BerandaIslamMempersiapkan Generasi Pejuang Akhir Zaman

Mempersiapkan Generasi Pejuang Akhir Zaman

Laporan:  M. Farid Wajdi, S.H.i

PALONTARAQ.ID – Palontaraq menyediakan bahan Khutbah Idul Fitri 1439 H, dengan tema “Mempersiapkan Generasi  Pejuang Akhir Zaman”.  (Sumbernya: Dari Kiblat.net DISINI).

Tema ini diangkat karena melihat kondisi umat hari ini yang terus menerus diterpa badai fitnah dan cobaan.

Kita yakin bahwa ujian dan cobaan yang menimpa umat Islam hari ini adalah cara Allah mempersiapkan generasi pejuang yang tangguh dan sanggup memanggul beratnya beban perjuangan.

 

Shalat "Ied di Lapangan Minasatene, Pangkep. (foto: mfaridwm/palontaraq)
Shalat “Ied di Lapangan Minasatene, Pangkep. (foto: mfaridwm/palontaraq)

Berikut lampiran naskah lengkapnya:

Mempersiapkan Generasi Pejuang Akhir Zaman

 

إِنَّ الْحَمْدَ لِلّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوْبُ إِلَيْهِ وَنَعُوْذُ بِاللّهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا

وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللّهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ

وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَمَّا بَعْدُ.

فَإِنَّ خَيْرَ الْكَلاَمِ كَلاَمُ اللّهِ وَخَيْرَ الْهَدْيِ هُدَي مُحَمَّدٍ صَلَّى اللّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ

وَشَرَّ الْأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلةَ ٌوَكُلَّ ضَلاَلةٍ فِي النَّارِ .

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اتَّقُواْ اللّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ ﴿102﴾ ) آل عمران .

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُواْ رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا

وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَاء وَاتَّقُواْ اللّهَ الَّذِي تَسَاءلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا ﴿1﴾ ) النساء .

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا ﴿70﴾

يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعْ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا ﴿71﴾   الأحزاب .

اَللّهُ أَكْبَرُ، اَللّهُ أَكْبَرُ اَللّهُ أَكْبَرُ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللّهُ، وَاللّهُ أَكْبَرُ اَللّهُ أَكْبَرُ وَلِلّهِ الْحَمْدُ

اللَّهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا وَسُبْحَانَ اللَّهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا اللَّهُ أَكْبَرُ

وَلَا نَعْبُدُ إلَّا اللَّهَ مُخْلِصِينَ له الدَّيْنَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وَاَللَّهُ أَكْبَرُ

Kaum Muslimin jamaah sholat Idul Fitri yang dirahmati Allah

Perjalanan Ramadan mengajarkan kepada kita bahwa sebuah ketakwaan, sebuah kemenangan, haruslah melewati berbagai rintangan. Dalam konteks puasa, seluruh balasan dan pahala yang Allah janjikan, haruslah dilalui dengan rasa lapar, haus dahaga, capek kurang tidur, dan berbagai jenis pengorbanan lainnya.

Bercerita tentang ujian dan kesuksesan, cobaan dan tamkin, ada baiknya kita merenungi kisah Nabi Yusuf –alaihis salam-. Ada banyak rintangan dan cobaan yang beliau lalui, mulai dari godaan wanita, ujian penjara, dilupakan rekan sepenjara dan serangkaian ujian-ujian lainnya, hingga Allah angkat derajat beliau dengan menjadi pemegang perbendaharaan Mesir kala itu.

Namun hal yang menarik adalah ketika Yusuf dibeli oleh pejabat Mesir, Allah SWT menyebutnya dengan sebutan Tamkin yang berarti kemenangan, padahal itu adalah awal ujian bagi Yusuf. Allah SWT berfirman:

 

وَكَذَٰلِكَ مَكَّنَّا لِيُوسُفَ فِي الْأَرْضِ

 

Artinya, “Dan demikianlah kami memberikan tamkin kepada Yusuf di negeri (Mesir).” (QS Yusuf : 21)

Syaikh Abdul Azis Ath-Tharifi mengatakan bahwa rangkaian ujian adalah tangga menuju kemenangan, jalan menuju tamkin. Senada dengan ini, Imam Syafii ditanya, kondisi mana yang lebih baik, bersabar, menerima ujian atau tamkin.

