatap langit biru seraya kedua tangannya menggenggam erat kamera nikonnya.
  • Syahida sangat terpukul sewaktu adiknya meninggal tahun lalu.
  • Etta sedang membaca koran sambil menyantap sarapannya.
  • Banyak orang yang berlomba-lomba mendapatkan hadiah utama undian tersebut, sementara aku sama sekali tidak tertarik.

(3) Berurutan

Konjungsi waktu yang digunakan untuk menggabungkan dua klausa yang memiliki urutan waktu berkesinambungan.

Kata hubung yang biasanya digunakan diantaranya; seusai, sesudah, sebelum, begitu, selesai.

Contoh:

  • Kita harus berdoa sebelum tidur.
  • Begitu Etta tiba di rumah, Adil melompat kegirangan.
  • Fina memutuskan untuk pindah sekolah setelah ayah dan ibunya berdiskusi sepanjang malam.

(4) Batas Akhir

Kata hubung yang digunakan adalah: hingga, sampai.

Contoh kalimat:

  • Kamu harus tetap belajar dengan giat sampai impianmu tercapai.
  • Aluna terus menangis di kamarnya hingga petang.
  • Janganlah kamu menyerah sampai tujuanmu terlaksana.

b. Konjungsi Subornatif Syarat

Jenis konjungsi yang menghubungkan induk kalimat dan anak kalimat dimana anak kalimat menjelaskan syarat terlaksananya suatu unsur dalam induk kalimat.

Kata hubung yang biasanya digunakan dalam konjungsi bersyarat adalah: jikalau, jika, manakala, bilamana, apabila, dan asalkan.

Contoh:

  • Syarif tidak akan dibenci oleh masyarakat bila ia tidak melakukan hal buruk pada Mila.
  • Fira akan menjadi penyanyi terkenal, asalkan ia banyak belajar dan berlatih.
  • Aku akan datang ke pesta ulang tahun Salwa kalau aku telah menyelesaikan PR ku.

c. Konjungsi Subordinatif Pengandaian

Dalam konjungsi ini, anak kalimat berperan menjelaskan kemungkinan tercapainya suatu kejadian atau unsur yang telah dijelaskan dalam induk kalimat.

Kata hubung yang biasanya digunakan adalah: seandainya, umpamanya, sekiranya, andaikata, andaikan.

Contoh:

  • Seandainya Anies Baswedan menjadi Presiden Indonesia, ia akan menerapkan program pembangunan merata di seluruh wilayah Indonesia.
  • Andaikata polisi datang lebih awal, perampok itu tentunya akan tertangkap saat menjalankan aksinya.
  • Seumpamanya ia datang lebih awal, kami tidak akan meninggalkannya.

d. Konjungsi Subordinatif Pembandingan

Anak kalimat menjelaskan pembandingan dan juga kemiripan yang sebelumnya telah dijelaskan dalam induk kalimat.

Contoh:

  • Adiba hanya diam seolah-olah ia tidak mengetahui apa yang terjadi saat ini.
  • Udin terus berlari seakan-akan ada orang jahat yang akan membawanya ke tempat menakutkan.

e. Konjungsi Subordinatif Sebab

Anak kalimat menjelaskan sebab atau alasan yang telah disebutkan dalam induk kalimat.

Contoh:

  • Erika mendapatkan nilai jelek karena ia tidak belajar tadi malam.
  • Harga kebutuhan bahan pokok melonjak tinggi sebab mendekati Hari Raya Idul Fitri.

f. Konjungsi Subordinatif Akibat

Anak kalimat menjelaskan akibat atau hasil dari unsur yang telah disebutkan dalam induk kalimat.

Contoh:

  • Harga bawang merah dan cabai melonjak tinggi, akibatnya banyak pedagang kaki lima yang gulung tikar.
  • Biaya kuliah yang mahal sampai-sampai membuatnya harus menjual rumah serta tanahnya di kampung.
  • Masyarakat setempat masih membuang sampah ke sungai sekitar, akibatnya rumah mereka terendam banjir saat musim penghujan.

g. Konjungsi Subordinatif Komplementasi

Anak kalimat berperan sebagai pelengkap unsur yang telah dijelaskan dalam induk kalimat.

Contoh:

  • Jaksa sangat yakin bahwa ia bukan pelakunya.
  • Dia telah berjanji pada ibunya bahwa ia tidak akan lupa mengerjakan PR dan belajar sebelum bermain besama Ayu dan Ainun.
  • Ibunya sangat yakin bahwa Selvi telah berkata jujur pada ayahnya.
  • Dina tahu betul sifat ayahnya itu seperti apa.
  • Dokter sangat percaya diri ketika memvonis pasiennya.
Konjungsi
Konjungsi. (foto: ist/palontaraq)

3. Konjungsi Korelatif

Konjungsi korelatif adalah bentuk konjungsi yang menyatukan dua kata atau klause yang memiliki derajat yang sama.

