BerandaFeaturePemberdayaan MasyarakatOllon, Sisi lain Pesona Toraja yang Terabaikan

Ollon, Sisi lain Pesona Toraja yang Terabaikan

Laporan: Etta Adil

PALONTARAQ.ID  – Pernah menonton film “Laskar Pelangi”, potret ketimpangan pendidikan ditengah berlimpahnya sumber daya alam? Kira-kira potret itu juga yang menjadi warna Ollon, sebuah kampung di wilayah pemerintahan Lembang Desa Bau, Kecamatan Bonggakaradeng, Makale, suatu daerah yang terletak di wilayah barat bagian selatan Kabupaten Tana Toraja, Sulawesi Selatan.

Butuh perjuangan untuk sampai ke Ollon. Jarak tempuh dari kota Makale, ibukota kabupaten Tana Toraja sekitar 35 kilometer dengan kondisi jalan yang belum memadai. Jalan alternatif paling efesien adalah dari kota Makale menuju Rembon melewati terminal lalu belok ke Jalur Batusura’ menuju ke Buakayu, Bonggakaradeng. Persiapan bekal makanan dan minuman selama dapat dilakukan di Buakayu ini.

Untuk sampai ke Ollon disarankan menggunakan kendaraan roda dua. Bisa pula menggunakan kendaraan roda empat, untuk mobil adventure jenis Strada, Hartop atau yang sejenis double hundle. Setelah sampai di Buakayu, kita lurus terus mengarah ke bagian selatan melalui pasar dan Kantor Kecamatan Bonggakaradeng.

Sedikit membingungkan, kan? Belum cukup sampai disitu. Setelah menemukan persimpangan tiga antara Buakayu dan Rano, ada alternatif pilihan, jalur ke kanan atau ke kiri? Traveler yang akan ke Ollon, sebaiknya memilih pemandu yang benar-benar menguasai semua jalur.

Para traveler dapat memilih jalur yang turun ke sebelah kanan, karena jalur ke kiri menuju ke Rano. Sekitar 3 kilometer dari simpang itu, akan ditemukan jalan rintisan di sebelah kanan yang menyusuri gunung. Pilih jalur kanan tersebut dan ikuti terus jalan yang paling berjejak karena beberapa simpang di gunung menuju ke tempat lain namun sangat berbeda jejak kendaraannya. Jalan yang menuju ke Ollon kelihatan sering dilalui.

Menapak jejak menuju Ollon perlu kesabaran, paling tidak untuk sampai menemukan view yang mempesona setelah dari persimpangan. Para traveler selanjutnya dapat menyusuri gunung dan lembah sekitar 8-10 kilometer yang sangat sepi penghuni. Yang ada keliaran binatang peliharaan.

Lihat juga: RPI sirami dakwah Kampung Murtad

Bagi traveler dan penikmat wisata alam, sebenarnya sampai disini saja sudah sangat memesona pemandangannya.Potret perbukitan yang eksotik,  “So you really back to nature”.  Pemandangan kerbau, kuda, dan sapi di padang yang terbentang luas adalah potret pedalaman yang biasa bagi warga setempat, tapi bagi traveler dari kota, sungguh itu potret yang sayang untuk dilewatkan.

Setelah menemukan sebuah perkampungan yang tergolong ramai, itu pertanda bahwa perjalanan sudah dekat dengan destinasi wisata Ollon. Segera cari parkiran di sekitar halaman rumah atau kolong rumah penduduk. Jangan lupa isi buku tamu di pintu gerbang di rumah Kepala Lembang Bau, AN Karman Loda. Di tempat ini anda baru bisa membeli sesuatu seperti bensin, mie instan, air kemasan, dan yang lainnya.

Di Ollon, para traveler bebas memilih tempat untuk mendirikan tenda, memotret dari ketinggian atau dari lembah, berlari bagai burung yang lepas dari sangkarnya. Penduduk di tempat ini sangat ramah. Para traveler boleh meminta air untuk minum, dan mandi. Jangan lupa sapa dan senyum untuk penduduk Ollon, karena itu sisi lain keindahan sosial sebagai penegas kepada penduduk setempat kalau para traveler datang bukan untuk merampas keindahan alam Ollon.

Baca juga:  Herlina, Guru Honorer SD Kelas Jauh di Pesisir Kanaungan

Kondisi Pendidikan di Ollon, Tana Toraja

Ollon hanya dihuni sekitar 40 KK. Jumlah penduduk sekitar 250 jiwa dengan mata pencaharian dari kapok yang dibuat kasur lalu di jual. Jumlah anak-anak ada sekitar 40, sedangkan yang bersekolah 20 anak. Sekolah Ollon sendiri berada di atas bukit pemukiman warga, terdiri dari 3 gedung, 8 ruang kelas dan 1 kantor.

Dari 8 ruang kelas, hanya 3 kelas yang dapat digunakan dengan kondisi seadanya. Pintu kelas sudah rusak, papan tulis pun tinggal 1/2. Di Ollon, Anak-anak hanya bersekolah 2 kali dalam sepekan itupun jika gurunya datang. Ada 3 guru honorer yang bertaruh mengabdi disana, sedangkan ibu kepala sekolah sudah lebih setahun tak pernah masuk ke Ollon. Mungkin karena akses ke Ollon cukup sulit, sebuah alasan pembenaran bagi semua lokasi pendidikan terpencil.

Miris? Adakah kita peduli dengan Potret Pendidikan seperti ini? Anak-anak Sekolah di Ollon adalah anak negeri yang juga hak untuk mengenyam pendidikan. Sejatinya, mereka juga adalah bibit-bibit masa depan negeri ini. Negeri yang harus dijaganya dari kerakusan para penjahat yang akan menjarah tanah dan sumber kekayaan alamnya.

Kepada siapa saja yang peduli, mari bergandengan tangan membantu Anak-anak Ollon. Insya Allah Relawan Pendidikan Indonesia (RPI) akan kembali memberangkatkan Relawan untuk peduli, berbagi dan mengabdi di Tanah Ollon, pesona yang akan terus dijaga dan kita rawat bersama.

Bagi masyarakat yang ingin turut membantu Pendidikan di Ollon, Toraja dan daerah binaan lainnya Relawan Pendidikan Indonesia (RPI), dapat menyalurkan donasinya ke: Nomor Rekening Bank BRI : 7491-01-006044-53-9 atas nama: Nur Indah Rusli. Konfirmasi via WA: 081355645106 an. Nur Pratiwi. (*)

1 KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisment -

HIGHLIGHT