Beliau berkata, “Tamkin adalah derajatnya para nabi, tamkin itu tidak akan terwujud, kecuali setelah adanya serangkaian ujian, jika mendapat ujian maka bersabar, jika bersabar maka Allah akan anugerahkan tamkin (kemenangan).

Kaum Muslimin jamaah sholat Idul Fitri yang dirahmati Allah

Berbicara tentang ujian umat ini, ada baiknya kita melihat kondisi kaum muslimin hari ini. Di Suriah, ratusan ribu kaum muslimin menjadi korban pembantaian dan pengeboman, rumah rumah mereka luluh lantak, mereka kehilangan sekolah, rumah sakitpun seadanya, kedinginan ketika datang musim salju, kelaparan tak ada yang dimakan, sebuah kondisi yang membuat kita merintih perih, mengaduh sakit karena mereka adalah saudara kita.

Sementara di tempat lain, disebuah daerah yang bernama Palestina, Baitul Maqdis, pasca diumumkannya pemindahan ibu kota Israel ke Al-Quds, serangan Israel terhadap pejuang Islam semakin meningkat, hujanan roket mereka tembakkan ke pemukiman kaum muslimin. Mereka terus berteriak dan berjuang tanpa tahu kapan berakhir.

Di Rohingnya, entah apa dosa mereka, rumah mereka dibakar, keluarga mereka dibunuh, mereka diusir dari tanah kelahiran mereka, tanah yang telah mereka diami berpuluh-puluh tahun.

Dan di dalam negeri, umat Islam seolah mnjadi tamu di rumah sendiri, syiar-syiar mereka distigma negatif, mulai dari cadar jenggot dan simbol-simbol Islam lainnya,  ulama mereka dikriminalisasi, aktivis mereka dibui, suara-suara kebenaran dibungkam, mendakwahkan politik Islam dianggap radikal, ketidakadilan terhadap umat Islam dipertontonkan dengan begitu jelas dan nyata. Sebuah kondisi yang seolah mirip dengan penggambaran nabi Muhammad SAW 14 abad lalu.

 

يوشك الأمم أن تداعى عليكم، كما تداعى الأكلة إلى قصعتها. فقال قائل: ومِن قلَّةٍ نحن يومئذ؟ قال: بل أنتم يومئذٍ كثير، ولكنكم غثاء كغثاء السَّيل

 

Artinya, “Umat-umat lain akan memperebutkan kalian, sebagaimana para penyantap makanan berlomba mengejar santapannya. Ada yang bertanya, “Apakah karena sedikitnya jumlah kami wahai Rasulullah?” Beliau bersabda, “Tidak, bahkan kalian banyak saat itu, tapi kalian seperti buih di lautan.

Dan lihatlah hari ini, musuh-musuh Islam berlomba-lomba menyerang umat Islam. Negeri-negeri kaum muslimin ditindas dengan semena-mena, syariat Islam diperangi, ulamanya dikrimanalisasi, aktivisnya ditangkap, dan berbagai diskriminasi yang terjadi kepada umat Islam.

Dan yang menyedihkan, rangkaian perang terhadap umat Islam juga dilakukan oleh mereka yang megaku beragama Islam, namun mereka menjalankan program-program musuh Islam, mereka membuat aturan-aturan yang  mengkriminalkan ajaran Islam, mereka mengkampanyekan hal-hal buruk terhadap simbol-simbol Islam, memberikan stigma-stigma negatif terhadap syariat Islam. Mereka lakukan itu semua agar mendapatkan pujian, kenaikan pangkat dan gelontoran dana dari musuh-musuh Islam.

Musuh-musuh Islam sadar bahwa umat Islam akan cukup resistan jika mereka yang terlibat. Oleh karenanya mereka menggunakan tangan-tangan kaum muslimin yang lemah hatinya, mudah diperalat dan bisa dijadikan kacung mereka demi menjalankan proyek-proyek deislamisasi di negeri kaum muslimin.

Kalau bangsa Yahudi dahulu hanya mau berperang dari desa yang kuat dan benteng yang kokoh, maka musuh Islam hari ini juga seperti itu. Dalam perang terhadap ajaran Islam, mereka tidak mau head-to head menentang syariat Islam, akan tetapi mereka menggunakan istilah-istilah lain, namun pada hakikatnya mereka memerangi Islam.