Kedua kalimat atau klausa tersebut saling mempengaruhi sama lain. Contoh kata hubung yang biasanya digunakan adalah: tidak hanya ….. tapi…, entah …… entah…

Contoh:

  • Di dunia ini tidak ada yang abadi, baik harta maupun tahta.
  • Anda harus menanggung segala resikonya, baik itu buruk ataupun tidak.
  • Tidak hanya berdoa kepada Sang Pencipta, tapi anda juga harus tetap berusaha keras untuk dapat mewujudkan impian anda.

4. Konjungsi antar Kalimat

Konjungsi antarkalimat adalah konjungsi atau kata hubung yang menghubungkan satu kalimat dengan kalimat lainnya.

Biasanya diawali dengan huruf kapital di awal kalimat dan menggunakan kalimat baru untuk menghubungkannya.

Berikut beberapa konjungsi antarkalimat yang biasa digunakan dalam kalimat.

Konjungsi antarkalimat ketersediaan dimana menjelaskan kesediaan subyek atau pelaku utama untuk melakukan sesuatu.

Contohnya: Rahmi selalu bersikap kasar pada temannya. Walaupun demikian, ia tetap disayangi oleh semua temannya.

Konjungsi antarkalimat yang menjelaskan lanjutan dari sebuah peristiwa yang telah ada di kalimat sebelumnya.

Contohnya: Adiba membersihkan kamarnya di pagi hari. Kemudian ia mencuci piring dan membantu ibunya memasak.

Konjungsi antarkalimat yang menjelaskan pertentangan dari hal yang telah dijelaskan di kalimat sebelumnya.

Contohnya: Awalnya Hilda merasa sangat senang dapat melihat langsung konser Afghan. Namun, suasana konser yang kurang kondusif membuatnya meninggalkan konser lebih awal.

Konjungsi antarkalimat menjelaskan unsur atau hal yang tidak terdapat dalam kalimat sebelumnya.

Konjungsi antarkalimat yang menerangkan atau menjelaskan situasi yang sebenarnya.

Contohnya: Kita harus tetap melakukan upacara bendera setiap hari Senin. Hanya ini langkah kecil yang dapat kita lakukan untuk mengenang jasa para pahlawan.

Konjungsi antarkalimat untuk menjelaskan konsekuensi dari kalimat sebelumnya.

Contohnya:  Teknologi Informasi Komunikasi telah berkembang pesat saat ini. Dengan demikian banyak informasi yang menghiasi layar gawai maupun komputer.

5. Konjungsi antarparagraf

Konjungsi antarparagraf akan mengawali suatu paragraph yang memiliki korelasi dengan paragraph sebelumnya.

Dengan kata lain, konjungsi antarparagraf berperan sebagai penghubung antara suatu paragraf dengan paragraf lainnya.

Konjungsi yang biasanya diletakkan pada awal paragraph diantaranya akan hal, ada pun, mengenai, alkisah dan pada itu.

Berikut contoh konjungsi antarparagraf yang dapat anda amati dan perhatikan.

Paragraf 1:

Meniti karir di Jakarta bukanlah perkara yang mudah. Anda harus memiliki modal yang cukup dan tekad yang kuat untuk memulainya. Pendidikan yang tinggi serta pengalaman yang cukup di tempat kerja sebelumnya merupakan modal yang kuat untuk meniti karir di Jakarta.

Namun, apakah itu saja cukup? Semuanya tidak akan berguna bila Anda tidak memiliki daya juang serta mental yang baik. Anda akan langsung tereliminasi sebelum Anda memulai segalanya.

Oleh karena itu, langkah awal yang perlu dilakukan adalah melatih mental. Tujuannya adalah agar Anda tidak mudah menyerah atau frustasi. Anda dapat memulai melatih kekuatan mental dengan tetap maju pantang mundur saat dihadapkan pada situasi sulit.

Selain itu, anda dapat memotivasi diri sendiri saat berada dalam posisi seperti ini. Niscaya anda akan memiliki jenjang karir yang baik bila Anda berhasil menerapkannya.

Paragraf 2:

Masih banyak para koruptor yang hidup enak dan mewah di dalam sel penjara. Mereka bahkan dapat menggunakan ponsel dan tetap menjalankan bisnis mereka dari balik jeruji sel mereka.

Tak sedikit masyarakat yang mempertanyakan Hukum Indonesia, khususnya terhadap para koruptor. Bila hal ini tidak diselesaikan secepat mungkin, maka para koruptor tidak akan jera untuk terus melakukannya.

Jadi, dapat kita simpulkan bila kurang tegasnya hukum di Indonesia lah yang membuat para koruptor tidak jera juga dalam melakukan aksinya. Pemerintah harus bersikap lebih tegas dan memperkuat hukum di Indonesia jika ingin benar-benar memberantas korupsi.

Indonesia akan tetap dipenuhi oleh para koruptor bila hukum di Indonesia tetap bersifat tajam atau tegas terhadap kaum miskin namun tumpul atau lunak terhadap penguasa atau pejabat negara.

Demikianlah sekilas tentang Konjungsi dan tetap menjadi sesuatu yang penting dalam penulisan fiksi maupun non fiksi.

Dunia penulisan tidak dapat terlepas atau dipisahkan dari pemahaman yang benar tentang konjungsi.

Semoga bermanfaat adanya. (*)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisment -

HIGHLIGHT