BerandaSejarah LokalRiwayat Raja Bone (12): La Tenripale Toakkapeang

Riwayat Raja Bone (12): La Tenripale Toakkapeang

Oleh: M. Farid W Makkulau

Tulisan Sebelumnya:  Riwayat Raja Bone (11): La Tenri Ruwa

PALONTARAQ.ID – BAGI Dewan Hadat dan rakyat Bone, penyebaran Agama Islam oleh Gowa hanya sebagai kedok atau alasan untuk menaklukkan Kerajaan Bone, itulah sebabnya mereka tidak mau menerima ajakan La Tenri Ruwa dan lebih memilih mengusir rajanya. Karena kecewa ditinggalkan di saat perang, akhirnya rakyat Bone sepakat memazulkan La Tenrirua mengangkat penggantinya La Tenripale Arung Timurung dalam tahun 1611.

Arumpone La Tenri Pale To Akkeppeang Arung Timurung (1611-1625), adalah anak dari La Inca MatinroE ri Addenenna. Inilah Mangkaue’ yang membangkitkan kembali semangat orang Bone menolak Islam, yang menurut pemahamannya adalah pintu masuk Gowa mau menaklukkan dan menjajah Bone.

Dengan dalih mempertahankan tahta Bone yang sah dibawah rajanya La Tenrirua yang memeluk Islam. Sultan Alauddin menyerang Bone dan membakar habis Watampone. Rakyat Bone dibawah Arumpone La Tenri Pale tak dapat berbuat banyak digempur dengan pasukan besar Gowa, segera setelah itu Bone resmi menjadi daerah takluk Gowa dan secara formal pula Bone memeluk Agama Islam (1611). Seluruh Arung Palili (Raja negeri bawahan Bone) diundang untuk mengucapkan syahadat tanda masuk Islam. Fakta tersebut menunjukkan bahwa Islam masuk di Bone melalui tekanan militer Gowa.

Kerajaan Bone yang awalnya merupakan ‘independent state’ berubah menjadi negeri vasal (palili) Kerajaan Gowa. Ini berarti suksesnya upaya ekspansi Gowa ke daerah Bone, yang dimulai sejak tahun 1562.  (Kasim, 2002).

Setahun setelah orang Bone menerima Islam, Arumpone La Tenri Pale ke Tallo (Makassar) menemui Dato’ ri Bandang. Diberilah nama Islam, Sultan Abdullah dan diumumkan pemberian nama itu dalam suatu khutbah Jum’at. La Tenri Pale dikenal rakyatnya sebagai Mangkaue’ yang ramah, merakyat serta memperhatikan pertanian.

Selama masa pemerintahan La Tenripale Towakkapeyang (1611-1631), penaklukan Gowa atas Bone tidak terlalu membawa penderitaan bagi rakyat Bone, karena hubungannya dengan Sultan Alauddin terjalin dengan baik.

Namun pada hakekatnya penaklukan Gowa atas Bone tersebut dalam arti politik, ekonomi dan sosial budaya adalah suatu penjajahan yang menghancurkan martabat, kemerdekaan dan kedaulatan rakyat dan negara Kerajaan Bone, bahkan rakyat Bone memandangnya sebagai perbudakan. (Kasim, 2002 dalam Makkulau, 2009).

Dalam Lontaraq Akkarungeng ri Bone, disebutkan bahwa Arumpone La Tenri Pale kawin dengan anak MatinroE ri Sidenreng dari suaminya To Addussila We Palettei KanuwangE Massao BessiE ri Mampu Riawa. Dari perkawinan ini lahirlah anak perempuan We Daba.

La Tenri Pale To Akkeppeang dua bersaudara yaitu We Tenri Jello MakkalaruE, kawin dengan Arung Sumaling La Pancai To Patakka Lampe Pabbekkeng, anak dari La Mallalengeng To Alaungeng Arung Sumaling, dari isterinya We Tenri Parola. Lahirlah La Maddaremmeng, diangkatlah MakkalaruE menjadi Arung Pattiro.

Satu lagi adik La Maddaremmeng bernama We Tenri Ampareng menjadi Arung Cellu. Sedangkan La Tenri Aji To Senrima dia menjadi Arung Awampone (MatinroE ri Siang). (***)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisment -

HIGHLIGHT