Dengan alasan HAM mereka melarang hukum Islam, dengan alasan memecah belah mereka melarang syariat Islam, dengan alasan teror, mereka mengamputasi jihad, dengan alasan radikal mereka memerangi ide politik Islam, dengan alasan budaya, mereka memerangi cadar, dan begitu seterusnya.

Sehingga satu per satu simbol-simbol Islam menjadi asing bagi umat Islam itu sendiri. Orang yang mendakwahkan Islam menjadi aneh, orang yang memperjuangkan Islam mendapat celaan, cibiran dari umat Islam sendiri, orang yang melawan musuh-musuh Islam dianggap radikal dan intoleran.

Mereka yang menyuarakan kebenaran ditangkap dengan berbagai dalih dan alasan, para pembawa panji-panji kebenaran diusir dan para pengusung dakwah Islam dikriminilisasi. Sebuah kondisi yang sempurna untuk mengingat sabda Nabi Muhammad SAW:

حَديثِ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

“وَيْلٌ لِلْعَرَبِ مِنْ شَرٍّ قَدِ اقْتَرَبَ، فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ، يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا، وَيُمْسِي كَافِرًا

يَبِيعُ قَوْمٌ دِينَهُمْ بِعَرَضٍ مِنَ الدُّنْيَا قَلِيلٍ، الْمُتَمَسِّكُ يَوْمَئِذٍ بِدِينِهِ كَالْقَابِضِ عَلَى الْجَمْرِ، أَوْ قَالَ: عَلَى الشَّوْكِ”

 

Artinya, “Dari hadits Abu Hurairoh –radhiyallahu anhu- berkata, “Rasulullah SAW bersabda, “Celakalah bangsa Arab karena keburukan telah mendekat. Akan datang fitnah seperti potongan malam yang gelap gulita, di pagi harinya seseorang dalam kondisi beriman dan di sore harinya dalam kondisi kafir, mereka menukar agamanya dengan dunia yang sedikit. Pada saat itu orang yang berpegang teguh kepada agamanya bagaikan orang yang memegang bara api atau duri.” (HR Ahmad)

Penggambaran sebuah kondisi fitnah yang menimpa umat Islam di akhir zaman. Umat Islam akan ditimpa ujian demi ujian yang menggerus agama mereka sedikit demi sedikit secara perlahan-lahan. Kondisi di mana seseorang tidak lagi memperdulikan agama, sehingga mereka rela menggadaikan agamanya demi kepentingan dunia.

Sehingga Rasulullah SAW menggambarkan orang-orang yang berpegang teguh kepada agamanya seperti orang yang menggenggam bara api. Islam laksana bara api, jika kita pegang, maka kita akan terbakar, perih dan merintih luar biasa, namun jika kita lepaskan, dikhawatirkan di akhirat kelak kita bertemu dengan Allah dalam keadaan merugi.

Rasa sakit dan perih yang dirasa menggambarkan ujian yang menimpa umat Islam di akhir zaman cukup besar.

Maka di zaman fitnah ini kita dihadapkan kepada dua pilihan, menjadi seorang mukmin yang mempertahankan agamanya yang dengannya kita mendapat ujian atau menjadi munafiq yang menjual agamanya dan membantu musuh-musuh Islam dalam memerangi kaum muslimin.

Kaum Muslimin jamaah sholat Idul Fitri yang dirahmati Allah

Mari sejenak kita mendengar seuntai nasehat dari Rasulullah SAW ketika salah seorang sahabat beliau yang bernama Khobab bin Art mengadukan nasib kaum muslimin kepada beliau.

Ketika itu ujian kepada kaum muslimin datang bertubi-tubi, mereka dipersekusi, mereka diperlakukan secara tidak adil, membawa keimanan pada masa itu sama halnya dengan mempertaruhkan nyawa. Pada saat seperti itu Khobab datang kepada Nabi Muhammad SAW dan meminta kepada Rasulullah SAW untuk mendoakan kehancuran kepada orang-orang kafir.

Nabi Muhammad SAW menjawab dengan berkata, “Orang-orang sebelum kalian pernah digalikan untuknya lubang, badan mereka dikubur kemudian dibawakan gergaji dan digergajilah kepalanya sehingga terbelah dua, ujian tersebut tidak mereka berpaling dari agamanya. Ada juga yang disisir kepalanya dengan sisir besi, sehingga terlepas tulang dari dari daging dan uratnya, tetapi ia tidak berpaling dari agamanya.”

