Oleh: Muhammad Farid Wajdi
PALONTARAQ.ID – EMAS berkata pada tanah, “Coba lihat kondisimu, suram dan lemah. Apakah engkau memiliki cahaya mengkilat seperti aku? Apakah engkau berharga seperti aku?”
Tanah menggelengkan kepala dan menjawab, “Aku bisa menumbuhkan bunga dan buah, bisa menumbuhkan rumput dan pohon, bisa menumbuhkan tanaman dan banyak lagi yang lain, Apakah kamu bisa?”
Emas pun terdiam seribu bahasa!
Baca juga: Relawan Pendidikan Indonesia Peduli Kampung Muallaf
Dalam hidup ini banyak orang yang seperti emas, berharga, mempesona, bersinar, dan menyilaukan. tetapi TIDAK bermanfaat bagi sesama.
Sukses dalam karir, rupawan dalam paras, anggun dan menawan dalam penampilan sosial tapi SUKAR peduli apalagi membantu sesama. Ada gempa menimpa saudaranya dia tak peduli, ada kebakaran di sekitar rumahnya dia tak peduli, ada banjir di daerahnya dia tak peduli, bahkan untuk menengok dan mendo’akan pun kayaknya sangat sukar diharapkan. Hidup seakan untuk dirinya dan kepentingannya saja.
Meski begitu tak sedikit sosok seperti tanah. Posisi biasa saja, penghasilan seadanya, bahkan jauh dari berkecukupan, tapi pribadinya sederhana, bersahaja dan kadang tak ‘bersinar’, tapi keberadaannya bagi sekitarnya sungguh luar biasa, siap peduli kapan saja meski tak ditawari, ringan tangan membantu saudara dan handai taulan kapanpun.
Baca juga: RPI sirami dakwah Kampung Murtad
Saudaraku! Makna dari kehidupan sebenarnya BUKAN terletak pada seberapa bernilainya diri kita, tetapi seberapa bermanfaatnya kita bagi orang lain. “Sebaik-baik diantara kamu ialah yang paling bermanfaat bagi orang sekitarnya”, demikian agama mengajarkan.
Baca juga: Orang Baik dan Penyeru Kebaikan
Jika keberadaan kita DAPAT menjadi berkah dan manfaat bagi banyak orang, barulah kita benar-benar bernilai. Apalah gunanya kesuksesan bila itu TIDAK membawa manfaat bagi kita, keluarga dan orang lain. Apalah arti kemakmuran, kesejahteraan, kemapanan bila TIDAK berbagi pada yang membutuhkan. Apalah arti kepintaran dan ‘prestasi’ bila TIDAK memberi inspirasi di sekeliling kita.
Karena hidup adalah proses, ada saatnya kita memberi dan ada saatnya kita menerima. Dan roda kehidupan selalu berputar, kadang diatas dan kadang dibawah. Syukuri dan perbanyakah membantu tanpa pamrih. (*)