“Ada pula yang dipenggal lehernya hingga kepalanya putus, namun ia tetap teguh dengan agamanya. Sungguh Allah ‘Azza wa Jalla akan memenangkan perjuangan agama ini sehingga suatu saat nanti, orang akan berkendaraan dari Shan’a hingga Hadramaut tanpa merasa takut kecuali hanya kepada Allah, sampai serigala bisa berdampingan dengan kambing (tanpa memangsanya). Namun sungguh kalian adalah orang yang suka tergesa-gesa.”

Sebuah hadits yang pantas kita renungkan ditengah banyaknya ujian yang menimpa umat Islam dewasa ini. Rasul mengingatkan kepada Khobab tentang kesabaran dan keteguhan dalam memegang prinsip. Kesabaran yang menjadi sunnatullah para Nabi, keteguhan yang menjadi jalan para pembawa panji kebenaran.

Kesabaran dan keberanian Nabi Ibrahim, yang teguh dan tanpa kenal lelah mendakwahkan tauhid, mengajak kaumnya meninggalkan segala bentuk peribadatan kepada selain Allah. Meskipun pada akhirnya Nabi Ibrahim harus dihukum dan dibakar hidup-hidup oleh penguasa kala itu.

Hal tersebut sama sekali tidak membuat Nabi Ibrahim loyo dan putus asa dalam menyuarakan kebenaran. Beliau juga tidak merubah materi-materi dakwah beliau agar lembut dan disukai penguasa, namun beliau tegas dan teguh dalam menyampaikan pesan tauhid, pesan kebenaran.

Kaum Muslimin jamaah sholat Idul Fitri yang dirahmati Allah

Kesabaran dan keteguhan ini pula yang mesti kita pelajari dari Nabi Musa. Keteguhannya menentang kezaliman Firaun, keteguhannya dalam menyuarakan kebenaran, keteguhan dan kesabaran yang mengundang pertolongan dari Allah SWT.

Mari kita bayangkan seberapa kuatnya Nabi Musa melawan rasa takut. Bayangkan, Musa hanya berdua ditemani oleh Harun, datang ke istana Firaun yang terkenal zalim, yang terkenal tak kenal belas kasihan, tangannya berlumur darah bayi-bayi Bani Israil, dan memiliki bala tentara yang maha dahsyat kala itu.

Namun Musa tetap melangkah menjalankan amanat Rabb-nya, meski dia tahu resiko yang akan dihadapinya. Inilah keteguhan dan kesabaran yang diajarkan Musa kepada kita.

Sebagaimana keteguhannya Ashabul Ukhdud yang beriman kepada Allah dan menolak perintah raja untuk beriman kepadanya. Melihat rakyat yang tidak mau tunduk padanya, melihat rakyat yang lebih memilih jalan kebenaran yang dibawa oleh Ghulam, seketika itu pula sang raja murka, dia memerintahkan kepada bala tentaranya untuk menggali parit-parit besar.

Setelah parit-parit digali, dia perintahkan kepada pasukannya untuk membakar parit-parit tersebut. Dan seketika itu pula rakyatnya dipaksa murtad, dipaksa meninggalkan agama Allah, namun mereka teguh dan tetap sabar, meskipun ancamannya mereka akan dilemparkan ke dalam kobaran api yang menyala-nyala.

Mereka paham betul bahwa inilah harga keimanan yang mereka pilih, inilah harga yang mesti mereka bayar, dibakar diapi dunia, agar nanti diselamatkan dari api neraka.

Jalan iman ini adalah jalan yang menyebabkan Nabi Nuh didustai kaumnya, Luth dianggap sok suci oleh kaum Sodom, Ibrahim dibakar dengan api, Musa dikejar-kejar oleh Firaun, para Nabi Bani Israil dibunuh oleh kaumnya, Nabi Isa dikejar-kejar oleh kaumnya.

Jalan ini pula yang menyebabkan Rasulullah SAW dimusuhi bangsa Quraiys, beliau dilempar kotoran unta, beliau dan orang-orang yang beriman bersamanya diembargo, beliau didustakan, beliau mengalami percobaan pembunuhan, beliau diusir, beliau diperangi, semua itu adalah konsekuensi dari jalan iman ini, konsekuesi dari jalan kebenaran.

Kaum Muslimin jamaah sholat Idul Fitri yang dirahmati Allah

Ujian, kezaliman, intimidasi, cobaan, gangguan, penjara, pengusiran bahkan pembunuhan adalah jalan yang harus dilalui oleh orang-orang Sholih. Allah SWT berfirman:

 

آلم*أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آَمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ*وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الكَاذِبِينَ

 

Artinya: “Alif Laam Mim. Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan berkata kami beriman, sedangkan mereka tidak diuji? Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, agar Allah mengetahui mana orang-orang yang jujur (dengan keimannya) dan mana mereka yang dusta (dengan keimanannya). (QS Al-Ankabut: 1-3)

Dengan berbagai ujian yang datang silih berganti, maka lahirlah sebuah generasi yang mampu dan sanggup memikul beban perjuangan, karena sejatinya beban perjuangan ini cukuplah berat.

Kita bisa melihat potongan sejarah yang Allah ceritakan di dalam surat Al-Baqoroh ayat 249. Yaitu ketika Allah memerintahkan kepada Bani Israil untuk keluar berperang melawan Jalut dan diangkatlah Thalut sebagai komandan mereka.

Di tengah perjalanan, Allah SWT menguji pasukan Thalut dengan sebuah perintah. Yaitu janganlah meminum air sungai kecuali setangkup tangan, kebanyakan pasukan tidak lulus dari ujian ini.

Disebutkan di dalam Tafsir bahwa yang lulus ujian ini hanyalah 300 orang, yang nantinya 300 orang inilah yang mengalahkan pasukan Jalut dan Nabi Daud adalah salah satu dari mereka. Allah menutup cerita ini dengan sebuah ungkapan yang cukup indah dan menyejukkan hati orang-orang beriman, Allah SWT berfrman:

 

كَم مِّن فِئَةٍ قَلِيلَةٍ غَلَبَتْ فِئَةً كَثِيرَةً بِإِذْنِ اللَّهِ

 

Artinya: “Berapa banyak kelompok yang kecil mampu mengalahkan kelompok yang besar dengan izin Allah.” (QS Al-Baqoroh : 249)

Membaca ayat ini mengingatkan kita pada perang Badar, di mana 315 sahabat bertempur dengan 1000 pasukan Quraisy yang siap perang. 315 sahabat yang ikut perang Badar adalah sahabat-sahabat yang telah teruji keimanannya, telah teruji kesabarannya, telah teruji loyalitasnya kepada Nabi.

Mereka adalah para Muhajirin yang telah mendapat berbagai siksaan dan cobaan selama di Makkah, mereka juga yang rela meninggalkan tanah kelahiran, meninggalkan sanak famili, meninggalkan mata pencarian demi menunaikan perintah hijrah yang Allah wajibkan kepada mereka.

Dan mereka adalah kalangan Anshor, kaum yang bersumpah setia untuk membela Nabi Muhammad SAW, mereka berbaiat untuk melindungi Rasulullah SAW, keimanan mereka dibuktikan dengan tanpa pamrih membantu saudara-saudara Muhajirin, mereka berbagi pangan, berbagi sandang dan berbagi pekerjaan. Sebuah pembuktian dan ujian keimanan yang luhur.

Bahkan, ketika akan menghadapi pasukan musuh, pembesar Anshor berkata kepada Rasul :

فقد آمنا بك، فصدقناك، وشهدنا أن ما جئت به هو الحق، وأعطيناك على ذلك عهودنا

ومواثيقنا على السمع والطاعة، فامض يا رسول الله لما أردت فو الذي بعثك

بالحق لو استعرضت بنا هذا البحر فخضته لخضناه معك، ما تخلف منا رجل واحد

وما نكره أن تلقى بنا عدوًّا غدًا إنا لصبر في الحرب، صدق في اللقاء، ولعل الله يريك منا ما تقر به عينك، فسر بنا على بركة الله

Artinya: “Wahai Rasulullah, kami (Anshor) telah beriman kepadamu, kami membenarkanmu, dan kami bersaksi bahwa apa yang engkau bawa adalah kebenaran, dan kami telah memberikan baiat dan sumpah setia kami kepadamu untuk senantiasa mendengar dan taat. Lakukanlah (perag Badar) ini wahai Rasulullah, jika engkau ingin melakukannya.”

“Demi Allah (Dzat yang mengutusmu)Kalau engkau hadapkan kepada kami lautan, lalu engkau menyebranginya, maka niscaya akan kami sebrangi laut ini bersama engkau, tanpa ada satupun yang tercecer di antara kami. Kami tidak sedikitpun ragu jika besok kami bertempur melawan musuh, kami adalah orang-orang yang sabar dalam pertempuran dan jujur (berani) saat di medan laga. Semoga Allah (besok hari)menampakkan hal yang menyejukkan pandanganmu. Maka bergeraklah bersama kami dengan berkah dari Allah.

Sebuah kejujuran iman, sebuah pembuktian dan ungkapan kesatria dari sahabat Anshor yang diwakili oleh Saad bin Muadz. Pasukan Badar adalah pasukan pilihan Allah, pasukan yang sudah melewati berbagai ujian keimanan.

Rasulullah SAW memberikan sebuah garansi kepada mereka dengan berkata, “Apapun yang dilakukan pasukan Badr setelah ini, tidak akan membahayakan keimanan mereka, karena Allah telah mengapuni mereka.

Maka bisa jadi, serangkaian ujian yang menimpa kaum muslimin di Suriah hari ini, mereka kehilangan tempat tinggal, kehilangan sanak famili, kehilangan pekerjaan, kesulitan mendapat makan, kedinginan ketika salju datang, bom-bom yang berjatuhan  adalah dalam rangka Allah mempersiapkan sebuah generasi  yang mampu teguh dan sabar dalam menjalani perjuangan yang menuntut kesabaran tingkat tinggi. Karena Rasulullah mengatakan bahwa iman itu di Syam ketika terjadi fitnah.

Dan semoga rangkaian ujian dan cobaan yang menimpa kaum muslimin hari ini, di manapun dan kapanpun adalah bagian dari skenario Allah untuk mempersiapkan sebuah generasi yang tangguh, sabar dan istiqomah dalam menegakkan kebenaran.

Kaum Muslimin jamaah sholat Idul Fitri yang dirahmati Allah

Ujian keimanan adalah keniscayaan yang dilalui oleh orang-orang yang jujur keimanan, emas yang murni adalah hasil dari pengolahan yang cukup lama, disaring, dibakar hingga kemudian menghasilkan kilauan emas.

Begiltu juga keimanan. Kilau keimanan akan terlihat dan nampak setelah ujian demi ujian dilewati. Entah itu dizalimi, didiskriminasi, dikriminalisasi, dipenjara, diusir bahkan dibunuh sekalipun. Semua itu juga pernah dialami oleh Rasulullah SAW.

Marilah sejenak kita mendengar perkataan imam Malik, beliau berkata :

 

لا تغبطوا أحداً لم يُصبه في هذا الأمر بلاء

 

Artinya: “Janganlah kamu kagum terhadap seseorang yang belum pernah ditimpa ujian dalam agamanya.

Sebuah ungkapan yang menyatakan bahwa jalan keimanan, mempertahankan dan mendakwahkannya adalah jalan orang-orang besar, Allah memilih mereka untuk menjadi tiang-tiang penyangga agama ini.

Inilah Imam Ahmad bin Hanbal, ketika fitnah khalqul quran, beliau teguh memegang pendirian, sama sekali tidak bergeser dari prinsip, beliau dipenjara dan dicambuk agar mau mengatakan bahwa Al-Quran itu makhluk, namun tidak ada yang keluar dari beliau kecuali ketegasan prinsip dan keteguhan dalam memegang kebenaran.

Hal yang sama juga terjadi kepada Imam Al-Buwaithi Asy-Syafi’i, beliau dipenjara, tangan diborgol, leher dirantai dan kakinya dibelenggu. Dalam kondisi seperti itu beliau berkata:

 

لأموتن في حديدي هذا، حتى يأتي قوم يعلمون أنه قد مات في هذا الشأن قوم في حديدهم

 

Artinya: “Saya lebih memilih mati dalam belenggu besi ini, hingga suatu hari nanti orang-orang mengetahui bahwa dalam mempertahankan ini (Al-Quran kalamullah) ada orang yang mengorbankan nyawanya.”

Kaum Muslimin jamaah sholat Idul Fitri yang dirahmati Allah

Ketika siksaan dan ancaman Kafir Quraisy terhadap dakwah Nabi Muhammad SAW semakin meningkat, Abu Thalib mendatangi Nabi, seolah-olah Abu Thalib meminta beliau untuk berhenti mendakwahkan Islam ini, karena semakin hari ancaman kafir Quraisy semakin meningkat. Rasulullah SAW berkata kepada pamannya:

 

يا عمّ، والله لو وضعوا الشمس في يمينى والقمر في يساري على أن أترك هذا الأمر حتى يظهره الله، أو أهلك فيه ما تركته

 

Artinya: “Wahai pamanku, jikalau seandainya matahari ditaruh di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku agar aku meninggalkan urusan (Islam) ini, demi Allah saya tidak akan pernah meninggakan urusan ini hingga Allah memenangkannya atau saya mati karena memperjuangkannya.”

Sebuah potret keteguhan yang digambarkan oleh Rasulullah SAW, meskipun dibujuk dengan dunia seisinya, meskipun diberikan kepada beliau matahari, meskipun dijanjikan segala kenikmatan hidup, beliau tidak akan pernah meninggalkan mendakwahkan Islam, hingga Allah memenangkannya atau beliau terbunuh karena memperjuangkannya. Sebuah gambaran yang kongrit tentang makna hidup mulia dan mati syahid.

Nampaknya keteguhan para Nabi, sahabat dan para ulama inilah yang menginspirasi seorang Sayyid Qutb. Sebuah keteguhan yang yang digambarkan oleh seorang Sayid, ketika beliau digiring ke tiang gantungan, beliau diminta untuk minta maaf atas dakwah beliau tentang penerapan syariat, beliau berkata:

 

إن إصبع السبابة الذي يشهد لله بالوحدانية في الصلاة ليرفض أن يكتب حرفا واحدا يقر به حكم طاغية

 

Artinya: “Sesungguhnya jari telunjuk yang bersaksi atas tauhid di dalam sholat, pasti akan menolak menulis satu hurufpun demi mendukung hukum thogut.”

Sebuah untaian hikmah yang mengalir dari panjangnya dakwah, beratnya siksa penjara, beliau meatap tiang gantungan dengan begitu teguh tanpa ragu sedikitpun, karena beliau yakin berada di atas kebenaran.

Potret keteguhan mereka membuat kita memahami perkataan Ibnu Taimiyah ketika beliau di penjara:

 

ما يَصنَعُ بي أعدائي؟ إنَّ جَنَّتي وبُستاني في صَدري، أين رُحت: فَجَنَّتي مَعي ولا تُفارِقُني، إنَّ حَبسي خلوةٌ، وإخراجي مِن بلدي سياحةٌ، وقتلي شهادة

 

Artinya: “Apa yang bisa dilakukan musuhku terhadapku? Sesungguhnya taman-taman syurgaku berada di dadaku, kemanapun saya pergi, maka dia bersamaku dan tidak terpisah dariku, jika aku dipenjara maka itu adalah waktuku berkhalwat bersama Allah, jika aku diusir, maka ini adalah waktu jalan-jalanku dan jika saya dibunuh, maka kematianku adalah kesyahidan.”

Kaum Muslimin jamaah sholat Idul Fitri yang dirahmati Allah

Janji Allah pasti, pada akhirnya kemenangan adalah milik orang-orang beriman. Setiap makar musuh akan kembali kepada mereka, mereka berusaha memadamkan cahaya Allah tapi Allah tetap akan memenangkan dan menyempurnakan cahayanya.

Maka yang dituntut dari kita adalah untuk terus istiqomah dan teguh di atas jalan iman hingga Allah wafatkan kita dalam keadaan beriman atau Allah menangkan Islamdan kita menjadi bagian dari kemenangan itu. Allahu akbar.

 

الَّلهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَعَلَى خُلَفَائِهِ الرَّاشِدِيْنَ الْمَهْدِيِّيْنَ

وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ وَمَنْ سَارَ عَلَى نَهْجِهِمْ وَطَرِيْقَتِهِمْ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَأَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِهِمْ

وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِهِمْ وَانْصُرْهُمْ علَىَ عَدُوِّكَ وَعَدُوِّهِمْ

اَللَّهُمَّ الْعَنْ كَفَرَةَ أَهْلِ الْكِتَابِ الَّذِيْنَ يَصُدُّوْنَ عَنْ سَبِيْلِكَ وَيُكَذِّبُوْنَ رُسُلَكَ وَيُقَاتِلُوْنَ أَوْلِيَاءَكَ

اَللَّهُمَّ خَالِفْ بَيْنَ كَلِمِهِمْ وَزَلْزِلْ أَقْدَامَهُمْ وَأَنْزِلْ بِهِمْ بَأْسَكَ الَّذِي لَا تَرُدُّهُ عَنِ الْقَوْمِ الظّالِمِيْنَ.

اَلَّلهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَنَا الَّذِي هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا وَأَصْلِحْ لَناَ دُنْيَانَا الَّتِي فِيْهَا مَعَاشُنَا

وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِي فِيْهَا مَعَادُنَا وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِي كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شَرٍّ.

الَّلهُمَّ ارْزُقْنَا قَبْلَ اْلَمْوتِ تَوْيَةً وَعِنْدَ الْمَوْتِ شَهَادَةً وَبَعْدَ الْمَوْتِ رِضْوَانَكَ وَالْجَنَّةَ

اللَّهُمَّ أَحْيِنَا مُؤْمِنِيْنَ طَائِعِيْنَ وَتَوَفَّنَا مُسْلِمِيْنَ تَائِبِيْنَ

اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأّلُكَ مُوْجِبَاتِ رَحْمَتِكَ وَعَزَائِمَ مَغْفِرَتِكَ وَالسَّلَامَةَ مِنْ كُلِّ إِثْمٍ

وَالْغَنِيْمَةَ مِنْ كُلِّ بِرٍّ وَالْفَوْزَ بِالْجَنَّةِ وَالنَّجَاةَ مِنَ النَّارِ

اللَّهُمَّ أَحْسِنْ عَاقِبَتَنَا فِي الْأُمُوْرِ كُلِّهَا وَأَجِرْنَا مِنْ خِزْيِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ الأَخِرَةِ.

اللَّهُمَّ ارْفَعْ رَايَةَ الْإِسْلَامِ فَوْقَ الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى وَأَخْلِصْهَا مِنْ أَيْدِي الْيَهُوْدِ وَالنَّصَارَى

اللَّهُمَّ احْفَظِ الْعُلَمَاءَ الْعَامِلِيْنَ الْمُخْلَصِيْنَ وَ قُوَادَ الْمُجَاهِدِيْنَ وَ ثَبِّتْهُمْ عَلىَ مَنْهَجِ نَبِيِّكَ

وَ السَّلَفِ الصَّالِحِيْنَ وَ اهْدِهِمْ سَبِيْلَ الْهُدَى وَ الرَّشَادِ وَوَفِّقْهُمْ لِلْحَقِّ وَ مُتَابَعَتِهِ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ

رَبَّنَا لاَ تَجْعَلْنَا فِتْنَةً للذين كفروا واغفر لنا ربنا إنك أنت العزيز الحكيم

رَبَّنَا لاَ تَجْعَلْنَا فِتْنَةً لِلْقَوْمِ الظَّالِمِينَ ونجنا برحمتك من القوم الكافرين

رَبَّنا أَوْزِعْناَ أَنْ نَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَينا

وَعَلَى وَالِدَينا وَأَنْ نَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَدْخِلْنا بِرَحْمَتِكَ فِي عِبَادِكَ الصَّالِحِينَ.

رَبَّنَا لاَ تُؤَاخِذْنَآ إِن نَّسِينَآ أَوْ أَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَآ إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِنَا

رَبَّنَا وَلاَ تُحَمِّلْنَا مَا لاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَآ أَنتَ مَوْلاَنَا فَانصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ.

رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ

اللهمّ انْصُر الإسْلَامَ والمُسْلِمِين، وَارْفَعْ عَناَّ الظُّلْمَ وَالطُّغْيَان

اللهمّ ارْحَمْ مَوْتَانا وتَقَبَّلْ شُهَدَائَنا، اللهمّ اشْفِ مَرْضَانا وَارْبِطْ بَيْنَ قُلُوبِنَا

اللهمّ ارْحَمْنا بِرَحْمَتِكَ يَا مَنْ وَسِعَتْ رَحْمَتُهُ كُلَّ شَيْءٍ، اللهمّ عَلَيكَ بِالطُّغَاةِ الظَلَمَة

اللهمّ زَلْزِلْ عُرُوْشَهُم مَنْ تَحْتَ أَقْدَامِهِم، اللهمّ خُذْهُمْ أَخْذَ عَزِيْزٍ مُقْتَدِر

اللهمّ انْتَقِمْ مِنْهُمْ وَأَرِنَا فِيْهِم يوماً عَجَائبَ قُدْرتِك

اللهمّ هذا دعاؤُنَا فَلاَ تَرُدَّنَا خَائِبِينَ

والحمد لله رب العالمين

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisment -

HIGHLIGHT